TUNANGAN.

47 7 15
                                    


"Dokter, bagaimana keadaan putraku? Apa semua berjalan lancar dan sesuai harapan?"

Dokter paruh baya itu tersenyum lebar kepada pasangan suami - istri yang terlihat cemas. Dia menjawab pertanyaan Sambil melepas masker  pada wajahnya.

"Semua baik-baik saja. Operasi berjalan lancar. Meskipun ada beberapa kendala, tetapi semua dapat diatasi dengan baik. Kita tinggal tunggu hasil selanjutnya, apakah tubuhnya bisa menerima dengan baik atau tidak. Dan tidak ada komplikasi maupun infeksi dikarenakan adanya penolakan dengan tubuh aslinya. Kita--team dokter, sudah berusaha semaksimal mungkin, agar operasi ini berjalan sukses. Kita lihat beberapa pekan kedepan Tuan...Nyonya."

Pasangan paruh baya itu saling memeluk, tampak buliran air mata jatuh di kedua pipi masing-masing.

"Terima-kasih. Terima-kasih Dokter." Pasangan itu bergantian menjabat tangan Dokter yang juga matanya terlihat berlinang air mata, terharu atas kebahagian pasangan yang masih terlihat rukun dan romantis di usia paruh baya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Setahun kemudian.

"Sayang...aku taruh belanjaan-nya di meja atau aku masukan langsung di kulkas?" Aldo berbicara dengan sedikit berteriak, sementara kedua tangan-nya memeluk kantong belanjaan.

"Sayang..." ucapnya sekali lagi. Aldo meletakkan semua barang yang ada di tangannya diatas meja.

"Taruh aja diatas meja, nanti aku masukin ke kulkas, Mas." Terdengar suara dari ruangan lain.

Aldo menganguk-kan kepala, kemudian berjalan menuju ke kabinet yang ada di depannya. Membuka salah satu diantaranya dan mengambil dua buah gelas panjang dan meletakkannya diatas meja pantry, bersebelahan dengan kantung belanjaan. Lalu  Aldo kembali melangkahkan kakinya menuju ke lemari pendingin yang bersebelahan letaknya dengan kabinet.
Terlihat beberapa buah botol minuman berisi air minum, beberapa kotak susu tanpa rasa dan satu kotak besar jus jambu merah. Tangan Aldo meraih kotak jus jambu lalu segera menutup pintu kulkas. Ketika tubuhnya berbalik seorang wanita berwajah manis tengah duduk diatas kursi pantry.

"Jus jambu, cocok diminum pas lagi haus-hausnya." Tangan Aldo menuang jus kedalam 2 gelas kosong yang ada di atas meja lalu memberikan salah satunya kepada wanita yang duduk tepat dihadapannya.

Dengan tersenyum wanita itu mengambil gelas dari genggaman Aldo sambil berucap, "makasih, Mas." Segelas jus jambu berkurang setengahnya begitu wanita itu meminumnya.

"Memang harus ya, kita ngadain acara syukuran, terus ngundang orang?" Wanita itu bertanya setelah meletakkan gelas minumannya.

"Nggak banyak sayang. Cuma teman-teman dekat kita aja. Berbagi kebahagian itu ibadah lo, yang," terang Aldo sambil menggengam tangan Wanita manis itu.

"Tapi Mas..."

"Kiran. Please...aku ingin semua orang tahu kalau kita sudah terikat. Jadi nggak ada lagi orang-orang yang berani merendahkanmu. Jangan nolak ya." pinta Aldo dengan tatapan mata penuh  harap.

"Iya, Mas. Tapi acaranya sederhana aja ya, aku nggak begitu nyaman kalau banyak orang." Kirana menyetujui keinginan Aldo, selama itu masih membuatnya merasa nyaman. Karena baginya, berada diantara banyak orang membuatnya tersiksa. Sejak kematian Bramastya membuat interaksi sosialnya benar-benar berubah.

"As you wish, sweety." Tangan Aldo mengusap lembut rambut sebahu Kirana.

Kirana dan Aldo baru saja mengadakan acara pertunangan di Semarang, tempat asal mereka berdua. Butuh waktu setahun bagi Aldo untuk membuat Kirana menerima Dirinya dan berakhir dengan pertunangan. Kirana menolak menikah secara cepat, dan menawarkan sebuah pertunangan dengan alasan untuk membiasakan hatinya atas keberadaan Aldo, karena sesungguhnya Kirana tak bisa melupakan Bramastya begitu saja.
Cinta itu masih sama besarnya seperti saat masih ada Bramastya disisinya.
Kirana hanya ingin mencoba untuk memberi kesempatan bagi Aldo untuk membuatnya kembali merasakan bahagia, meskipun terlihat egois dan tidak adil bagi Aldo, tetapi lelaki itu bersikeras untuk masuk ke kehidupannya meskipun tahu bila cinta Kirana masih untuk Bramastya.

Acara pertunangan itu sendiri hanya dihadiri oleh keluarga keduanya, sehingga Aldo merasa harus membuat acara syukuran untuk teman-temannya  dan juga beberapa teman Kirana di Jakarta. Seperti permintaan Kirana, Aldo tidak mengundang kolega-koleganya karena itu akan sangat merepotkan dan juga akan membuat banyak orang yang hadir, hal yang sangat dihindari oleh Kirana.

"Mau kemana yang?" Aldo bertanya ketika Kirana beranjak dari tempatnya duduk.

"Mau beresin belanja Mas. Kan tadi kita beli daging sama ikan, kalau nggak langsung dimasukin di freezer bisa busuk." Tangan Kirana mengambil barang-barang dari dalam kantong belanjaan, lalu memilah-milahnya sesuai dengan fungsi dan jenisnya. Saat  tangannya menemukan daging dan ikan, Kirana langsung membuka kulkas dan menyimpannya di dalam freezer. Sementara itu buah dan sayuran segar dicucinya terlebih dahulu dengan sabun khusus, sebelum dimasukkan kedalam lemari pendingin.

"Sayang...sini." Aldo menepuk kursi disampingnya dengan mata yang selalu menatap kearah Kirana sedari tadi.

Kirana yang memang telah selesai dengan pekerjaan, mendekat kearah calon suaminya dan duduk kembali diatas kursi yang tadi sempat ditinggalkannya.

Aldo menghadapkan tubuhnya kearah Kiran, kemudian mengambil kedua tangan wanita yang sangat dicintainya itu dalam genggamannya.

"Makasih ya sayang, karena mau menerimaku, mempercayaiku dan memilihku untuk jadi masa depanmu."  Mata Aldo tak pernah lepas dari manik mata Kirana yang terlihat berkaca-kaca karena mendengar ucapan lelaki yang telah dipilihnya untuk menjadi suaminya kelak. Meskipun Kirana belum bisa mencintai  Aldo tetapi Kirana menyayangi lelaki tampan yang  tengah duduk dihadapannya saat ini.

"Aku berharap mulai sekarang, kamu hanya bergantung padaku. Ceritakan apapun yang mengganggu pikiranmu. Ijinkan aku menjadi bagian dari hidupmu. Sudah terlalu lama aku hanya berada di depan pintu tanpa berani untuk memasuki hatimu, karena aku tahu ada seseorang yang telah mengisinya. Aku tak ingin menggantikannya atau bahkan mengusirnya dari hatimu, biarlah Dia menjadi bagian masa lalumu dan terkunci di salah satu ruang hatimu. Aku hanya ingin membangun ruang hatiku sendiri di dalam hatimu. Dan hanya ada aku di sana dan kuharap juga ada kamu yang melengkapinya. Ijinkan aku membuat ceritaku sendiri, cerita yang didalamnya hanya ada kita,  tanpa ada bayang-bayang masa lalu. Hanya Kau dan Aku, selamanya."

Ungkapan perasaan terdalam dari Aldo membuat air mata yang berada dipelupuk mata kirana berderai menjatuhi kedua pipi chubynya. Emosi kirana teraduk-aduk. Berbagai perasaan berkecamuk sehingga membuatnya tak mampu bersuara. Kirana tersenyum dalam deraian airmatanya, tak mampu berkata apapun. Perlahan Kirana melepaskan tangannya dari genggaman Aldo, kemudian turun dari kursi diikuti oleh Aldo yang memang sedari tadi tak pernah putus memandang calon istrinya. Secara tiba-tiba Kirana memeluk erat tubuh Aldo dan meletakkan kepalanya di atas dada bidang milik lelaki tampan yang juga Bosnya itu, sambil memejamkan matanya dan menghirup aroma tubuh Aldo yang mampu membuatnya tenang.

Aldo tersenyum lebar mendapat pelukan yang memang baru pertama kali ini dilakukan oleh Kirana, calon istri sekaligus pemilik hatinya.

"Mas Bram ... maaf ... maaf ... maafakan aku," bisik hati Kiran, seiring airmata yang jatuh membasahi pipi.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Salahkah Kiran bila membuka hati untuk Aldo?
Mampukah Aldo menggeser kedudukan Bramastya dihati Kiran?

Ikuti terus kelanjutannya ya😉😘

Waktu publish. Kamis 26-05-2020.

UNFORGETTABLE LOVE. (On Going! )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang