Awal Baru

343 32 0
                                    

Ternyata tanpamu langit masih biru, ternyata tanpamu bungapun tak layu, ternyata dunia tak berhenti berputar walau kau bukan milikku.

Kasih memulai kembali harinya seperti sebelumnya, sebelum bertemu dengan Bagas, meyakinkan hatinya bahwa tidak akan terjadi apa-apa, hatinya akan tetap berfungsi, dengannya atau tanpanya, toh sebelum mereka bertemu keadaan Kasih baik-baik saja, kenapa sekarang seolah Kasih tidak bisa hidup tanpanya? Kasih harus kuat, walaupun tanpa Bagas, ia harus tetap semangat.

Kasih bersepeda di sore hari sekitar kompleksnya, menggayung sepedanya perlahan, sambil menikmati angin sepoi-sepoi, terlihat mendung, tidak ada matahari sama sekali sore ini, padahal Kasih bersemangat untuk memulai semuanya, sebelum ia kembali bersekolah besok pagi.

Setiba di rumahnya, ia heran dengan mobil yang terparkir di halaman rumahnya.

Kasih membuka pintu, mendapati Wulan sedang duduk di ruang tamunya.

"itu mobil lo Lan?" tanya Kasih berjalan mendekati Wulan.

"iya, gue yang bawa tapi bukan punya gue, punya Kak Widi," Widi adalah Kakak pertamanya Wulan.

"mobil baru?" Kasih duduk di samping Wulan.

"iya, baru kemarin, gue test drive nih."

"lo mau minum apa?"

"apa aja."

"kedapur aja yuk, capek gue bolak balik, nanti lo tinggal pilih aja di kulkas," Kasih dan Wulan berjalan meninggalkan Ruang Tamu, menuju dapur.

"ehh Kas, besok sore katanya ada rapat Osis," sahut Wulan menarik salah satu kursi.

"Osis? Ngapa ngajakin gue? Kan gue bukan anggota Osis," Kasih membuka Kulkas mengeluarkan 2 kaleng minum.

"lah, gue kesini juga mau kasih tau lo, kalo gue sama lo itu kepilih jadi anggota Osis, sebenarnya bertiga sih, gak tau anak mana yang satunya."

"uhuk!" Kasih tersendak setelah meminum sekali tegukan.

"kenapa lo? Minum tuh pelan-pelan, lagian lo minum yang bersoda, minum tuh air putih mana habis Jogging lagi," celetuk Wulan.

Paling tidak Kasih bisa menyibukkan dirinya dengan urusan Osis, dengan begitu Kasih tidak membuang waktunya hanya memikirkan Bagas semata yang telah menyakitinya.

Wulan bisa melihat raut wajah Kasih, ia nampak sedang tidak baik-baik saja, berbeda dengan ucapannya barusan.

"pasti capek yah Kas?" Tanya Wulan menghampiri Kasih, mulai mengusap punggungnya.

"lo nih kayak dukun aja, pas tebakannya," lalu Kasih bersandar di bahu Wulan.
Tangisnya pecah seketika, sepertinya masalah kali ini agak berat, Wulan memeluk Kasih.

"Lan... gue ini kurang apa sih? Bagas Lan."

"selingkuh?"

"kok kamu tau?"

"udah keliatan kali Kas, dari awal dia pulang Ke Indonesia, beberapa kali gue sering mergoking dia di parkiran lagi nelfon, kalo lo nongol, pasti telfonnya di matiin tiba-tiba."

"gak tau lah Lan, gue gak curiga sama sekali, tapi kemarin pas aku habis makan, aku lihat foto dia sama cewek lain, intim banget Lan, bahkan gue aja belum pernah kek gitu sama Bagas."

Wulan memeluknya terus dan makin erat, berusaha menguatkannya, yang Kasih butuhkan adalah tempat untuk curhat.

Wulan mengambil segelas air memberinya, membuat Kasih menyekah air matanya di pipi.

Paling tidak Kasih merasa lebih lega meskipun tidak merubah keadaan sama sekali, karena memendam masalah sendiri itu berat, bukan hanya rindu kata Dilan.

A New Piece Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang