4. She

1.7K 107 0
                                    

Hari ini sekolah biasa - biasa saja, tak ada hal menarik yang terjadi. Adnan hanya memperhatikan Ara selama pelajaran pak Broto berlangsung. Ara hanya melirik Adnan sekilas.

Kringg.. kringg.. kringg..

"Yaudah, pelajaran kita akhiri sampe sini yo. Silahkan istirahat." Ucap pak Broto dengan aksen medok khas miliknya.

Semua anak berkeluaran dari kelas, seperti anak anjing yang berlarian mengejar makanan. Ara hanya duduk di kelas sambil mendengarkan earphone nya, sedangkan Adnan masih saja memperhatikan Ara.

"Lo ngapain liatin gue terus?" Tanya Ara sambil memalingkan pandangannya. Adnan masih diam.

"Risih tau gak?"

"Gue bingung, yang tadi malam gue liat itu beneran lo kan?" Tanya Adnan sambil menatap ke arah atas. Ara membisu sejenak.

"Ihh.. jangan kasi tau siapa - siapa! Awas lo!" Ucap Ara sambil memukul pundak Adnan.

"Boleh aja sih, tapi ada syaratnya." Jawab Adnan.

"Nyesel gue gak usir lo semalem." Ketus Ara.

"Mau gue rahasiain gak? Atau gue sebar aja?" Goda Adnan.

"Ih, yaudah. Apaan?" Tanya Ara dengan nada kesal.

"Lo harus jadi temen gue, terus harus nurutin perintah gue!" Jawab Adnan dengan bangganya.

"Ih.. ogah. Emang siapa lo? Enak banget!" Ucap Ara ketus.

"Oh yaudah, ntar gue bikin status 'Ratu es kita semalem nangis loh gaes' mau?" Tanya Adnan.

"Ihh.. yaudah, gue turutin, tapi rahasia ya?" Ucap Ara sambil mengancungkan kelingkingnya.

"Iyaa.." Adnan mengaitkan kelingkingnya ke jari Ara.

***

"Woe! Berat tau gak?" Teriak Ara dari lorong perpustakaan. Di tangannya nampak ada setumpuk buku, barangkali hingga 5 buku tebal.

"Stt.. jangan ribut." Ucap Adnan yang berjalan di depan Ara.

"Nyesel banget gue iyain tadi." Bisik Ara pada dirinya sendiri.

"Apa?" Tanya Adnan yang rupanya mendengar bisikan tersebut.

"Gak." Jawab Ara singkat.

Adnan berjalan menuju sebuah meja khusus membaca. Meja tersebut berada tepat di samping jendela. Ia duduk, diikutin dengan Ara yang langsung membanting tumpukan buku yang ia bawa tadi ke atas meja.

"Rontok tangan gue." Keluh Ara yang segera duduk. Adnan tampak sedikit cengengesan.

"Kenapa lo ketawa?"

"Gak, lucu aja." Jawab Adnan yang masih cengengesan. Ara hanya memutar bola matanya.

"Nih." Adnan menyodorkan sebotol air minum pada Ara.

"Buat gue?" Tanya Ara sambil menunjuk dirinya.

"Buangin." Jawab Adnan singkat. Nampaknya Ara mulai memanas. Ia berjalan menuju tong sampah.

"Ya tuhan, kenapa gue harus nemu orang kayak dia sih?" Gumam Ara.

Ara berjalan menuju meja yang tadi ia tempati. Ia melihat Adnan yang sedang melamun menghadap ke luar jendela.

"Udah capek - capek gue bawain buku, malah gak dibaca. Bener - bener nih anak." Gumam Ara lagi, ia berjalan dengan hentakan kaki yang keras.

"Adnan.." belum sempat Ara sampai ke tempat tujuannya, datang seorang gadis yang langsung duduk di sebelah Adnan.

Ya, gadis yang sangat good looking, wajahnya sangat menawan, pipi yang merona cantik, rambung panjang dengan jepitan pita di rambutnya. Nampak sangat feminim.

"Sendirian?" Tanya gadis itu. Adnan nampak dingin padanya, ia masih saja menatap ke luar jendela.

"Oh.. buku ini, aku udah baca loh." Gadis itu meraih sebuah buku dari meja.

"Ceritanya itu kayak gi.."

"Ara! Sini!" Teriak Adnan pada Ara, ia tersenyum pada Ara, tapi tidak pada gadis itu.

"Sudah ada temanku. Kamu bisa pergi?" Tanya Adnan pada gadis itu. Gadis itu tidak berkata apapun, ia pergi sambil memutar bola matanya pada Ara yang sedang berjalan menuju Adnan.

"Siapa?" Tanya Ara.

"Orang." Jawab Adnan singkat, ia mengambil sebuah buku. Wajahnya nampak mengerikan, seperti sedang marah.

"Lo dingin banget, bukannya harusnya gue ya yang dingin?" Tanya Ara yang merasa ada sebuah kejanggalan.

"Udah, lo gak usah sok - sok dingin sama gue. Gue kan udah tau sifat lo." Jawab Adnan dengan percaya dirinya.

"Gak semua." Gumam Ara.

"Apa?" Tanya Adnan yang tak mendengar gumaman Ara. Ara hanya menggelengkan kepalanya.

Bersambung

StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang