terlalu pagi

290 24 2
                                    

Seperti bisa, sepulang sekolah para anggota Osis, tidak langsung meninggalkan sekolah.
Mereka menyempatkan diri untuk ke ruang Osis, kebetulan ada penyampaian dari Salah satu anggota Osis.

"lah udah kelar?" sahut Wulan baru saja tiba di ruang Osis.

"udah," jawab Lisa.

"terus gimana? Gue gak sempat ikut dong," gerutu Wulan.

"santai elah, gak penting-penting amat kok, langsung masuk aja ke dalam paling cuman di kasih ini," Lisa menujukkan selembaran kertas yang ia pegang.

"ini apaan Lis?" tanya Kasih mengambil kertas di tangan Lisa.
Kasih mengangguk setelah membaca beberapa point.

"telat Lan?" Rian baru saja menyadari kehadiran Wulan dan Kasih.

"iya nih, tadi di kelas ada tambahan pelajaran."

"nih punya kamu, dan ini punya Kasih," Raka memberika satu persatu selembar kertas.

"jadi minggu ini Kasih Wulan dan Ersa bisa mulai duluan, karena yang lainnya juga udah, kebetulan kalian bertiga baru masuk minggu kemarin, dan anak-anak yang lain juga udah ngejain minggu sebelumnya," Jelas Raka sembari membereskan meja Osis.

"jatuhnya besok yah Rak?" Wulan melipat kertasnya memasukan kedalam tas miliknya.

"iya," balas Raka singkat.

"hem."

Hening beberapa saat, Raka Rian dan Randy membereskan kertas yang berserakan dan Wulan, Kasih masih terdiam berdiri di dalam kelas. Entah bagaimana mereka masih merasa Kaku.

"lah gue kirain kalian udah pulang?" Rian memecah keheningan, Randy dan Raka menoleh kebelakang.

"hah? Emang gak apa-apa?" tanya Kasih dengan Kaku.

"yah gak apa-apalah, anak-anak yang lain aja udah pada balik, lagian juga kalo kalian disini, emang mau kita suruh buat ngebantu kita," sahut Randy.

"gak deeh, gue duluan yah," Wulan menarik lengan Kasih meninggalkan ruang Osis menuju parkiran mobil.

                                ***

"Rak!" Sahut Rian.

"hem," balas Raka cuek.

"Raka?" kini nada suara Rian meninggi.

"apaan sih Ian??" Raka membalikkan tubuhnya menghadap Rian dan Randy yang sejak tadi berdiri dibelakangnya.

"gue baru liat di catatan, lo besok ngambil tugas buat bersih-bersih juga? Bukannya lo udah yah minggu kemarin?" tanya Rian kemudian.

"apa salahnya kalau gue bantuin mereka?" Raka kembali melanjutkan aktivitasnya.

"gak salah sih, wajar juga kan lo ketua Osis jadi lo harus kasih contoh yang baik sama mereka, tapi kok tumben yah?"

"apa jangan-jangan," ucapan Randy terpotong.

"jangan-jangan apa?" Raka kembali menatap mereka dari bahu kanannya.

"lo lagi caper yah sama Ersa?"

Raka terkekeh sejenak lalu ikut duduk bersama sahabatnya.

"yah gak lah, gak mungkin gue suka sama Ersa."

"kan bisa aja, apalagi kita liat lo sering barengan, terus waktu liburan juga kemarin yang harusnya  Kasih duduk di depan eh kenapa malah Ersa?" Randy semakin penasaran.

"itu semua cuman kebetulan Cuy, gue gak ada rasa apa-apa sama Ersa," Raka kembali memperjelas.

"iya sih, apalagi selama ini kita tau kalo lo paling anti sama cewek," lanjut Rian.

"lo kira gue gak normal ?"

"gak gitu, kalo gue lihat-lihat, emang Ersa biasa aja, gak mungkin bisa ngebuat lo jatuh hati sama dia."

"eh jangan salah, dari mata jatuh ke hati, tak kenal maka tak sayang, bukan berarti biasa-biasa aja jadi gak ada ketertarikan sama sekali," Randy kembali tidak mau kalah.

"iya gue tau Ran, tapi tipe gue gak ada sama Ersa," Raka berdiri meraih tasnya lalu ke parkiran motornya.

                                   ***

Di rumah Kasih.

Setelah makan malam, Kasih segera masuk ke dalam kamar menyiapkan buku pelajarannya untuk besok, beserta kaosnya yang akan di pakai untuk membersihkan beberapa perlatan olahraga dan halaman sekolah.

"baby," sahut Bunda di ambang pintu.

"iya Bund?" Kasih beranjak dari duduknya mendekati Bunda.

"kamu udah mau tidur?" tanya Bunda mengelus pucuk kepala Kasih dengan lembut.

"Iya Bund, besok ada tugas Osis, jadi Kasih pulang agak sorean yah,  Kasih juga mau nyiapin tenaga buat besok," Kasih melepaskan pelukan Bundanya.
"yaudah kalo gitu, Kamu tidur gih,Bunda tadi cuman nyariin kamu, biasanya habis makan langsung nonton televisi," Bunda menutup kembali pintu kamar Kasih setelah mengecup lembut pucuk kepala Kasih.

Kasih merebahkan tubuhnya di atas kasur menatap langit-langit kamar.

Perlahan matanya mulai menutup, hingga terlelap sempurna.

Kriiinnggg...

Suara jam Alarm Kasih berbunyi lebih cepat dari biasanya, Kasih meraih Jamnya dengan mata yang masih tertutup, sepuluh menit Kasih mengumpulkan nyawa, ia segera beranjak masuk ke dalam kamar mandi.

"dingin banget, ini gara-gara Bang Bintang nih, gue bangun pagi banget," celoteh Kasih setelah memakai seragamnya.

"lo bawa apaan tuh di kantongan?" tanya bang Bintang di meja makan.

"baju ganti Bang, ada tugas sosial di sekolah," balas Kasih memasukkan sepotong roti tawar di mulutnya.

"hati-hati yah baby, belajar yang bener," ucap Bunda setelah ku cium punggung tangan Bunda.

Sudah bisa di tebak, gerbang sekolah baru saja di buka, sudah pasti belum ada siswa/siswi yang datang. Akhirnya Kasih memecah rekor terbaru bisa datang sepagi ini.

Jika sendiri seperti ini sekolah rasanya terlihat menyeramkan, tidak ada siapa-siapa disini, hanya suara pepohonan yang tertiup oleh angin, Kasih berjalan di koridor sekolah, tanpa menoleh kekiri dan kanan, tepat sekali, setiba depan kelas, terlihat gembok masih bergelantungan di situ.
Kasih menarik nafas kasarnya lalu berjalan kekantin.

Raka Pov.

Bukan hal biasa lagi jika kudatang sepagi ini di sekolah, kuparkirkan segera motorku, segera menuju ruang Osis menyimpan beberapa lembar pakaian gantiku di lemari. Karena terlalu pagi ke sekolah, aku lupa sarapan, bahkan sarapan pagi belum tersedia di meja makan.

Kulirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kiriku, sudah jam 07:10 kantin pasti sudah terbuka, aku mengucek-ngucek kedua mataku, melihat seorang wanita memakai seragam yang sama tertidur di meja kantin, bisa di tebak jika ia tertidur, karena posisi kepalanya di atas meja dengan kedua tangan yang dilipat.
Aku mengedarkan pandanganku, belum terlihat siapapun, bahkan ibu kantin belum ada di kantin, meskipun makanannya sudah tersusun rapi.

Aku mencoba mendekatinya, untuk memastikan dia tidak butuh bantuan.

"hei!" sahutku.

"hei!" aku kembali memanggilnya sambil menggoyangkan pelan lengannya, tidak banyak yang kusentuh, hanya jari telunjukku yang menyentuh pergelangan tangannya.

Terlihat ia mulai mengangkat kepalanya dengan mata tertutup sebelah.

Ya ampun, ternyata Kasih, ada rasa kesal kenapa aku membangunkan dia sebelum melihat jelas wajahnya.

"bel sekolah udah bunyi yah?" tanya Kasih.

"hah? Belum," balasku apa adanya, masih berdiri di hadapannya.

Kasih terlihat melirik jam tangannya, lalu mengedarkan pandangannya.

"Alhamdulillah, sudah ada yang datang," Gumam Kasih yang masih bisa kudengar.

"gue duluan yah," ucap Kasih, aku hanya mengangguk kecil.








Bersambung.  . .

A New Piece Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang