Baikan

260 27 0
                                    

Semalaman Raka memikirkan ucapan Rian, ada benarnya juga, karena cinta tak harus memiliki.

Raka berlari mencari Kasih menuju kelasnya, tak ia temukan, menanyakan pada Wulan pun percuma. Hingga akhirnya melihat Kasih di seberang jalan sana beradu mulut dengan seorang pria.
Hingga terjadi adegan tarik menarik.

"lo harus ikut sama gue," ucap Pria itu yang masih memegang lengan Kasih secara paksa.

Raka tiba tepat di belakang Kasih langsung merampas tangan yang ia pegang.

"lo mau apa sama cewek gue?"

"cewek lo? Bener Kas? Ini cowok lo?" tanyanya memalingkan wajahnya darinya, menatap Kasih yang berada di belakang Raka.

"kalo emang iya, kenapa? Ada masalah?" Raka lebih menantang.

Tidak perlu basa basi atau meminta persetujuan Kasih. Ia langsung menarik tangan Kasih lalu menaiki motornya.

"gue peringatin lagi sama lo, jangan pernah ganggu Kasih," sebelum  motor Raka melaju, ia memberi peringatan.

Suasana masih hening Kasih ataupun Raka enggan untuk mengkat suara. Kasih menyandarkan kepalanya di punggung Raka, Seketika air mata Kasih mengalir membasahi seragam Raka. Menangisi bukan berarti belum bisa melupakan, hanya saja jika mengingat masa itu, rasanya teramat sakit.

Raka tidak langsung membawa Kasih pulang dengan keadaan seperti ini, bisa-bisa orang tua Kasih salah paham padanya.

Motor Raka terhenti di depan taman, masih menenangkan Kasih dengan punggungnya.
Raka memutar tubuhnya membuat Kasih mengangkat kepalanya.
Sebenarnya ada banyak pertanyaan tersirat di kepalanya, tapi melihat Kasih seperti ini di hadapannya, ia mengurungkan niatnya. Toh ia juga bukan siapa-siapa Kasih, ia tidak berhak atas apa yang terjadi padanya.

"kamu jangan nangis dong, cantiknya hilang tau," Raka menyeka sisa air mata di pipinya.

Kasih lagi-lagi menudukkan kepalanya, bisa malu jika melihat wajah Kasih menjadi merah.

Raka mengangkat dagu Kasih.

"senyum dong," Kasih tersenyum.

"Makasih yah Raka!"

"udah, gak usah dipikirin, mau langsung pulang gak? Atau mau masuk dulu?"

"suka-suka Raka aja."

Mereka turun dari motor, berjalan masuk ke dalam taman sambil memegang tangan Kasih.

Masih seperti kemarin, rasa nyaman itu masih ada setelah sikap Raka kemarin yang berubah, ada yang hilang dari diri Kasih, sosok yang selalu menganggunya setiap pagi di depan halaman rumah.

"Kas, tunggu bentar yah," Sahut Raka berhenti di sebuah kursi.

"mau kemana?" tanya Kasih tak dapat jawaban dari Raka, ia langsung berlari meninggalkannya.

Raka tidak meninggalkan Kasih terlalu lama, ia langsung berdiri di hadapannya.

"Kasih, coba tebak aku bawa apa?" tanya Raka dengan kedua tangan di belakang punggungnya.

Kasih menoleh ke arahnya. "hem, apa yah! Es krim mungkin?" balas Kasih, setelah beberapa detik berfikir.

"lah, kok cepet banget jawabnya, emang lagi pengen banget yah makan Es krim? " Raka menyodorkannya lalu duduk di sampingnya.

"Gak sih, cuman kan itu kebiasaan kamu, udah hafal dong," Kasih membuka plastiknya lalu memasukkan kemulut.

"jadi adem yah," setelah menggigit sepotong Es Krim.

A New Piece Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang