"Saayaaaang,"
"Sayaaaang, ayo bangun ih,"
"Ih sayaaaang, kamu lupa ya hari ini ulang tahun aku?"
Aku mengucek mata ku, apa ini? Jadi semua ini hanya mimpi?
Aku tersekat saat menyadari, seseorang dengan senyuman manis dimata tengah menatapku dengan sipit dan gemasnya. Aku hampir tidak percaya.
Tidak perlu pura-pura, ini benarkan, Lee Jeno?
"Kenapa bengong? Ayo cepetan banguun, hari ini aku ulang tahun, kok aku duluan yang bangun?"
Aku masih terdiam, meneguk saliva dan merasakan ia melewati tenggorokanku dengan baik, benar-benar nyata.
Pria manis tersebut bangun dari tempat tidur lalu merapikan dirinya di depan cermin.
"Kenapa sih bengong? Ganteng banget ya aku? Yaiyalah, suami kamu."
S-sebentar? Suami?
"Yen? Kamu kenapa sih?"
Aku berusaha membuyarkan semua pikiran anehku, setidaknya jika ini halusinasi, aku harus menikmati bahkan sepersekian detiknya.
"Eung? Aku? Aku gapapa, hehe."
Lelaki itu tertawa kecil yang dapat ku lihat dari cermin, ia lalu berbalik,"Kamu bangun cepet, terus mandi, aku mau ngasih makan kucing dulu."
Kucing? Ah iya, seol-li, lal-i, siapa lagi satunya?
Aku segera bangun, membereskan tempat tidur, lalu dilewati Jeno yang keluar dari kamar, ia benar-benar ingin memberi sarapan.
Aku menunggunya keluar.
Aku segera berkaca, dan menampar diriku beberapa kali.
"Anjir kok sakit? Gada lah, ga mungkin. Jeno kan.. GAK MUNGKIN.. JUNG YENA GILA INI PAST-"
"Kenapa Yen teriak-teriak?" Ia kembali datang.
Aku berbalik,"Ng-gak apa-apa hehe, biasa, ini, Jeno nct, ganteng."
Ia tersenyum tipis lalu bergumam walau aku bisa mendengarnya,"Gantengan Jeno yang ini juga." Lalu berlalu.
Aku kembali berkaca,"Gak mungkin.. ya Tuhan.. tapi kalau ini mimpi.. plis jangan bangunin Yena, Yena kangen Jeno.."
Aku segera mandi dan, airnya begitu terasa. Benarkah ini kenyataan? Atau mungkin hanya khayalan? Ah, terlalu berlebihan.
Segera aku membersihkan diri lalu memakai baju yang pantas, sekiranya kemungkinan hanya ada aku dan Jeno karena tidak ada suara sama sekali selain suara Jeno yang tengah bersin akibat alerginya pada kucing.
Aku segera ke dapur, ini rumahku. Tepat impian ku, tapi seharusnya ada bang Jaehyun dan Lucas juga kedua orang tuanya, jangan lupa orang tuaku.
Dan kata Jeno, ia suami ku? Seharusnya juga ada ayah Donghae-kenapa aku memanggilnya ayah?
Aku segera memasak apa yang ada. Hanya bisa memasak jjangmyeon dan beberapa lauk tambahan. Aku hanya menyiapkan air hangat jika Jeno ingin kopi atau teh.
"Udah selesai masaknya?" Tanya Jeno sembari tersenyum, aku hanya mengangguk membalas senyumnya, masih kehilangan kata melihat Jeno kembali.
Ia lalu memelukku, lalu mencium kepalaku,"Kamu itu emang Yena yang beruntung ketemu Jeno, juga Aku Jeno yang beruntung ketemu kamu. Ayo makan bareng, kucing-kucing ku pada masuk kandang, mereka badmood, padahal aku hari ini ulang tahun." Ia memanyunkan bibirnya.
Aku tersenyum dan entah dorongan dari mana, sekejap aku mengecup bibirnya, ia nampak terkejut,"Yuk makan."
Astaga Jung Yena, kau sepertinya terlalu banyak menonton drama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serendipity;Lee Jeno [ ✔]
Teen Fiction*Serendipity:Pertemuan yang tidak sengaja namun membawa keberuntungan. Lee Jeno, Istimewa! Don't forget to read the sequel, epiphany. Start:7-04-2019 Finish:21-12-2019 4# on leejeno 31-05-20 ©xdfyra ;2019