Ungkapan Cinta

8.3K 888 110
                                    

Alunan lagu Jika dari Melly Goeslaw feat Ari Lasso versi cover ikut menyemarakkan pikiranku. Masih terbayang jelas kejadian saat tak sengaja melihat Juragan Jingga dan Abu tengah beradu argumen, walau sebenarnya suara mereka amat sangat kecil untuk sampai ke indera pendengaran.

"Huft ...." Aku merebahkan diri seraya membenarkan earphone yang hampir lepas dari telinga. Sungguh, kenapa kehidupan Juragan Jingga terasa sangat misteri?

Benarkah dia suamiku? Kalau iya, seharusnya aku tahu banyak tentang dia. Aku jadi senyum sendiri, mengingat diri ini bahkan tak tahu makanan favorit atau warna kesukaannya. Apa selama ini aku terlalu menikmati status jadi orang kaya baru, tanpa memikirkan keadaan sekitar?

Apa aku memang tidak peka? Apa aku ... tidak tahu terima kasih?

Ah ... aku jadi bingung sendiri. Yang jelas, kali ini aku harus punya misi, mengobrak-abrik segala rahasia di balik kehidupan misteri Juragan Jingga.

*******

Walau dari sudut belakang tubuhnya, aku bisa melihat kalau Juragan tengah tersenyum. Sepertinya ia sangat menyayangi kucing peliharaannya yang berbulu lebat. Dengan pelan aku kembali memajukan langkah, lalu ikut berjongkok di sampingnya.

"Sepertinya Rona udah gak takut lagi ya sama aku?" kataku begitu saja sambil memandangi hewan manja tersebut.

"Heem," sahut Juragan, aku menoleh kemudian, penasaran kenapa ia tidak terkejut dengan kehadiranku.

"Juragan suka banget kucing, ya?"

"Menurutmu?"

Aku menggaruk kepala yang terbalut hijab instan, bukan karena gatal, melainkan bingung harus memulai misi dari mana.

"Kenapa namanya Rona, Juragan?" tanyaku lagi.

Hening.

Juragan masih tersenyum, sibuk mengelusi kepala kucing yang tengah makan dengan lahap. Senyumnya kali ini tampak berbeda, lebih tulus dan menenangkan. Tanpa paksaan.

Coba kalau setiap hari Juragan seperti itu, 'kan ganteng, tidak terlihat menyebalkan.

"Karena dia merona. Dia selalu menarik perhatian." Mulutku membulat, lalu ikut mengelus bulu halus sang kucing.

"Juragan, kenapa aku belum dikenalin sama sang mertua alias orang tua Juragan?" tanyaku, mencoba memulai misi.

Sungguh, lama sekali Juragan menjawab satu pertanyaan itu. Bahkan air mukanya terlihat berubah. Apa aku melakukan kesalahan lagi? Ah, mati saja kau Rembulan kalau sampai benar.

"Ma-maaf, Juragan. Pertanyaanku salah, ya?" ujarku sedikit takut. Juragan masih menatap kucingnya.

"Nanti kukenalkan." Mataku seolah ingin keluar saat itu juga, sungguh jawaban yang tak terduga.

"Ka-kapan?" Aku jadi gugup.

"Kataku nanti, 'kan?" Juragan melirikku sekilas.

"Kenapa tidak sekarang saja, Juragan?" Aku memegang lengan atasnya, ia menoleh dan menatap peganganku, tampak tak suka, otomatis kulepaskan kembali genggaman itu.

"Orang tuaku jauh."

"Jauh? Emm, di mana? Apa berada di luar kota?" cercaku, ia terdengar mengembuskan napas kasar.

"Ya." Sesingkat itu jawabannya? Huh, dasar,  manusia teka-teki.

Mencoba untuk tidak kesal, aku mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.

"Jaga Rona," perintahnya lalu berdiri, aku mendongak hendak ikut bangkit, namun Juragan menahan kepalaku.

"Mau ke mana?"

Juragan JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang