Perjuangan yang sia-sia

271 24 2
                                    

Langit siang hari yang begitu cerah, dengan hiasan awan membuat Raka mengulum senyum saat mendongak keatas sana. Bisikan lembut angin memanjakan teliga Raka. Sekali lagi Raka mendongakan kepalanya, menatap luas ke hamparan langit.

Baru saja hendak memutar kunci motornya, gerakannya terhenti saat melihat sebuah mobil terparkir di hadapannya. Mobil yang berwarna hitam, yang di kendarai oleh seorang cowok, memakai kemeja. Cowok itu tidak terlalu menyita perhatian Raka. Bahkan Raka tidak perduli dengan cowok berambut jabrik tadi yang rambutnya tertarik paksa kebelakang akibat angin yang menghempas.

Kasih yang baru saja keluar dari kelas, melewati Raka yang telah menunggunya di parkiran, senyum manis terlihat jelas di wajah Kasih. Ia menghampiri mobil yang terparkir di depan.

Raka mengeram pelan, ia benar-benar kesal dengan semua ini. Segera ia pacu motornya dengan kecepatan penuh untuk meluapkan kekesalannya.

Ia sendiri tidak tahu harus kemana membawa dirinya yang hatinya tengah terluka. Berjuan sendirian dan berakhir disia-siakan.
Itu menyakitkan.

Berjuang tidak sebercanda itu.
Bukankah berjuan itu melibatkan dua pihak?
Disini Raka yang merasa dicurangi, dibiarkan berjuang sementara Kasih membuat perjuangannya kandas sia-sia.

Ditepi jalan, Raka mencoba menghubungi Rian, mencari teman yang bisa ia ajak berbicara.

Raka langsung ke rumah Rian setelah mendapatkan jawaban darinya.

"kenapa lo?" tanya Rian melihat Raka dengan wajah kusut.

"sebel gue sama Kasih," balas Raka duduk di samping Rian depan teras rumahnya.

"Kasih kenapa?"

"sebenarnya doi ada rasa gak sih sama gue?"

"mana gue tau, lo lah yang tau, kan lo yang ngerasaain?"

"awalnya sih gue ngira kalo Kasih ada rasa sama gue, selama ini, dia fine-fine aja nerima perhatian gue, dia gak nolak sama sekali."

"terus?"

"gue baru sadar, apa mungkin Kasih oranganya kek gitu yah? Pemberi harapan palsu?"

"apaan sih lo, kayak lagu aja, emang udah ngebuktiin kalo Kasih cuman PHP lo doang?"

"yah gak sih, tapi gue tadi liat dia di jemput sama cowok, udah jelas-jelas gue nungguin dia di parkiran, eh dia malah nyolong aja pergi, gak ngasih tau gue apa kek atau apalah," Raka menyeruput segelas minuman dingin.
"di jemput cowok? Jangan-jangan keluarganya kali."

"ah mana mungkin."

"lo coba jelasin deh sama Kasih, lo coba positif thinking aja dulu."

"males gue."

Setelah beberapa jam mengeluarkan unek-uneknya, Raka berpamitan pulang ke rumah karena hari sudah sore.

***

Kasih tiba di rumah Wulan, langsung saja ia masuk ke dalam, setelah beberapa kali mengetuk pintu tapi tak ada jawaban.

"eh Kasih," sahut Kak Widi baru turun dari tangga.

"maaf kak, Kasih langsung masuk, soalnya tadi Kasih ketok-ketok gak ada yang bukain, pintunya juga gak di kunci."

"iya, Gak apa-apa, nyariin Wulan yah?"

"Iya kak, Wulannya ada kak?"

"aduh Kas, Wulan lagi keluar sama Mama."

"emang Wulan kenapa gak masuk sekolah tadi? Nomornya juga gak aktif."

A New Piece Of HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang