TERNYATA ... OH, TERNYATA.

48 5 6
                                    


082313051978

assalamualaikum Kirana. Lagi apa? Sudah sholat?

Kirana mengernyitkan kedua alisnya dengan mata yang sedikit menyipit. Sepertinya Dia tidak mengenal pemilik nomor WA tersebut.

"siapa ya? perasaan aku nggak kenal sama nomor ini. Mana foto profilnya gambar kaligrafi, bukan foto orangnya. Bodo ah." kirana bermonolog, kemudian meletakkan kembali ponselnya diatas nakas.

Semenit kemudian nada notifikasi kembali terdengar. Kirana tidak berniat untuk melihat siapa yang mengiriminya pesan. Dalam benaknya sudah memastikan kalau si pengirim pesan itu si nomor misterius.

Sekali lagi nada itu terdengar, lagi, dan lagi. Akhirnya dengan malas kirana mengambil ponselnya dari atas nakas, penasaran dengan apa yang tertulis di situ.

082313051978

Kok, nggak dibalas kirana?
Kamu belum tidurkan?

082313051978

Kirana? Apa aku ganggu kamu?

082313051978

Maaf,  kalau aku sudah ganggu. Selamat malam kirana. Mimpi indah.

Kirana mengerjapkan kedua matanya beberapa kali, bingung dengan maksud si pengirim pesan. Mau membalasnya tapi takut yang sana ke ge-eran.
Akhirnya Kirana meletakkan kembali ponselnya diatas nakas, setelah sebelumnya Dia matikan.

*******************************

Pagi ini sepertinya berbeda dengan pagi yang sebelumnya.
Suasana mendung diluar sana membuat suasana kota Semarang terasa sejuk dan membikin kantuk. Tak terkecuali Kirana yang sangat malas untuk membuka mata. Bukannya turun dari tempat tidur,  justru selimut teddy bearnya yang naik menutupi hampir seluruh tubuhnya. Setelah semalam waktu tidurnya sedikit larut karena chat dari nomor misterius, sedikit banyak menyita perhatian setelah sekian lama hati dan pikirannya tak bisa berpaling dari Bram. Akhirnya, seperti inilah Kirana yang masih setia dengan kasur.

Suara ketukan berkali-kali terdengar. Pertama terdengar pelan, lama kelamaan menjadi gedoran, karena si empunya kamar tidak juga membukakan pintu.

"Kirana, bangun! Kirana!"

Suara gedoran di pintu berbarengan dengan teriakan namanya, membuat Kirana melompat turun dari tempat tidur dan bergegas membuka pintu,  karena Dia tahu siapa pemilik suara yang menggelegar itu.

"Bapak," ucap Kirana pelan, setelah pintu kamar terbuka dan terlihat Pak Gunawan dengan wajah kesal.

"Anak perempuan jam segini masih enak-enakan ngorok. Bukan-nya bantu-bantu bersihin rumah. Cepat keluar, ada anaknya tante Feny, nyari-in kamu!" Pak Gunawan segera berlalu dan membiarkan putrinya bengong sendirian, mencoba mencerna dengan jelas omongan Bapaknya barusan.

Sepuluh menit kemudian Kirana keluar menuju keruang keluarga,   terlihat Mamanya sedang berbincang asik dengan anaknya Tante Feny,  yang entah siapa namanya cowok tampan berkaca-mata itu. Kirana lupa.

"Ibu."

Bu Ningsih memalingkan wajahnya, kearah sumber suara. Melihat putrinya diam tertegun, membuatnya berdiri dan berjalan menghampiri Kirana.

"Ada Nak Aldo. Dia kesini mau ajak kamu CFD an," ucap Bu Ningsih kemudian.

Kirana mengernyitkan dahi mendengar omongan ibunya barusan. Belum sempat Kiran menjawab, Aldo lebih dulu berkata,

"Tante sama Om Gunawan juga bisa ikutan. semakin banyak yang ikut, semakin seru dan bersemangat. Dik Triyana dan Dik Wulandari, katanya mau ikutan juga. "

Nggak tahu kenapa, Kirana menganggukkan kepalanya saat itu juga tanpa adanya bantahan.
Bu Ningsih yang melihat perubahan sikap Kirana menjadi sangat bahagia dan merasa bersyukur atas kedatangan Aldo.

"Nak Aldo, tunggu sebentar ya. Kita mau siap-siap dulu, "ujar Bu Ningsih sambil menggandeng tangan kirana

"Sayang,  Ibu hanya ingin kita bisa berbahagia dengan sehat pagi ini. Kita jarang sekali CFD kan?" Ibu Ningsih berbicara  setelah mereka berada di ruang makan, yang letaknya jauh dari ruang tamu dimana Aldo sekarang duduk.

Belum sempat Kirana menjawab, kedua adiknya, Triyana dan Wulandari ikutan menimpali ucapan Ibu Mereka. Dan sepertinya mereka bertiga kompak bersekutu dengan Aldo untuk membawa Kirana CFD-an sekeluarga.
Sekarang tinggal Bapak yang belum menentukan pilihan,  akan ikut atau tidak. Syukur-syukur melarang mereka semua untuk pergi, karena jujur saja Kirana sudah anti dengan namanya berbaur dengan keramaian. Karena menurutnya percuma saja jalan-jalan menikmati suasana, jika hati dan pikirannya tidak bisa bahagia. Bukankah lebih menyenangkan jika berdiam di rumah saja, ditemani buku yang dulu banyak dibeli oleh Bram saat mereka berdua jalan berdua. Dunianya adalah kenangan bersama Bramastya. Kenangan yang membuatnya tetap merasakan bahagia meski cuma semu semata.

"Kirana, berolah-raga itu bisa meningkatkan hormon endorfin --hormon pencipta bahagia. Kamu butuh lebih banyak endorfin saat ini. Jadi usul nak Aldo itu cerdas sekali. Iyakan, Bu?" ucap Pak Gunawan sambil menatap kearah istrinya.

Itu terjadi saat Kirana bermaksud mencari dukungan demi batalnya niat Aldo beserta sekutunya, namun justru ada sekutu baru lagi yang bergabung.

Dan disinilah mereka,  di seputaran simpang lima Semarang. Banyak sekali warga kota yang berjalan dan berolah-raga. Ada pula yang hanya berburu jajanan buat sarapan, yang memang banyak tersebar di pinggiran jalan simpang lima ini. Tak terkecuali Kirana yang memang pada dasarnya tidak menyukai olah-raga, jadi bukannya joging atau jalan cepat seperti kedua orang tuanya, Kirana justru duduk santai di rerumputan yang ada di taman simpang lima.

Aldo, yang sejak awal selalu mengawasi dengan diam semua gerak-gerik Kirana,  juga tidak melakukan olah tubuh seperti orang kebanyakan. Semua inderanya berpusat hanya ke satu titik, Kirana!

"Minum?" Tangan Aldo menyodorkan sebotol air mineral kehadapan Kirana.

Kirana menatap Aldo sejenak sebelum tangannya terulur, menerima botol dari tangan Aldo, sembari berkata, "Makasih Mas."

Aldo tersenyum dengan reaksi yang diterimanya melebihi perkiraan.

"Aku pikir kamu akan menolak pemberianku, ternyata Kamu tidak sedingin yang aku rasa."

Kirana memalingkan wajahnya dengan kening yang saling bertaut, memandang heran kearah lelaki berkaca-mata yang semakin tampan dengan pakaian casualnya itu.

"Maaf, maksud Mas apa ya? Kita baru kenal jadi jangan mengambil kesimpulan terlalu dini. Mas tidak tahu apa-apa tentang hidup saya."

Aldo tersenyum sementara kedua tangannya memainkan rumput, untuk menetralisir degup jantungnya yang berdetak cepat setiap kali berdekatan dengan Kirana.

"Maksudku bukan itu Kiran. Maaf ya, kalau bikin kamu salah sangka. Kita memang belum kenal lama, tapi dari gesturmu dan bicaramu yang sangat jarang, bisa membuat orang berpresepsi seperti itu." Aldo menatap manik mata Kirana dengan tatapan yang lembut.

Kirana yang merasa kikuk mendapat tatapan seperti itu,  kemudian memalingkan wajahnya sehingga memutus sorot mata Aldo.

"Kenapa semalam cuma di read aja?" tanya Aldo kemudian.

Kirana bingung dengan pertanyaan lelaki itu, sehingga membuatnya kembali menatap wajah tampan itu lalu berucap, "Hah? Maksudnya apa ya?"

"Semalam, kenapa nggak mau balas salamku? Jadi jangan salahkan aku jika aku berpikir kalau kamu itu dingin."

Ingatan Kirana mengembara ke kejadian malam itu, saat ada chat asing masuk dengan nomor yang belum ada di kontaknya, orang misterius!

"Jadi itu Kamu?" Mata Kirana membulat karena terkejut.

Aldo menganggukan kepalanya.

"beneran Kamu?" tanyanya sekali lagi untuk memastikan.

"ya, itu Aku," tegas Aldo.

Dan kedua mata Kirana pun semakin membulat sempurna.

                 Bersambung ...

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Publish: Senin 23 Desember 2019.
Pukul : 11.10 wib.

UNFORGETTABLE LOVE. (On Going! )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang