FINE DINING.

106 6 16
                                    

Kita belanjanya di butik teman-nya Mama aja, gimana?" tanya Aldo tanpa mau melepaskan rengkuhannya.

"Iya, terserah Mas saja. Kirana ngikut," jawab Kirana pasrah.

Untuk beberapa saat mereka tetap saling berpelukan, sampai lupa kalau saat ini mereka masih di dalam ruangan meeting,  hingga terdengar seruan dari arah belakang Aldo.

"Astaghfirullahaladzim!!!"

Serentak kedua sejoli yang masih berdekapan itu melepaskan pelukannya--karena terkejut, sambil menoleh kearah sumber suara.

"Kamu!" Aldo menatap tajam wanita di depannya, karena merasa terganggu. Wanita berpawakan kecil yang  merupakan salah satu karyawan Aldo itu, wajahnya terlihat pucat pasi menahan takut sekaligus malu karena masuk diwaktu yang tidak tepat.

"Maaf ... maaf, maaf Pak," cicit wanita itu, kemudian cepat-cepat membalikkan badannya dan berjalan menuju pintu.
Namun baru dua langkah wanita itu berjalan...

"Tunggu sebentar!" Aldo berseru.

"Ada perlu apa Kamu kemari? sambung Aldo sambil menatap punggung karyawannya yang tengah berdiri tegak  membelakanginya.

"Anu ... itu, ehm ... mau ambil ponsel saya yang tertinggal, pak,"  jelas wanita itu bergeming.

Kirana tersenyum mendengarnya sedangkan Aldo berdecak kesal.

"Sayang, kita ke butik sekarang?" Aldo menatap Kirana yang berada tepat disampingnya dengan tangan mereka yang saling bertaut.
Kirana membalas tatapan mesra Bosnya itu dengan mengangguk sambil tersenyum lebar.

Pasangan yang lagi kasmaran itupun berlalu dari hadapan karyawan wanita yang dari nametagnya bernama Indah Gayatri, salah satu team sukses Buana Genta.

"Kami akan pergi. Kamu cari saja ponselmu."

Aldo dan Kirana sama-sama tersenyum kearah Indah. Wanita cantik itu membalas dengan tersenyum kikuk, merasa tidak enak hati karena sudah mengganggu keintiman Bos dengan sekertarisnya itu.

~♡♡~

"Mas ...," ucap Kirana berbisik.

"Heem."

"Aku gugup nih." Kirana menatap Aldo yang tengah duduk disampingnya dengan cemas. Kedua jari tangannya saling meremas, mencoba menetralisir gemuruh didadanya yang berdetak cepat tanpa ada sebabnya.

Aldo menggenggam kedua tangan Kirana yang terasa dingin, lalu meremasnya dengan lembut berharap kekasihnya bisa meredam kegugupannya yang sangat terlihat jelas dari raut wajah Kirana yang sedikit pucat.

"Tenang sayang, nggak perlu gugup seperti ini. Ini cuma makan malam biasa.lagipula Pak Brama orangnya cukup baik, meskipun berwajah datar dan  nyaris tanpa senyum tapi  waktu aku  pertama kali ketemu, orangnya tidak semengerikan gosip yang selama ini beredar. Santai ya yang. Kalau Kamu gugup, ambil napas dalam-dalam lalu hembuskan. Ulangi beberapa kali, lalu bilang dalam hati ' Aku baik-baik saja'. And trust me, it's work."

Kirana mengangguk lalu melakukan seperti apa yang disarankan oleh Aldo. Tak seberapa lama rasa gugup itu perlahan menghilang, tetapi debaran jantung Kirana masih tetap berdetak cepat dan Kirana masih belum tahu apa penyebabnya, seolah jantungnya memiliki kendali sendiri.

"Selamat malam, Pak Aldo. Maaf saya terlambat." Terdengar suara berat seseorang yang tengah berdiri tegak tepat didepan Aldo.
Kirana dan Aldo seketika mendongak. Terlihat seorang lelaki perlente, berwajah tampan dengan rahang tegas dan hidung mancung. Rambutnya tersisir rapi dengan alis tebal dan mata setajam elang.
Lelaki itu tersenyum kearah Aldo. Aldo serentak berdiri dengan senyum lebarnya menjabat tangan lelaki perlente tersebut sambil berkata, "Pak Brama."

UNFORGETTABLE LOVE. (On Going! )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang