Reuni

258 28 5
                                    

Raka Pov.

Kulihat Kasih bersama Robi berjalan meninggalkan acara, aku keluar dari kerumunan mengikuti mereka, secepat mungkin aku berlari.

"KASIH!" teriakku.

Aku masih terus berlari mengikuti bayangan mereka, terlihat Kasih kesakitan. Hingga mereka masuk ke dalam kamar, langsung kutarik pintu kamar itu sebelum Robi menguncinya.

Mataku terbelalak melihat tubuh Kasih di lantai. Aku geram, kukepalkan tanganku, berlari menghampiri Robi dan langsung menghantam wajahnya dengan kepalan tanganku.

Terlihat, Robi memegang pipi kanannya, menyeka darah samping bibirnya.

"kamu gak apa?" langsung kuangkat Kasih keluar dari kamar itu, masih terdengar suara isakannya dan membasahi kemejaku.

"maafin gue Kas, gara-gara gue lo kek gini," gumamku.

"Kasih kenapa Rak?" Rizky menghampiri kami bersama dengan yang lainnya.

"Kar, lo ada kamar kosong gak disini?" tanyaku,  karena kendaraanku tidak memungkinkan untuk membawa Kasih langsung pulang.

Kurebahkan Kasih di atas kasur.
"udah yah nangisnya," aku menyeka kembali air matanya.
kulihat pergelangan tangan Kasih dan lututnya, rasanya ingin kembali ke kamar itu dan memberi Robi pelajaran atas perlakuannya terhadap Kasih.

Langsung kubuka kotak P3K yang di berikan oleh Rizky. Perlahan ku obati lututnya dan pergelangan tangannya.

Cup!

Aku mencium  keningnya sangat lama, Kasih memejamkan mata dengan nafas tidak stabil setelah lama menangis.

Kuusap perlahan pucuk kepala Kasih hingga benar-benar tertidur, kubangkitkan tubuhku duduk di kursi panjang depan ranjang Kasih, aku meluruskan kakiku dan menutup perlahan kedua mataku.

Kasih Pov.

Kurasakan dekapan hangat, kubuka kedua mataku perlahan, memegang keningku, mengingat kejadian semalam.

Astaga!!!  Apa yang Raka lakukan padaku? Hatiku rasanya mau mencair di dekap dan di perlakukan seperti itu, siapa yang tidak meleleh.

Kulihat Raka masih tertidur pulas di kursi panjang tanpa selimut, aku bangkit dari ranjangku membawa selimut dan memakaikannya.

"kamu udah bangun?" tangan Raka memegang pergelanganku sebelum aku beranjak dari sana.

"sial!" Batinku.

Aku menoleh sebentar memperlihatkan sederet gigiku.

Raka merubah posisinya dan menarikku duduk di sampingnya.

"gimana luka kamu?" tanya Raka kemudian melihat lututku.

"udah agak mendingan kok," balasku tanpa melihat wajah Raka.

Tiba-tiba dalam satu tarikan, dia langsung mendekap tubuhku lalu memeluknya.

Speechlees, jantungku berdetak sangat cepat. Terkejut? Sudah pasti.

Tetapi lama kelamaan dekapannya semakin hangat dan nyaman. Apalagi sebelah tangannya bergerak mengusap punggung dan kepalaku secara bergantian.

Raka memakaikanku jaznya, kami meninggalkan hotel, karena masih pukul 05:00 masih ada waktu untuk kita berdua masuk sekolah.

Baru kali ini aku bermalam di hotel dengan pria yang bukan siapa-siapaku, bahkan aku tidak takut sama sekali, berbeda dengan Bagas, baru saja duduk di dalam hotel bersamanya bulukudukku merinding.
Aku memeluk erat tubuh Raka, melingkarkan tanganku di perutnya, dan kusandarakan kepalaku di punggungnya.

A New Piece Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang