Hari ini, aku dan Jaemin kebetulan sama-sama tidak memiliki jam kuliah.Baru saja Jaemin selesai mengelap badan Jeno untuk sekedar membersihkan walau hanya sedikit.
"Kenapa si gak gue aja yang mandiin si Jeno? Perasaan selama dirawat,lo mulu deh Jaem."Keluh ku sambil mengaduk bubur untuk Jeno.
Jaemin melihat padaku sekilas,"Ya kan ga etis lo mandiin Jeno sedangkan lo cewek.Entar Jeno kebablasan gimana?"
Aku langsung melotot,"YA KAN CUMAN NGELAP BADANNYA DOANG ANJER, KAGA MANDI DI KAMAR MANDI."
Jaemin dan Jeno tertawa bersama,suara tawanya terdengar seperti musik penenang,apakah memang seindah itu?
"Gemes banget deh calon bini gua."Kata Jeno sambil berusaha mencubit pipi ku yang sebenarnya jauh dari jangkauannya.
"Apa kamu hah?!"
Jaemin tersenyum memperlihatkan gigi depannya sambil menggeleng,"Gue beli makanan dulu ya diluar,jaga Jeno bener-bener Yen,awas lu temen gue sampe kenapa-napa."
Aku tersenyum dan mengangguk.
Kini hanya ada aku dan Jeno didalam ruangan.Aku yang kini tengah memulai suapan pertama sarapan Jeno.
"Kamu sakit apa sih Jen?"Jeno lalu tersedak.Segera ku ambilkan air untuknya minum,berusaha tenang namun sebenarnya panik setengah mati.
"Kenapa kamu nanya gitu?"Tanya Jeno saat sudah menyelesaikan batuknya.
Aku mengangkat kedua bahu,"Pengen tau aja,ga adil dong kalo aku ngerawat kamu tapi aku ga tau apa penyakit kamu.Apalagi pas pertama kali sakit kamu bilang cuman beberapa hari dan cuman kecapekan.Tapi kalo sampe dua minggu kayak gini,aku ga bisa toleran Lee Jeno."
Aku terus menyuapi Jeno.Tidak ada balasan diksi yang keluar dari mulutnya,ia terus mencoba merasakan rasa bubur tersebut.
Setelah selesai,saat aku berdiri ingin membereskan tempat makan dan lainnya,Jeno menahan ujung baju ku yang membuat ku duduk.
"Kenapa Jen?"
Ia menarik napas,"Kamu kaget gak kalo aku bilang penyakit ini bisa bikin aku meninggal dan tinggal hitungan hari bahkan kemungkinan sekarang?"
Aku menatap Jeno intens,mencoba tertawa kikuk,"Maksud kamu apa Jen? Jangan becanda yang aneh-aneh ah,lagi sakit loh."
Jeno menggeleng,"Aku gak becanda.Kita ga pernah tau."
Aku menggeleng sambil tersenyum miring,berdiri berbalik ingin meninggalkan Jeno.
Ia lalu menahan ku dengan diksinya,bertepatan dengan Jaemin yang membuka pintu.
"Kalau aku gak ada,kamu nikah sama Jaemin,ya?"
Aku terdiam, begitu juga dengan Jaemin yang cukup terkejut.
Aku tersenyum miring pada Jaemin,"Urus noh temen lo."
Aku berlari menuju tempat pengembalian peralatan makan dan duduk di bangku taman.Aku mencoba menahan tangis dengan berulang kali menarik dan menghembuskan napas.
Sial,usaha ku gagal.
Badan ku kian bergetar hebat menangisi keadaan yang sangat tidak menyenangkan.
Tangis ku terhenti ketika merasa seorang dengan kursi roda ada disebelahku.
"Permaisuri ku jangan menangis,kalo Jeno NCT liat,gimana?"Suara Jeno menginterupsi yang membuatku sepersekian detik melihat padanya.
"Lalu bagaimana dengan keadaan pangeran Jeno yang kini sakit hingga terancam meninggal? Apakah ia setega itu untuk meninggalkan permaisurinya? Atau Tuhan lah yang jahat karena ingin memisahkan dua insan tak bersalah yang saling mencintai?"Balasku.
Ia tertawa,"Ia tidak tega dan Tuhan tidak jahat.Tidak ada yang perlu disalahkan untuk semua yang terjadi."
"Lalu jika tidak ada yang perlu disalahkan,apa yang terjadi ini adalah suatu keindahan?"
Ia terdiam.
Jeno menarik napas lalu mengusap kepala ku,"Jangan sedih kalau aku ga ada,kamu itu cinta pertama Jaemin,dia bakalan jadiin kamu yang terakhir juga."
"Tapi aku mau kamu yang terakhir buat aku Jen."
Sekali lagi Jeno mengusap kepalaku,menyuruhnya untuk bersandar di bahunya.
"Tetap bahagia ya Yena."
~~~
Author POV
"Kalian ga ada yang mau pulang?"Tanya Jeno.
Jam dinding menunjukkan jam sembilan malam.
Jaemin dan Yena sama-sama menggeleng dengan alasan yang sama,ingin bersama Jeno.
Jeno menarik napasnya,ia benar-benar seperti dipusingkan dengan kekasih juga saudara tirinya.
Selagi Yena dan Jaemin bersiap tidur di masing-masing sisi kiri dan kanan Jeno,ia sedikit merenung.Apa yang akan terjadi ke depannya jika ia akan pulang malam ini? Apakah Yena akan bahagia bersama Jaemin?
Ia juga bingung bagaimana membalas kebaikan Jaemin selama hidupnya,mulai dari menolongnya dari perkelahian bersama Lucas sebelum Yena masuk sekolah,sampai sekarang,Jaemin selalu sedia memberikan darahnya jika Jeno membutuhkan.
Jeno juga mengingat-ingat bagaimana pertemuan pertamanya dengan Yena.Ia tersenyum tipis karena agak terkejut semua tidak seperti yang ia bayangkan.Dirinya mengira akan menikah dengan Somi,tapi siapa sangka Somi ialah perempuan tidak baik? Perkelahiannya dengan Jaemin karena Somi membuatnya agak malu karena Jaemin sudah bercerita apa saja yang ia bicarakan dengan Yena dimalam itu.
Malam ini,ia merasa sudah tidak ada lagi yang perlu dikerjakan,ia bisa mempercayai Jaemin.
Saat ini tanpa ia sadari kekasih dan saudaranya itu sudah tidur disamping lengan-lengan Jeno.
Perlahan Jeno kaitkan jemari kedua insan tak bersalah itu diatas perutnya dan ia genggam dengan sisa kekuatan yang ia miliki.Dirinya tersenyum memiliki dua kawan hidup seperti Jaemin dan Yena.
"Tuhan,tambahkanlah kebahagiaan bagi orang-orang yang ku sayangi.Jaga papah,bang Mark,juga Yena dan Jaemin.Jangan beratkan hidup mereka.Aku bahagia jika mereka bahagia."
Perlahan tapi pasti,Jeno menutup matanya.Ia sudah tidur dengan tenang dan tidak siapapun bisa membangunkannya.
Tbc
Satu part lagi ya !
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity;Lee Jeno [ ✔]
Teen Fiction*Serendipity:Pertemuan yang tidak sengaja namun membawa keberuntungan. Lee Jeno, Istimewa! Don't forget to read the sequel, epiphany. Start:7-04-2019 Finish:21-12-2019 4# on leejeno 31-05-20 ©xdfyra ;2019