ONE STEP CLOSER

50 8 20
                                    

"menikahlah denganku sebagai penyempurna jiwa, karena satu rusukku kuyakini ada di kamu"

"Bram, papa dengar kamu lagi dekat sama seseorang?" Wirawan Atmadja memandang lurus kearah anak bungsunya yang terlihat sedikit terkejut mendengar pertanyaan Papanya.

"Bram, bener begitu? Kok Mama nggak pernah tahu kalau kamu deket sama cewek." Kartika Atmadja--mama Bramastya, ikut penasaran dengan kehidupan pribadi putra bungsunya. Yang terkenal cuek tapi sebenarnya perhatian dengan keluarga.

"Iya, Bram memang serius sama Kirana Pa--Ma," ucap Bram dengan mata yang menatap kearah manik kedua orang tuanya secara bergantian.

"Siapa namanya? Apa aku kenal?" Pria tampan yang duduk diantara Kartika dan bramastya, ikut bertanya sambil  meletakkan ponsel yang sejak tadi asyik dimainkannya.

"Kepo!" Sahut Bram kesal.

"Kepo-nya mas mu itu wajar, Bram. Itu berarti masmu peduli dan sayang  sama kamu. Papa, Mama juga harus kepo-in kamu, dan itu wajib!" Wanita cantik yang ternyata adalah Mama Bramastya, membenarkan ucapan Raditya Atmadja--putra sulungnya.

"Iya Ma, Bram ngerti kok." Bram menghela napasnya dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Papanya.
"Namanya Kirana Larasati, masih kelas Xll di salah satu SMA swasta di Semarang," ucapnya kemudian.

"Oh, masih kecil to, Mas kira teman seangkatan. Berarti nggak serius kan?" tanya Raditya setengah bercanda.

"Serius! Pa--Ma, Bram serius sama Kirana. Setelah wisuda, Bram mau nikahin Kiran. Bulan depan, Papa sama Mama melamar Kiran untuk Bram!" Ucapan Bram yang tegas, membuat semua yang ada di ruangan keluarga menjadi sangat terkejut. Terutama Kartika Atmadja.

"Bram Sayang, Mas kamu saja belum nikah! kamu tunda dulu ya. Tunggu sampai Mas mu nikah, baru setelah itu kamu nyusul," bujuk Kartika dengan suara yang lembut.

Bram menggelengkan kepalanya, "maaf Ma, Bram nggak bisa nunggu selama itu! Mas Raditya saja belum ada calon Ma!" Bram menatap kearah masnya dan terlihat sorot memohon dari sinar matanya.

Raditya yang mengerti akan isyarat dari tatapan Bram, berusaha meyakinkan Mamanya, agar permintaan dari Bram dipenuhi saja, karena Raditya sendiri belum memiliki calon yang bisa diajak menikah.

"Kalau begitu, Raditya harus cari calon istri secepatnya dan tahun ini juga langsung nikah." titah  Kartika tidak mau kalah.

"Ma!" teriak Raditya dan Bramastya berbarengan.

"Sudah cukup! Ma, jodoh itu Allah yang ngatur, jadi jangan melampaui batasan kita sebagai manusia."  Kartika mengangguk dengan sebelah tangan-nya meremas lembut tangan Wirawan.

"Raditya." Lanjut Wirawan, " kamu harus membuka diri. Kerja itu wajib bagi laki-laki, karena sebagai tulang punggung keluarga. Menikah itu juga ibadah, jadi kamu pilihlah jodoh yang baik dan segeralah menikah jika sudah menemukannya. Bramastya, jika kamu yakin dengan apa yang sudah kamu putuskan, Kami semua pasti akan mendukungmu dan masalah melamar, pastikan dulu apakah kekasihmu itu setuju untuk menikah muda? Karena resikonya jauh lebih besar dibanding menikah saat usia kita sudah matang." Papa Wirawan memberikan keputusannya dengan bijaksana.

Bramastya tersenyum lega, ia tahu kalau papanya pasti akan mendukung, selama permintaannya tidak melanggar aturan agama dan norma masyarakat. Bramastya  kemudian berdiri dari tempat duduk, lalu menghampiri kedua orang tuanya.

"Makasih ya Pa, Bram akan pastikan jawabannya besok!" Bram memeluk erat papanya, lalu mendekati sang Mama dan melakukan hal yang sama seperti apa yang dia lakukan kepada papanya.
"Makasih Ma, i love you," bisik nya.

UNFORGETTABLE LOVE. (On Going! )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang