Itu karenamu

270 25 2
                                    

Raka pov.

Rasanya semangat sekali pagi ini, ada rasa yang mengebu-gebu ingin segera kesekolah dan bertemu dengannya, atau aku terlalu berlebihan? Pagi ini kulihatnya dari jarak cukup dekat, aku melambaikan tangaku padanya tapi ia memalingkan pandangannya. Aku segera menurunkan tanganku sebelum yang lain melihatku.
Ada apa dengannya? Rasanya kemarin kami baik-baik saja, apakah seperti ini sikapnya padaku? Atau memang aku yang berharap lebih padanya.

Itu karenamu. Untuk pertama kalinya, aku menghela napas panjang. Saat kau berlalu begitu saja di hadapanku. Begitu saja. Seakan kehadiranku tak cukup untuk membuktikan keberadaanku padamu. Itu menyebalkan, sangat. Lebih menyebalkan lagi, aku tak bisa protes akan segala kelakuanmu itu. Yang bisa kulakukan hanya memandangi punggungmu saja. Berpikir betapa jauhnya jarak antara kita.

Aku mengurunkan niatku untuk kembali mendekatinya, tapi hatiku berkata lain.

"Woy, Rak hari ini gak ada tugas apa-apa kan?" Randy mengagetkanku dari belakang.

"gak ada kok," aku berjalan menuju kelas.

                                 ***

Semilir angin menerpa rambut Kasih pelan, Kasih terduduk di bangku panjang yang terbuat dari kayu dengan cat berwarna putih. Bangku yang letaknya cukup strategis, dibawah pohon mangga yang tidak terlalu tinggi namun begitu rindang. saat ini Kasih tengah duduk manis di bangku taman samping kelasnya.
Kasih sering duduk disini, setiap kali ia merasa jenuh dan bosan, kadang-kadang Kasih mengajak Wulan kesini.
Kasih mengeluarkan pulpen dari saku bajunya dan membuka binder yang sejak tadi ia pegang, disini lah Kasih dapat berkonsentrasi tanpa ada gangguan, berbeda dengan di dalam kelasnya, begitu bising membuatnya tidak bisa berkonsentrasi.

"lo ngapain disini?" tanya Raka yang hendak melewati taman itu.

"hah? Lagi nyantai aja," Kasih mengangkat kepalanya menatap Raka yang masih berdiri di sampingnya.

Raka duduk kemudian, memperhatikan Kasih yang tengah menulis.

Lagi-lagi terasa canggung, padahal mereka awalnya sudah sangat akrab.

"Raka mau kemana?" tanya Kasih kemudian masih fokus dengan bindernya.

"gue mau ke gedung sebelah, tapi ngeliat lo di sini, jadi gue mampir deh," balas Raka.

Kasih hanya berOh ria.

"Kas, boleh nanya gak?" Raka memberanikan diri.

"nanya aja."

"besok ada waktu gak?"

Kasih memberhentikan aktivitasnya, menutup bindernya lalu menatap Raka.

"ada," jawab Kasih singkat dengan senyum simpul di bibirnya.

"kenapa nih anak jadi beda yah? Perasaan tadi pagi cuek banget, sekarang malah senyum ke gue," Batin Raka.

"besok kan Weekend, gue Ada Undangan ulang tahun sekalian Reuni Sama teman SMP gue dulu, rencananya gue mau ngajak lo, mau gak?"

"kok ngajak gue?"

"gue malu kalo kesananya sendirian, entar gue jadi bahan bullyan, gimana?"

"hem, yaudah, lo jemput gue aja di rumah."

A New Piece Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang