POSESIF

56 8 25
                                    

"Dengan hanya menyentuh nya, itu seperti halnya 'menyentuh'ku, dan bila menyakiti nya, itu sama halnya 'kematian'mu!"

Sudah berapa potong baju yang dicoba oleh Kirana, dan belum ada satu pun yang dia pilih.
Sepertinya semua tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya ada satu gaun berwarna biru muda berpotongan sederhana, namun sangat elegan yang jadi pilihannya. Kirana mematut dirinya di cermin, dan juga tak lupa menyapukan bedak tipis di wajah serta memoleskan lipglos di bibirnya. Sangat manis dan yang penting tidak menor! Itu pesan yang selalu terngiang di otak Kirana, tidak boleh menor! Itu permintaan " suami masa depannya".

Waktu sudah menunjukkan pukul 7.00 malam. Kirana terlihat gelisah, berkali-kali dia melihat ke arah teras rumah, berkali-kali juga dia kecewa.

"Huh, jadi ke sini nggak sih!" Kirana berujar sambil mengerucutkan bibir-nya.

"Awas saja kalau berani ingkar, bakal ....." Belum selesai Kirana berujar, terdengar suara pria mengucap salam.
Dengan cepat Kirana berjalan ke arah pintu depan.

"Katanya selepas isya', kok baru datang?" sungut Kirana.

"Salamnya di jawab dulu dong yang, dosa lo kalau nggak." Bram masih berdiri di depan pintu dan  belum berniat masuk ke dalam.

"Iya, waalaikumsalam." balas Kirana, dengan intonasi suara yang lebih rendah.

Belum sempat Bram masuk ke dalam rumah, ibu Ningsih--ibu Kirana, muncul dari dalam rumah sambil berkata, " nggak usah dilepas Bram, mendingan kalian berangkat sekarang keburu malam. Jangan lupa jam 10.00 tepat, harus sampai rumah. mengerti Bram."

Bram menganggukkan kepala dan berjanji kepada ibu Ningsih, akan pulang tepat waktu.

"Kita mau ke mana?" Kirana memandang ke arah Bram yang tengah memasangkan seat belt untuknya.

Bram mendongak, lalu menatap manik hitam Kirana dengan lekat, sambil tersenyum ia berkata, "ada teman yang hari ini opening restonya. Kita kesana karena view-nya bagus banget, di daerah Candi."

Kirana salah tingkah dengan cara Bram memperlakukan-nya, dia hanya mengiyakan saja semua ucapan bram.
Dan semakin gemetar tubuhnya, saat tangan Bram memegang tangannya, sedangkan tangan  yang satunya memegang kemudi mobil.

Dan semakin gemetar tubuhnya, saat tangan Bram memegang tangannya, sedangkan tangan  yang satunya memegang kemudi mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suasana resto sangat ramai. Karena ini launching perdana, tetapi Bram mendapatkan tempat yang strategis, dengan view yang langsung bisa menatap kota Semarang di malam hari dari atas bukit dengan lampu yang ber-kerlip seperti kunang- kunang jika dilihat dari tempat Bram dan Kirana duduk.

Tak lama kemudian seorang pelayan datang sambil membawa hidangan yang sebelumnya sudah di pesan oleh Bram.
Sambil sedikit membungkuk, pelayan itu meletakkan beberapa hidangan sea food di atas meja persegi yang ditata dengan sangat cantik.

"Kamu suka sea food- kan?" Bram mengambil beberapa udang besar, kerang dan cumi dari sebuah pinggan besar yang ada di hadapannya, kemudian menaruh di atas piring, lalu meletakkan piring itu di depan Kirana.

UNFORGETTABLE LOVE. (On Going! )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang