23. Tuhan, mengapa aku berbeda?

432 27 7
                                    

Hai sobat Tasytalk! Selamat malam! Hihi, mengingat tasya selalu up beberapa bab saat ini pada malam yang menuju dini hari.

Tasya meminta maaf sebesar-besarnya, karena bulan desember itu bulan kroditnya anak mahasantuy seperti tasya. Jadi mohon dimaklumi.

Oke keburu kelamaan, takutnya kalian keburu lumutan. Pembahasannya masih sama dengan sebelum-sebelumnya, tentang tahap pencarian inner beauty kalian yang terpendam. KALAU BEGITU, MARI KITA GALI BERSAMA-SAMA!

Tuhan, mengapa aku berbeda?

Pernah tidak, saat selesai berdoa malam sebelum tidur kalian bertanya dalam hati. Mengatakan mengapa aku berbeda? Bertanya apa maksud dan tujuan hadirnya sebuah perbedaan itu sendiri?

Aku pernah. DULU SEKALI waktu menginjak Sekolah Dasar. Aku berbeda, sebab aku kidal. Dulu, seseorang yang menulis menggunakan tangan kiri itu dianggap aib. Dosa. Kebiasaan tidak baik. Bahkan, kalau bisa dihilangkan saja.

Karena budaya kita dan beberapa agama menuturkan begitu. Aku yang masih berusia 6 tahun saat itu merasa benci pada keadaanku. MARAH. Kenapa? Karena lingkungan menolakku.

Yang paling parah, saat ada soal di papan. Aku beranikan diri menjawab. Namun, bukannya pujian yang aku terima. Tanganku malah di pukul Ibu guru, dia marah aku menjawab soal di papan menggunakan tangan kiri.

Saat itu aku takut, ingin menangis. Dan sampai saat ini aku trauma berdiri sendiri ke depan kelas atau panggung. Yang ada di pikirankku hanya, takut dilihat banyak orang.

Pernah sekali trauma itu aku lawan, tapi yang ada kepalaku pusing. Aku kalah. Traumanya sudah mengendap, tidak bisa diobati. Bisaku hanya mengadu pada Tuhan, sekiranya Tuhan memberikan jawaban dan penyelesain.

Puji Tuhan, sampai saat ini aku masih menggunakan tangan kiri. Aku berjuang, karena kebiasaanku ini unik. Aku beda, aku istimewa.

Sekarang pertanyaannya, apakah kamu sudah bisa menerima perbedaanmu itu menjadi sebuah keistimewaan?

Menerima itu susah, loh. Perjalananku hingga mau menerima keadaanku yang berbeda ini banyak sekali kerikil-kerikil masalah. Sampai pernah ada temanku yang nekat memberikan beberapa hadis yang intinya berbunyi menulis menggunakan tangan kiri itu DOSA.

Jujur aku sakit hati, aku merasa marah saat itu. Namun, kalau dipikir-pikir sekali lagi artinya temanku itu peduli loh dengan keadaanku. Aku saja yang sudah buta akan rasa kasih, aku yang buat batasan itu sendiri.

AKU YANG TIDAK MENGHARGAI DIRIKU SENDIRI. AKU YANG MENILAI BURUK KE DIRIKU SENDIRI. AKU BENCI DIRIKU SENDIRI.

Aku tidak bisa mengubah kebiasaanku, menjadi sama seperti apa yang orang sekitarku inginkan itu sulit. AKU ADALAH AKU, DENGAN SEGALA KEKURANGANKU.

Maka, saat itu aku putuskan berdamai dengan diriku. Menerima perbedaan itu sendiri, dan segala rasa damai menyertaiku. Berdamai dengan diri sendiri itu sungguh menyejukkan hati, serasa ajaran cinta kasih Tuhan tergenapi.

Akhirnya aku sadar. Mengapa Tuhan menciptakan perbedaan itu sendiri?

BEDA. Satu kata berjuta makna. Banyak hal yang kita temukan di dunia itu memiliki bentuk, jenis, rupa yang beragam. Mulai dari jenis kelamin, Tuhan menciptakan pria dan wanita.

Belum lagi perihal lainnya, yang tak mampu tasya paparkan sangking banyaknya. BEDA ITU HAL BIASA, BEDA BUKAN MASALAH.

Namun, bagaimana jadinya jika kini beda menjadi sebuah titik permasalahan manusia di dalam memaknai kehidupan?

Manusia menciptakan sebuah ruang yang mampu mencangkup beberapa lapisan saja, seperti perbandingan antara kaya dan miskin, ras kulit putih dan kulit hitam. Lalu antara si tampan dan si cantik yang derajatnya selalu berada di atas si buruk rupa.

Kata BEDA seolah jadi bumerang bagi siapa saja yang tak sesuai ketentuan. Mereka terbuang, terhinakan, berada di titik terendah dengan keadaan minim akan empati.

Padahal berbeda adalah cara Tuhan mengajari para umatnya, untuk bersyukur dan menerima. Tidak ada seorang pun manusia di dunia yang Tuhan ciptakan sama. Sidik jari manusia saja berbeda, tubuh, suara, kebiasaan dan lain sebagainya.

BEDA ITU SALAH SATU CARA TUHAN MENGISTIMEWAKAN KITA SEMUA.

Jika, kalian berbeda. Tidak sesuai standar kencantikan, tidak sesuai kebiasaan manusia lainnya, tidak selengkap keadaan manusia lainnya pun tak apa!

Cukup cintai dirimu, seperti Tuhan mencintai umatnya. KITA.

TASYTALKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang