"Sayang, kamu suka warna merah atau hitam atau putih?"
Kirana termangu sejenak, mencerna ucapan Bramastya. Ini pukul 10 pagi dan semenit yang lalu, dia harus bergegas keluar dari aktifitas mandinya yang belum selesai, saat ponselnya terus saja berdering.
"Ngapain sih mas pakai tanya warna segala? Mau beliin aku tas, ya atau baju atau sepatu?" jawab Kirana penasaran.
"Kirana sayang, aku tanya kamu suka warna apa? Kok jawabnya kemana-mana."
"Mas Bram sayang, gimana mau jawab kalau bendanya saja aku nggak tahu. Aku harus tahu dulu itu apa? baru bisa jawab warnanya."
"Oh, gitu ya. Ya sudah merah saja, kamu suka merah 'kan."
" Mendingan nggak usah nanya deh Mas kalau ujung-ujungnya kamu juga yang nentuin."
"Maaf, Sayang. Jangan ngambek dong calon istrinya Bramastya. Bulan madunya nanti keliling Eropa deh."
"Batal jadi calon istrinya, Mas dan nggak perlu bulan madu segala, sebel."
"Lho kok gitu, Yang. Ngomongnya sembarangan, dong. Kamu tahu 'kan omongan itu doa. Sekarang kamu ralat omongan tadi."
"Nggak!"
"Sayang!"
"Eng-gak! kecuali kasih tahu aku bendanya."
"Lingerie!"
Tut...Tut...Tut....
"Halo, Mas. Halo ...!" Kirana memandangi ponsel dalam genggamannya. Bingung sendiri dengan sikap Bramastya yang tiba-tiba mematikan telepon.
"Kok di tutup sih telponnya. Si Mas ini maksudnya apa coba? terus dia tadi ngomong apa? Lingerie? ... Hah, Lingerie! bukannya itu pakaian dalam wanita yang kurang bahan."
Kirana sedang bermonolog saat pesan WhatsApp nya berbunyi.My love ❤️
Sudah di ralat sayang omonganmu? ralat sekarang!Me
Aku ingin nikah sama mas Bramastya dan bulan madu keliling Eropa! Sudah.My love❤️
Alhamdulillah, calon istriku ... ternyata warna merah itu seksi Lo . Jadi nggak sabar pergi ke Eropa.Me
Mas brammm. 😣My love ❤️
Sampai jumpa besok, sayang. Dandannya jangan menor ya. Aku suka kamu polosan, benar-benar polos sampai nggak pakai apapun 😘Me
Mas brammm! Mesum!😤My love ❤️
😄 as pergi dulu ya besok kita ketemu live 😉 i love you.Kirana tersenyum sendiri saat membaca chat dari Bramastya. Besok pagi hari yang akan jadi awal sejarah terindahnya akan dilaksanakan. LAMARAN!
Jangan ditanya perasaan Kirana saat ini. Bahagia karena Bramastya benar-benar serius mencintainya, tetapi juga sedih sebab keinginannya untuk kuliah harus ditunda. Menikah dengan lelaki posesif nan tampan serta mapan, berarti juga harus siap bila Bramastya membatasi semua aktivitasnya, terutama bila berhubungan dengan lawan jenis.
Sebulan yang lalu, bramastya selesai di wisuda, dan sekarang bekerja di perusahaan milik ayahnya yang bergerak di bidang perhotelan dan properti.
Keluarganya adalah salah satu keluarga yang berpengaruh di Indonesia. Wirawan Atmadja ‐-‐ ayah Bramastya ‐‐ pemilik " FIRDAUS HOTEL " hotel muslim berbintang lima, yang tersebar di seluruh kota-kota besar di Indonesia dan juga kota-kota di dunia.
Waktu semakin cepat bergerak, sudah empat jam berlalu sejak Kirana menerima telepon dari kekasihnya.
Sore ini langit Semarang dinaungi awan mendung yang mungkin sebentar lagi akan turun hujan.Kirana sedari tadi berjalan mondar-mandir di sekitar ruang tamu rumahnya. Seharian ini hatinya berdebar tak menentu dan gelisah tanpa alasan. Perasaan meresahkan yang membuatnya uring-uringan sepanjang sore ini.
Rumah Kirana terlihat ramai, lebih daripada biasanya. Semua saudara, baik dari pihak ayah, maupun dari pihak ibunya berkumpul. Mereka membantu mempersiapkan acara lamaran, yang rencananya akan dilaksanakan besok pagi tepat pukul 10.00 wib.
"Duuh, yang mau dilamar nggak bisa diam. Mondar-mandir kaya setrikaan. Awas, nanti licin itu lantainya," goda salah satu sepupu Kirana dari pihak ibunya.
Wajah Kirana merona karena ledekan dari saudara-saudaranya yang sedari tadi tidak mau berhenti menjadikannya sebagai obyek candaan mereka. Maklumlah keluarga besar kalau kumpul bareng pasti heboh apalagi acara lamaran seperti ini cocok untuk membuly calon pengantin. "Supaya kuat menghadapi drama rumah tangga nantinya." alasan para Tante dan sepupunya, saat Kirana protes dengan gurauan mereka yang selalu sukses membuatnya salah tingkah sendiri.
"Kirana, kenapa sih kamu nggak mau langsung nikah aja?" Salah satu adik dari ibunya bertanya saat mereka sedang duduk berduaan di teras belakang rumah.
"Maksud Tante Ita?" Kirana menoleh kearah tantenya yang tengah duduk disampingnya.
"Ya, lamaran langsung nikahan jadi nggak buang waktu dan uang," ucap Tante Ita.
"Pinginnya sih gitu tan, lamaran sama nikahannya jadi satu, setelah bulan suro ( bulan Muharram ) tapi, mas Bram yang nggak setuju. Dia ngotot minta dimajuin tanggalnya pas bulan ini nikahnya, tapi kan Tante tahu sendiri, kalau mau melaksanakan hajat besar dalam tradisi Jawa kan ada hitung-hitungannya, setelah dihitung sama ayah, tanggal yang cocok untuk kami menikah ya setelah bulan suro berlalu," ucap Kirana .
"Dan si bram mu itu pasti ngotot nggak setuju sama perhitungan ayahmu, iya kan?" Tebakan yang sangat jitu dari Tante Ita membuat Kirana menganggukkan kepalanya sambil tersenyum geli, karena teringat saat bramastya mogok kerja karena protes dengan keluarganya atas keputusan ayah kirana.
" Pah, bram maunya mengikat Kirana secepatnya, jangan sampai dia berubah pikiran gara-gara nikahannya di undur. ngeyakinin Kirana buat terima lamaranku aja susah dan nggak langsung diterima, sekarang pakai acara diundur segala, maaf pah, bram tetap sama rencana semula atau papa mau, Bram nyulik Kirana, biar Kirana tetap jadi milik Bram."Akhirnya diambil jalan tengah dengan melaksanakan acara lamaran di bulan ini dan akad nikahnya setelah bulan suro berlalu. Dan Alhamdulillah bramastya setuju dan mau menunggu sebulan kemudian tentu dengan syarat yang harus di penuhi oleh Kirana, syarat yang hanya mereka berdua yang tahu, syarat yang membuat bramastya rela menunda impiannya untuk menikah secepatnya dengan Kirana Larasati, Queen of his heart.
Hujan deras malam ini menyerupai badai, angin kencang sanggup merobohkan pohon besar, dan beberapa baliho di pinggir-pinggir jalan. Kirana sangat suka dengan hujan, tapi sangat takut dengan badai. perasaan yang sedari tadi gelisah, sekarang ini justru semakin membuatnya takut, dan gemetar setiap kali terdengar suara Guntur, dan percikan kilat yang bersahutan. Mulutnya tidak henti-hentinya berdoa, dan berdzikir menyebut asma ALLAH. Semoga badai malam ini cepat berlalu, dan cuaca kembali
Tenang sehingga besok pagi semuanya bisa berjalan dengan lancar, dan tidak ada halangan apapun juga.Suara dering telpon mengejutkan Kirana yang sedang duduk bergerombol dengan sanak saudaranya di ruang tamu, karena suasana malam ini sedikit mencekam.
"Assalamualaikum." Kirana menjawab telpon masuk dengan mengucap salam. Terdengar suara seorang laki-laki dari seberang sana menjawab salam Kirana. Kemudian terlihat jelas perubahan ekspresi pada wajah Kirana. Mukanya tiba-tiba memucat, bibir dan tubuhnya bergetar disertai keringat dingin.
"Kirana, Kirana ... ada apa nak?"
Belum sempat Kirana menjawab tiba-tiba kakinya lemas dan tak kuat menopang berat tubuhnya lagi, matanya berkunang-kunang, telinganya mendadak tuli, lalu ...,
"Kiranaa ...."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Waktu publish : Minggu malam
Pukul : 21.30 wib.Kasih vote dan komen untuk cerita terbaruku ini ya.
Besok lanjutin bagian akhir dari ceritaku " D I A N A"
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFORGETTABLE LOVE. (On Going! )
Romance"Rasanya ingin mati saja dan menyusulmu disana, karena mencintai selain dirimu adalah hal yang mustahil kulakukan. Bukankah kita telah berjanji selalu bersama sampai ke alam keabadian?" ~ Kirana larasati.~ "Aku kembali disini dalam wajah yang ber...