ADA APA DENGANMU?

65 4 4
                                    


" siapa yang menelpon, Mas?"

Kirana menatap wajah tunangannya dengan hati yang berdebar- debar. Aura yang sangat tidak mengenakkan menguar dari muka Aldo. Wajah lelaki itu terlihat tegang, rahangnya mengeras, dengan tatapan tajam terarah kepada Kirana. Untuk sejenak tidak ada balasan apapun yang terucap dari bibir lelaki tampan itu, hanya sorot matanya yang semula menusuk berangsur menjadi lebih lembut saat memandang wajah wanita pujaannya.

"Bukan siapa-siapa," ucap Aldo pendek.

Kirana menelan salivanya. Perasaannya mengatakan bahwa telpon itu pasti dari seseorang yang tidak disukai oleh Aldo. "Tetapi siapa?" batinnya penasaran.
"Bukan siapa-siapa, ya." Kirana bergumam—mengulang ucapan Aldo—  memandang Aldo seperti tidak percaya.

"Biasalah, telpon dari agen asuransi, ingin menggaet calon nasabah."

"Kenapa bisa tahu nomorku?"

"Kenapa nggak bisa? Mereka punya data base tersendiri tentang siapa saja calon nasabah potensial."

"Tapi –"

"Sudahlah sayang, nggak penting juga buat diperdebatkan," potong Aldo cepat. Wajahnya terlihat kesal ketika Kirana terus mencercanya dengan pertanyaan.

Aldo mengusap kasar wajahnya, sambil menghela napas. Kirana memperhatikan semuanya dengan berbagai pertanyaan yang hanya tersimpan dalam hati, karena sejujurnya dia meragukan ucapan Aldo barusan.

"Kalau cuma dari agen asuransi, tidak akan membuat wajah Aldo setegang itu. Apa Pak Brama yang menelpon?" bisik hati Kirana.

Aldo menghempaskan tubuhnya pada sofa yang ada dihadapan Kirana. Mata yang terbungkus kaca-mata itu terpejam sesaat, helaan napas lalu dihembuskan dengan sedikit kasar.

"Mas kenapa? Ada yang salah?" Sambil memperhatikan Aldo, kirana mendudukkan dirinya pada sofa dibelakangnya.

Aldo mengusap keningnya beberapa-kali sebelum mengarahkan pandangannya kedepan, tepat di manik kekasihnya yang juga tengah menatapnya dengan sorot mata kuatir.
Terlihat senyum segaris dari bibir Aldo. Senyum yang terlihat dipaksakan dan Kirana menyadari itu.
"Mas agak pusing sedikit. Bolehkan mas istirahat sebentar disini?" Aldo tersenyum lebih lebar ketika Kirana menganggukan kepala dan semakin lebar saat Kirana berjalan menghampirinya.

"Maaf ya, udah bikin Mas repot seharian." Kirana memijat kepala Aldo dengan lembut, "enak, Mas?"

"Heem ..."

Gerakan memijat Kirana perlahan turun kearah pundak Aldo dan sedikit memberikan tekanan disana.

"Ehm ..." Aldo mengeram menikmati sensasi pijatan tunangannya dengan mata terpejam. "Pijatan Kiran, enak banget. Bikin stresku hilang, gara-gara telpon sialan. Mau goda-goda huh! Jangan harap bisa, bung! Siapa, lu! Main lu nggak cantik!"
"Sayang," ada jeda sebentar sebelum Aldo melanjutkan ucapannya, "nikahnya di maju-in, akhir tahun ini, ya."

Kirana terkejut, tangannya berhenti memijat. Aldo membuka matanya saat merasa kalau pijatan yang membuatnya relaks itu terhenti.

"Kenapa berhenti?" Aldo bertanya heran.

"Kenapa dimajukan?"

"Kenapa nggak? Toh kita juga bakalan nikah. Segala sesuatu yang baik harus segera dilaksanakan, nggak baik ditunda-tunda, Yang." Aldo membalikkan tubuhnya, hingga saat ini wajah mereka saling berhadapan, meskipun Kirana dalam posisi berdiri dan Aldo masih duduk di sofa.

"Tapi ini tentang pernikahan, Mas. Nggak boleh sembarangan, nggak bisa buat main-main!" Kirana membalasnya dengan gusar.

"Lho, siapa yang main-main? Justru aku serius, sangat serius malah. Sekarang buat apa kita tunangan kalau ujungnya bukan pernikahan? Jadi buat apa lama-lama, kalau cepat juga bisa."

UNFORGETTABLE LOVE. (On Going! )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang