Mata Kirana terpejam mendengar kalimat yang mengguncang perasaannya itu meluncur mulus dari mulut lelaki yang selalu ada dipikirannya.Brama yang menanti sebuah jawaban menatap cemas wajah kekasihnya dengan jantung yang berdegup kencang, membayangkan penolakan Kirana atas dirinya
"Sweetie ...""Tunggu sampai hubunganku dengan Mas Aldo berakhir baru aku bersedia." Kirana menatap wajah tampan dihadapannya dengan sendu. Ingin rasanya berteriak mengucap i do, tetapi nuraninya mencegah, karena statusnya saat ini yang masih tunangan Aldo, membuatnya merasa seperti pengkhianat.
Brama mengusap kasar wajahnya sebelum merengkuh bahu Kirana dan membawa wanita itu kedalam pelukan.
"Mas akan berusaha menunggu meskipun itu sangat sulit untuk kulakukan. Bahkan saat ini ingin rasanya mas membawamu ke Semarang bertemu orangtuamu, meminta restunya kembali seperti yang mas lakukan dulu dan kita akan menikah saat itu juga."Kirana merenggangkan pelukannya lalu menatap wajah tampan Brama. "Kalau Mas ditolak?"
"Mas yakin tidak. Karena putri kesayangannya ini tidak akan bisa menikah dengan lelaki manapun kecuali dengan Bramastya Atmadja. Pemilik hati Kirana Larasati dari zaman putih abu-abu sampai ujung umur kita." Bramastya menatap lekat manik hitam Kirana, sehingga membuat wanita berwajah manis itu merona dan salah tingkah.
"Huh, sok yakin. Jangan kepedean, sayang. Kalau nggak sesuai ekspektasi, nanti Mas pusing sendiri."
"Kalau ditolak, ya usaha lagi, sampai dapat. Kalau pusing, tinggal lihat wajah mu yang manis dan ngangenin ini, dijamin—"
"Dijamin pusingnya ilang. Iya 'kan, Mas?" Potong Kirana sambil tersenyum lebar dengan mata yang berbinar, merasa tebakannya benar.
Brama menggeleng cepat. "Nggak. Justru tambah pusing!"
Seketika raut wajah ceria Kirana berubah murung dengan bibir merengut. "Jahat," desisnya.
Brama tertawa melihat wajah kekasihnya dan semakin tergelak ketika mendengar desisannya. Tiba-tiba kedua tangan lelaki perlente itu merangkum pipi Kirana sehingga membuat bibir penuh itu mengerucut, lalu secepat kilat mengecupnya berkali-kali hingga wajah Kirana memerah.
"Bisa tambah pusing kalau cuma lihat kamu tanpa bisa beginiian."Wajah Kirana semakin panas mendengar godaan lelaki gagah yang semakin memesona saja disetiap harinya. Bramastya masih saja memeluk tubuh berisi Kirana dengan erat tanpa menghentikan kecupannya. "Dasar mesum!" Seru Kirana.
"Laki-laki dan mesum itu bersahabat, sayang," goda Bramastya sekali lagi dan sukses membuat wajah kekasihnya semakin kesal.
"Iyain aja, biar kamu puas."
"Puasnya cuma sama kamu, apalagi kalau kita sama-sama puas, pasti teramat puas. Dobel puas." Brama mengedipkan sebelah matanya dengan senyuman menggoda sehingga membuat wajah Kirana memerah dan lelaki tampan itu terkekeh karenanya.
"Ih ... ngomong apa sih. Nggak jelas banget!" Kirana segera berlalu— menyembunyikan wajahnya yang memerah -— meninggalkan Bramastya yang tergelak sambil membungkuk memegang perutnya.
"Sayang ... mau kemana? Jangan marah dong. Katanya pingin aku puas?" teriak Bramastya saat melihat Kirana semakin jauh meninggalkannya.
"Bodo!" Kirana semakin mempercepat langkahnya sambil menutup kedua telinga, dan di belakang wanita manis itu Bramastya bergegas mengejar dengan senyuman lebar.
♡♡♡♡♡
"Sunrise terindah dalam hidupku, Sweetie"
Saat ini mereka tengah duduk di sebuah batu besar yang agak menjorok ke lautan. Badan kecil Kirana terasa sangat pas dalam dekapan Bramastya dengan kepala lelaki tampan itu berada di atas bahu mungil kekasihnya. Tubuh keduanya menempel tanpa sela, sangat intim dan jangan lupa dengan kemesuman Bramastya yang tak pernah berhenti memberikan kecupan di seputar tulang selangka hingga seluruh wajah tanpa terkecuali. Sesekali mereka berciuman lembut dengan latar indahnya matahari terbit yang semakin membuat mereka terbuai dalam memuaskan rindu yang sekian lama terpendam.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFORGETTABLE LOVE. (On Going! )
Roman d'amour"Rasanya ingin mati saja dan menyusulmu disana, karena mencintai selain dirimu adalah hal yang mustahil kulakukan. Bukankah kita telah berjanji selalu bersama sampai ke alam keabadian?" ~ Kirana larasati.~ "Aku kembali disini dalam wajah yang ber...