Kejutan yang Mendebarkan.

69 5 35
                                    


Kirana baru saja meletakkan ponselnya di atas tempat tidur. Aldo, sang tunangan  memberi kabar kalau dia telah tiba di bandara Juanda dengan selamat. Ya, hari ini memang Aldo berangkat ke kota pahlawan  selama dua hari. Entah ada urusan apa, Kirana tidak diberitahu secara jelas. Ada kepentingan mendesak yang harus segera diselesaikan oleh lelaki itu. 

Hari masih terhitung pagi, sinar matahari masih terasa hangat saat menyentuh tubuh, satu hal yang membuat  Kirana sangat malas untuk turun dari  tempat tidur.
Ini weekend, gadis dengan tubuh berisi tersebut berencana Mager, karena tidak ada Aldo di sini, lelaki itu selalu punya beribu rencana untuk  menghabiskan waktu.

Saat ini Pikiran Kirana berkelana kemana-mana, merindukan keluarganya di Semarang dengan mengabsen satu persatu wajah mereka sambil memandangi langit-langit kamarnya yang berwarna abu-abu.

Tiba-tiba kenangan itu kembali muncul, kenangan akan sosok yang selalu dicintainya yang tidak mungkin lagi akan dijumpai di alam nyata. Bramastya Atmadja, cinta pertamanya dan masih menjadi yang terakhir dan satu-satunya di hidup gadis berambut ikal yang selalu takut akan kegelapan ini.

Air mata tak terasa bergulir di atas pipi cubby nya, ternyata berpisah raga dan jiwa sesakit dan seberat ini, sampai-sampai dia membutuhkan sosok pria lain untuk bisa membuatnya tetap " hidup".
Salahkah Kirana?  Andai dia mempunyai kuasa atas hati, maka dengan senang, gadis manis itu akan menyerahkan hatinya untuk Aldo.

Namun Allah, Sang penguasa hati belum mengizinkan hatinya berpindah.
Hati dan cinta ini masih punyanya Bramastya, masih meraung meneriakkan namanya kala rindu mendera, seperti saat ini.
Hati ini masih takdirnya Bramastya, dan Aldo? Kirana hanya bisa berusaha untuk membuat lelaki baik hati itu untuk tidak terluka karena cinta yang tak bersambut.

Witing tresno jalaran soko kulino, itulah yang  saat ini  ingin Kirana yakini, bisa mencintai Aldo karena terbiasa!

tiba-tiba saja suara dering telepon mengembalikan kesadarannya. Dengan malas gadis itu meraih kembali ponselnya.  Sebuah nomor asing membuatnya gamang untuk menerima, namun akhirnya jari tangan Kirana menekan tombol terima.

"Assalamualaikum, Kirana. Ini Brama yang bicara. Maaf kalau mengganggu waktumu."

Kirana terdiam,  pikirannya masih shock saat si penelepon itu menyebutkan namanya. Sebuah nama  yang beberapa waktu belakangan ini menyita sebagian besar pikirannya. 

"Hallo? Kirana? Are you still there?"

Kirana tersentak dari lamunan singkatnya. Sambil berdehem untuk menutupi kegugupan, dia lalu menjawab dengan suara yang sedikit bergetar. "I-iya. Ehm ... masih kok." Oh, sungguh memalukan sekali, gadis itu berharap kalau suaranya yang gugup tidak disadari oleh lelaki dengan sejuta pesona itu.

"Are you okay? Your voice sound like ... sorry, are you nervous?"

"Nggak kok! Saya nggak nervous. Nggak sama sekali. He ...he ...he ....." Berbohong demi harga diri tidak dosa bukan? Andai Brama tahu kalau saat ini tangannya yang tengah memegang ponsel, gemetar.

"Hm .... okay." Sepertinya Brama tidak percaya begitu saja dengan apa yang diungkapkan oleh Kirana. Getaran suara gadis manis itu terdengar jelas kalau dia gugup.

"Ada apa ya, Pak Brama telepon saya? Apa ini tentang proyek iklan yang kemarin itu? Seharusnya Bapak telepon Mas Aldo langsung saja. Cuma saat ini beliau sedang ke Surabaya."

"Jadi Aldo ke Surabaya?"

"Betul, Pak. Kemungkinan selasa depan beliau sudah kembali ke Jakarta, atau kalau memang urusannya mendesak Bapak bisa langsung menghubungi beliau lewat telepon."

UNFORGETTABLE LOVE. (On Going! )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang