"Udah lo masuk sana." Usir Adnan yang masih nangrik di motornya.
"Ihh.. iya - iya." Ucap Ara kesal. Baru ia langkahkan satu kakinya, ia tiba - tiba berhenti. "Jaket lo?" Tanyanya setelah berbalik menghadap Adnan.
"Ntar aja lo balikinnya." Jawab Adnan.
"Ohh.. oke."
"Cuciin ya." Celetuk Adnan.
Ara memutar bola matanya, "iyaa.. " sekali lagi langkahnya terhenti. "Nan.." panggilnya.
Yang dipanggil hanya menatapnya, "makasih ya." Ucap Ara pelan.
"Buat?" Tanya Adnan sambil tersenyum seperti mengejek.
Ara diam. Gadis itu malu mengatakan bahwa ia berterima kasih karena Adnan tadi sudah menenangkan dirinya yang senang menangis. Alhasil ia hanya bisa gugup, "y-ya pokoknya makasih deh." Ia segera masuk ke rumahnya, meninggalkan Adnan yang terkekeh melihat tingkah Ara.
"Iya, sama - sama." Gumam pria itu lalu menyalakan mesin motornya.
Ihh.. kenapa gue gugup sih? Bikin malu aja
Batin Ara sambil mengintip Adnan lewat jendela.
"Udah jadian belom?" Tanya Ayah yang tiba - tiba muncul di belakang Ara. Tentu, Ara terkejut dengan kemunculan sang ayah.
"Jadian apaan sih, Yah?" Ucap Ara kesal dengan pertanyaan Ayah.
"Jalan sama - sama terus, tapi gak jadian. Hati - hati loh renjon." Timpal Ayah menyelipkan kata 'renjon' pada kalimatnya.
Ara sedikit bingung dengan perkataan sang Ayah, "Renjon apaan, Yah?"
"Ituloh deket, tapi ujung - ujungnya cuma temen." Jawab Ayah sambil mengingat.
Ara masih mencoba untuk memahami. Renjon apaan? Huang Renjun?
Tiba - tiba satu kata terlintas di kepalanya, "Friendzone?" Ucapnya bersemangat."Nahh.. itu, renjon." Balas Ayah yang juga excited.
"Friendzone, Yah.. F-R-I-E-N-D-Z-O-N-E, Friendzone." Ucap Ara sambil mengeja.
"Itulah pokoknya." Tukas Ayah tak mempedulikan topik itu, "gak jadian?" Tanya Ayah menggoda anaknya.
Ara memasang wajah kesal, "Ayah.. pacaran itu dosa, Ayah mau masuk neraka gara - gara aku? Kalo aku sih ikhlas - ikhlas aja kalo Ayah emang mau." Ucap Ara dengan wajah menyepelekan.
"Kamu jalan sama cowok aja udah nambahin dosa Ayah. Lagian ini jaket siapa hah?" Tanya Ayah sedikit terkekeh.
Ara diam, lagi - lagi ia malu kalau harus mengaku bahwa itu adalah jaket kepunyaan Adnan, "a-aku baru beli tadi."
Mampus, gue gagap lagi kannn..
"Bukan jaketnya Ad--" ucapan Ayah terpotong karena sang anak sudah menempelkan jari telunjuknya ke mulut si ayah.
"Stt.. aku mau masuk kamar ya, Yah. Kasian anak Ayah butuh tidur, ntar anak Ayah malah dikutuk jadi panda loh." Ara segera kabur ke kamarnya, meninggalkan sang Ayah yang cengengesan.
Sesampainya di kamar, ia langsung melepas jaket yang menutupi bajunya yang basah.
"Ihh.. gara - gara lo ni." Ketus Ara pada sang jaket yang hanya diam. "Eh, tapi kalo gak ada lo, gue pasti udah masuk angin sih. Yaudah, lo gue maafin ya." Ucap Ara bermonolog. "Eh, gue ngapain ngomong sendiri? Bodolah." Ia melempar jaket itu entah kemana.
"Eh.. eh.. jangan dibuang, ntar gue susah balikinnya." Ia langsung mengambil jaket yang ia lempar tadi lalu mengelus, oh bukan, menggosok jaket tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother
Teen Fiction[COMPLETE] Ara itu gadis yang spesial, tapi semuanya seakan tertutup hanya dalam sekejap. Bukan orang lain yang menutupnya, tapi dirinya sendiri. Ia bahkan lupa bagaimana caranya melihat dunia luar yang dulu ia cintai. Ra, gue bakal bantu lo. . Baca...