CHAPTER 2

30.2K 379 6
                                    


PRANGGGGG!!!! 

Suara piring membentur lantai menggema diseluruh ruang tengah rumah mereka. 

"Astaga Lora, apa-apaan sih kamu!" bentak Elvano keras

Kesabaran Elvano perlahan menipis, bahkan sudah habis.

Ia tak tahan melihat tingkah istirnya semakin lama semakin membuatnya muak.

"APA  KAMU BILANG?! KAMU TUH YANG APA-APAAN!" bentak Lora tak kalah kerasnya. 

"Kamu nggak pernah ada waktu buat aku, kamu nggak pernah ada waktu buat Daren! Kalo kayak gini terus, aku minta pisah sama kamu!" ujar Lora terdengar sangat frustasi. 

Rahang Elvano mengeras mendengar perkataan Lora. 

"Jaga ucapanmu, Lora!" suara rendah Elvano berhasil membungkam wanita satu anak itu.

"Jangan pernah kau bawa-bawa Daren dan berbicara tentang perpisahan. Sebenarnya apa mau mu?" tanyanya pada wanita yang sudah setengah menangis. 

Lora terdiam cukup lama. Ia juga tak mengerti mengapa tingkahnya menjadi seperti ini.

Entah mengapa feelingnya merasa tidak enak di umur pernikahan mereka mengijak tahun ke 5. 

Ia selalu merasa bahwa ada yang berubah dari suaminya. Perhatiannya, sikap manisnya, dan waktunya semua berubah seiring berjalannya waktu.

Lora memejamkan mata, berusaha membunuh egonya. Dan ia mengucapkan apa yang ia ingin ucapkan selama hampir 1 tahun terakhir ini. 

"Bercintalah denganku, Vano!"

Hening.

"Jawab aku, atau jangan-jangan memang kamu sudah tidak pernah bergairah padaku? Oh, atau ada cewe lain yang lebih sexy dan cantik dariku? IYA!?" bentak Lora lagi.

Elvano mempertahankan wajah datar miliknya. Menahan gejolak kedongkolan yang mau muncul. 

Ia tahu, Lora menginginkan lebih dari yang selama ini dia berikan.

Tapi bukannya berusaha membuat dirinya untuk menginginkan tubuh istirnya, malah semakin menambah ke-ilfillanya. 

Sirna sekejap sudah rasa bersalah Elvano yang dirasakan selama ini. 

"Lora, dengar. Bisakah aku katakan bahwa aku lelah menghadapimu? Apa yang membuatmu berubah seperti ini? Tidak pernah ada perempuan lain didalam pandanganku selain kamu selama ini. Tapi jujur, kau telah membuatku muak. Setiap hari yang kuterima hanya rengekanmu, teriakanmu, tempramenmu"

"Jangan salahkan orang lain jika semua orang muak dengan kelakuanmu."

Setiap tutur kata yang terlontar dari mulut Elvano bagaikan belati di hati Lora. 

Pelan. Namun tegas.

Lora membeku sesaat. 

Ia tidak menyangka suaminya bisa melontarkan kata yang berhasil menancap bagai belati di ulu nya. 

Tetapi, ia tidak membenarkan maupun menyangkal apa yang diucapkan oleh suaminya. Ia mengakui bahwa kelakuannya sedikit keterlaluan untuk mencari perhatian suaminya.

Seiring melihat punggung suaminya menjauh, perasaan Lora mencelos ibarat jatuh dari ketinggian. 

***

Mobil sport Elvano memecah kabut jalanan Jakarta Selatan. Mengarah ke sebuah gedung pencakar langit yang sudah sehari-hari selalu dikunjungi untuk menambah pundi-pundi uang.

[NOT] AFFAIR !!Where stories live. Discover now