Hujan

313 37 1
                                    

Mereka semua berkumpul di ruang tamu yang lumanan cukup untuk mereka yang tidak lebih dari 15orang. Raka memberikan arahan kepada teman-temannya dan membagi tugas selama disini.
Karena kamarnya hanya ada tiga jadi mungkin di bagi menjadi tiga bagian, tentu saja para laki-laki memakai hanya 1 kamar, dan kamar lainnya di berikan oleh kaum perempuan.

"yaudah kalian bisa langsung beres-beres di kamar dan langsung kerjain tugas kalian," sahut Raka.

Kasih dan yang lainnya langsung bergegas untuk membeli bahan makanan untuk malam ini dan besok.

"bagusnya sih kalau mau pergi harus ada cowok yang ikut, biar bisa jagain kalian," Sahut Rian.

"siapa dong yang mau nemenin?" celetuk Wulan.

"gue sih gak bisa, masih ada tugas, lo gimana Ran?" Rian menyiku bahu Randy yang lagi fokus main game.

"gak bisa gue, habis ini kan gue setugas sama lo?"

Raka yang tengah duduk sambil memainkan ponselnya menatap Randi dan Rian.

"Ngapain lo ngeliatin gue?" celetuk Raka kembali fokus dengan ponselnya.

"yah temanin mereka lah Rak, kasian kalau gak ada cowok yang menenin," ucap Rian.

"Gak, Gak, kan masih banyak cowok² yang lain, suruh mereka lah."

"Gak apa-apa kok kalau pada gak bisa, kita bisa sendiri," Kasih menarik tangan Wulan dan di ikuti oleh yang lainnya meninggalkan rungan tersebut.

"Nah kan, mereka pergi sendiri, yaudah sih Rak, lo bantuin mereka aja," Randi memaksa Raka, menarik lengannya.

Raka berdiri dengan wajah yang kesal, mengejar Kasih dan teman-teman.

"Ngapain lo? Kan tadi katanya gak bisa?" decak Kasih setelah Raka tiba di hadapan mereka.

"gak apa-apa kok Kas, biar ada yang menenin," sahut Ersa.

"kalo lo gak mau yah udah sih, gue juga gak maksa buat nawarin diri gue," Raka membalikkan tubuhnya, Tapi Ersa berhasil meraih tangan Raka sebelum ia berbalik.

"tunggu dong Rak, lo temenin kita-kita yah, gue yang minta," Tinta Ersa. Berjalan bersama sambil memegang lengan Raka.

"si Ersa kenapa dah?" tanya Wulan.

"mana gue tau," balas Kasih, berjalan mengikuti Raka dan Ersa yang sejak tadi sudah di mobil.

Setiba mereka disana, Kasih langsung mengambil Trolly, Wulan memegang catatan yang akan di beli, sedangkan Raka dan Ersa mengikut di belakang mereka, yang tentunya masih memegang lengan Raka.

"Ersa bisa di lepas gak tangannya?" pinta Raka, menarik lengannya segera setelah merasa longgar.

Hanya sedikit macam sayuran dan Ayam yang di beli, sisanya bumbu-bumbu Dapur, berhubung Wulan pintar masak, jadi mereka tidak perlu bingung mau masak apa malam ini.

"Lan, kalau bisa ayamnya di tambahin yah, soalnya kan malam ini kita mau bakar-bakaran di taman, eh iya jangan Lupa sosisnya juga," Sahut Raka, membuat Wulan menoleh kebelakang.

"Okelah," Balas Wulan, kembali fokus dengan catatannya.

Mereka kembali dengan Cepat, segera di berikan belanjaannya dengan anak-anak yang lainnya, karena tugas Wulan, Kasih dan Ersa selesai. Sisanya mereka yang mengurus.
Tapi mungkin setelah semua selesai di bersihkan, kembali giliran Wulan yang membuat bumbu sate ayamnya.
Para Pria menyiapkan pembakaran di luar rumah dan mendekor taman seadanya.

"ada yang bisa masak nasi gak?" sahut Wulan.

"gue bisa," Balas Lisa.

Mereka semua tanpa Intan keluar rumah, membawa makanan yang akan di bakar

"untuk cewek-cewek, kalian duduk aja di sana, biar kita-kita para cowok yang bakar," Ucap Rian.

"Akhirnya bisa istirahat juga," Decak Kasih.

Randi menyalakan musik, membuat suasana lebih santai dan nyaman.
Semua sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Wulan dan Randi bermain gitar sambil bernyanyi, Rian sedang sibuk dengan pembakarannya, begitupun dengan yang lainnya, ada yang masih mengunyah cemilan dan makanan berat yang di bakar, selebihnya mereka menyalakan kembang api dan petasan. Sedangkan Kasih, hanya duduk tersenyum melihat mereka yang tengah Asik.
Raka keluar dari kamar mandi, terfokus melihat Kasih yang tengah duduk sendiri.

"lo gak gabung sama mereka?" sahut Raka dari belakang Kasih, membuatnya menolehkan kepalanya.

"gak, gue disini aja," balas Kasih kembali membalikkan posisi kepalanya, Raka duduk di samping Kasih.

"Ngapain lo duduk disini?" lanjut Kasih tanpa menoleh ke Raka.

"terserah gue lah."

"ADA YANG MAU NGELANJUTIN BAKAR GAK? LAPER GUE MAU MAKAN JUGA," Teriak Randi.

Raka dan Kasih berdiri menghampiri pembakaran, sama-sama memegang penjepit membuat Raka menoleh begitupun dengan Kasih, wajah mereka bertemu, saling tatap beberapa detik.
Kasih mengerutkan keningnya.

Kasih melepaskan penjepit sekaligus tangan Raka.

"lo aja yang bakar gue mau masuk ke kamar," Ucap Kasih.

"lo gak makan?" balas Raka.

"udah," Kasih meninggalkan keramaian, memasukin kamar, menarik nafas kasarnya.

Ia membuka jendela kamar, menatap langit tanpa bintang itu.
Membalikkan tubuhnya membelakangi jendela.

Kasih segera menutup kembali jendela setelah gerimis turun.

"lah mereka diluar gimana," ujar Kasih kembali keluar untuk melihat.

Sebagian dari mereka mengangkat yang perlu di masukan, dan sebagian lagi berteduh di teras rumah.

Kasih Segera menerobos hujan membantu mereka.

"lo ngapain disini?" tanya Raka menarik lengan Kasih di tengah-tengah hujan.

"mau bantuin kalian," Kasih menarik tangannya, hingga tangan Raka terlepas.

Kasih segera merapikan cemilan di atas meja, Raka tengah membuka lampu warna warni mereka yang terpasang di pohon.

Randi, Rian dan yang lainnya terfokus dengan pemandangan yang ada di hadapannya, kata anak muda jaman sekarang pemandangan pemersatu bangsa.

Raka segera membawa yang ada di dalam kardus ke teras, ia menatap teman-temannya yang sama sekali tidak bergerak, Raka mengikuti pandangan mereka, sedang menatap Kasih dengan kaos oblongnya yang basah, tentu saja menjadi transparan, membuat atasan Kasih terlihat, Kasih yang tengah sibuk merapikan bajunya berusaha agar bajunya tidak melekat di badannya karena basah.

Raka kembali menerobos hujan, menyentil satu persatu telingan temannya.

"porno lo semua," sahut Raka.

Ia menarik lengan Kasih, membuat Kasih menatap tangannya lalu wajah Raka, ia membawa masuk ke teras, Raka melepaskan sweaters Hody yang di pake lalu di kenakan pada Kasih.

"lain kali, lo gak usah hujan-hujanan, lo gak cocok," ucap Raka sembari merapikan sweaternya di tubuh Kasih.

Mereka semua masuk ke dalam rumah, bergantian masuk ke dalam kamar mandi.

Kasih membuat coklat panas, di berikan oleh Raka.

Ia tau bahwa tujuannya tadi memakaikannya sweaters adalah karena bajunya, hanya saja Raka menghargai perasaannya, tidak mengucapkan itu di hadapannya dan teman-teman yang lain.

"thankyou," ucap Raka setelah menyeruput cangkir yang ada di hadapannya.

"iya," balas Kasih singkat ikut menyeruput secangkir milonya.

"Kas, toilet udah kosong, lo gak mau mandi?" sahut Wulan yang Baru saja keluar dari kamar mandi.

Bersambung.  . .
Hallo hallo, udah sampe sini gimana? Di vote yah. Biar makin semangat lanjutin partnya :)

A New Piece Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang