19.

94.5K 5K 26
                                    

Pagi ini keadaan Kampus masih lumayan sepi. Cuma beberapa orang yang gue liat berlalu-lalang di koridor Kampus. Dan kebanyakan yang berlalu-lalang itu orang yang lagi pada pacaran.

Udah 2,5 tahun gue kuliah disini dan nggak pernah sekalipun gonta-ganti pacar. Punya pacar aja gue nggak pernah. Miris bener emang.

Gue berjalan santai menuju kelas dengan earphone ditelinga gue yang lagi memutar lagu 10.000 hours, lagu jodoh gue yang ke-empat.

Eh? Yang keberapa ya?

Sangking banyak-nya gue sampe lupa sama jodoh sendiri.

Setelah gue sampai di kelas, ada satu hal yang bikin gue bingung sekaligus kaget.

Di kelas udah ada Nesa, dan saat gue nyapa dia dengan senyum terbaik gue, dia cuma ngelirik gue dengan senyum yang tipis banget. Nggak kelihatan kayak senyum malahan.

Ah, paling gara-gara masih galau putus sama Ardo. Gue berusaha untuk positive thingking aja.

"Nes, lo kenapa?" Tanya gue setelah sekian lama diem-dieman.

Nesa aneh banget, nggak biasanya dia se-lesu ini.

"Nggak apa-apa." Jawab Nesa singkat.

"Oke." Kata gue.

Penghuni kelas jadi semakin banyak. Bersamaan dengan orang terakhir yang masuk, Pak Ajun datang.

Nahkan, gue jadi inget kejadian kemaren. Udara jadi panas lagi mikirin Pak Ajun yang gandengan tangan sama cewek.

"Assalamualaikum." Kata Pak Ajun setelah masuk kelas.

"Waalaikumssalam." Jawab seluruh penjuru kelas.

"Selamat pagi semua."

"Pagi Pak." Jawab kami kompak.

"Ada sedikit pengumuman yang ingin saya sampaikan pagi ini."

"Pekan depan, kita akan mengadakan Praktek Kerja Lapangan." Lanjut Pak Ajun membuat semua Mahasiswa di kelas bersorak senang.

Tatapan Pak Ajun berubah menjadi dingin, semua orang langsung diem ngeliat perubahan raut wajah Pak Ajun.

"Praktek akan dilaksanakan di Panti Asuhan yang letak-nya agak jauh dari Kampus. Oleh karena itu, Kampus akan menyediakan bus untuk ini." Jelas Pak Ajun panjang lebar.

Langsung terdengar sayup-sayup suara para penghuni kelas. Ada yang senang dan ada juga yang sedih. Gue nggak sengaja denger suara gini.

"Ah elah, males banget gue kalo disuru nimang bocah." Dan gue auto ngakak. Ya terus untuk apa lo masuk jurusan Psikologi buddy?

"Nes, ikut nggak?" Tanya gue ke Nesa yang ada disebelah gue.

Nesa cuma menaikan alis sebagai jawaban.

Buset, dingin banget itu bocah. Pak Ajun kalah. Batin gue.

"Itu saja pengumumannya, hadirin diharap tenang." Kata Pak Ajun dengan muka datar-nya sambil membuka laptop-nya.

Pelajaran berlanjut. Dan selama itu, Nesa yang biasanya berisik berubah menjadi pendiam.

➖➖➖

Kelas udah selesai. Gue berencana untuk ngomong sama Nesa. Membicarakan kenapa dia jadi pendiem akhir-akhir ini.

"Nes, jalan yuk." Ajak gue sambil gandeng tangan Nesa. Tapi aneh-nya, Nesa langsung tepis tangan gue.

"Nggak dulu ya, gue ada keperluan." Kata Nesa sambil balik badan.

"Nesa, ayo." Itu suara cewek dari luar kelas.

Lah? Itukan Clarissa.

Sejak kapan Nesa sama Clarissa deket?

"Iya, ayo." Kata Nesa dengan senyum-nya.

Tadi pas ngomong sama gue muka-nya asem banget kayak mangga muda. Sekarang ngomong sama Clarissa muka berseri-seri banget kayak abis dapet gaji.

Gue liat Clarissa yang gandeng tangan Nesa dan sedikit noleh kearah gue. Menampilkan senyum smirk-nya.

Ini ada apaan sih anjir. Gue berasa manusia bego yang nggak tau apa-apa.

Mungkin Nesa lagi mau berbaur aja kali. Dan lagi-lagi, gue dituntut untuk berpikiran baik.

Nggak apa-apa, nggak ada salah-nya positive thingking setiap hari. Nambah pahala ya alhamdulillah.

Akhirnya gue memutuskan untuk nggak mikirin Nesa dan jalan keluar kelas. Lagi-lagi pemandangan orang pacaran yang gue temui.

INI ORANG PADA MAU BELAJAR APA PACARAN SIH?!

Emang mereka nggak diomelin sama Pak Dekan apa?!

Nahkan, gue emosi. Belom aja gue aduin ke Rektor.

Diantara lautan manusia yang lagi pada dua-duaan, ada satu pasangan yang bikin gue salfok.

Itu Pak Ajun sama cewek yang kemaren gue liat di mall.

Gue liat si cewek ngasih Pak Ajun kayak kotak bekel gitu. Halah.

Eh jangan-jangan, itu calon istri Pak Ajun.

Kan waktu itu dia bilang udah punya calon istri.

Kinan, nggak usah kepo.

Pak Ajun noleh ke tempat gue berdiri. Otomatis gue langsung mengalihkan pandangan dan pura-pura jalan keluar gerbang Kampus.

Gue berusaha untuk bodo amat. Dan akhirnya gue memutuskan untuk pesen ojek online.

Udah nggak kebayang betapa banyak uang yang gue keluarkan untuk ojek online. Rasanya gue pengen beli motor.

"Kinan."

Itu, Pak Ajun. Ngapain lagi sih?

Gue noleh kebelakang dengan muka yang sengaja gue datar-datarin.

"Ada keperluan apa Pak?" Tanya gue se-santai mungkin.

"Nggak apa-apa, saya hanya manggil kamu saja." Kata Pak Ajun.

Seharusnya gue nggak nengok tadi, salah besar.

"Oke, kalau gitu saya duluan Pak." Kata gue sambil balik badan.

"Kamu lupa perjanjian kita?" Dan gue nggak jadi balik badan.

Halah, nggak usah deh lo pake ngomong 'kita' segala.

Gue makin hari makin julit aja.

"Nggak Pak." Kata gue.

"Besok, temui saya di kedai minuman kesukaan kamu." Kata Pak Ajun dan berbalik dan pergi ninggalin gue.

Gue bingung sama jalan pikiran itu orang. Tadi asik banget dikasih bekel sama cewek cantik. Sekarang ngajak gue ketemu di kedai kopi.

Bener kata orang, cogan mah bebas.

➖➖➖

To be continue.

Jangan lupa vote dan comment.

Terimakasih untuk 1000 readers-nya. Saya cinta kalian 3000000.









Dosen-able (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang