"Ra, lo masih mau jadi mak comblang mereka berdua?" Tanya Arin sambil menyandarkan tubuhnya pada kursi taman.
Ara yang sebelumnya tengah meminum jus pemberian Adnan lalu mengangguk, "iya." Ia menatap Arin, "kenapa?"
Gadis yang ditatap menghela kasar, "mau sampe kapan lo gini terus?" Tanya Arin.
"Ya sampe mereka jadian lah." Jawab Ara polos, "jangan sampe usaha gue berbulan - bulan ini sia - sia."
Arin tampak menghela nafas lagi, "serah lo deh, pokoknya jangan nangis - nangis sama gue kalo lo nyesel." Ketusnya sambil melipat tangannya.
"Yeuu.. ngapain juga gue nyesel." Balas Ara sebelum merotasikan bola matanya.
***
"Lo ada apa sama Ara?" Tanya Adnan dingin.
Larin yang sedari tadi sudah senyam - senyum, tiba - tiba memudarkan lengkungan itu, "maksudnya?"
"Kenapa dia ngejauhin gue?" Nada dingin itu benar - benar mengintrupsi Larin.
"Ngejauhin gimana?" Tanya Larin lagi, berpura - pura tak mengerti.
"Lo tau apa gue maksud."
"M- maksudnya? Gue gak ngerti."
"Sampe kapan lo mau ngejar gue?"
Larin diam mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan itu sungguh melukai hatinya, ditambah dengan suara dingin Adnan. Dia bukan Adnan yang dia kenal, sungguh.
"Adnan--"
"Apa lo bakal terus ngelukain semua orang?" Sekali lagi pertanyaan itu menusuk ke lubuk hati Larin.
"Hae, gaes!" Sapa Arin yang tiba - tiba muncul dengan sebuah brosur di tangannya.
"Kaget bgst!" Ucap Adnan marah dengan kemunculan gadis itu.
"Eitss.. jangan ngegas, Pak." Jeda Arin, "nih." Ia menyodorkan selembar brosur pada Adnan.
Adnan mengambil brosur itu dengan wajah bingung, "apaan nih?" Tanyanya sebelum melihat isi brosur tersebut.
"Baca aja kali." Sahut Ara gemas.
"Karnaval?" Ucap Adnan bingung, "terus?"
Arin nampak merotasikan bola matanya "pekaan dikit napa." Lalu ia merangkul bahu Ara, "jalan kuy, rame - rame."
Ara hanya mengangguk dengan wajah senangnya.
"Kapan?" Tanya Adnan.
"Malminglah." Arin menaik turunkan alisnya, "Larin, kalo lo mau ikut juga boleh."
Ara mengangguk setuju, "iya, Rin. Ikutan aja."
Larin tersenyum canggung, "eh, gak usah. Kalian aja." Jawabnya masih dengan senyum canggung.
"Ikut aja." Sahut Adnan singkat, membuat Larin menoleh ke arahnya.
"Nah, kan pas berempat." Ujar Arin semangat, "pokonya fix malam minggu oke? Okeh." Dia malah bermonolog.
Ting..
Bunyi notifikasi itu menyadarkan Ara yang dari tadi hanya menyimak. Ia membuka notifikasi itu.Adlin: Ra, ketemu yuk.
Ara: kapan?
Adlin: malming?
Ara: yah, gak bisa kalo malming.
Adlin: loh, mau ngapain?
Ara: jalan sama temen.
Adlin: ohh.. lusa?
Ara: gak bisa juga sih, lagi banyak tugas.
Adlin: terus bisanya kapan?
Ara: gak tauu.. T_T
Adlin: minggu depan ulangan ya?
Ara: yes, that's why i have many homework.
Adlin: habis ulangan mau?
Ara: yaudah deh, nanti kabarin aja ya?
Adlin: asiap bosq
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother
Teen Fiction[COMPLETE] Ara itu gadis yang spesial, tapi semuanya seakan tertutup hanya dalam sekejap. Bukan orang lain yang menutupnya, tapi dirinya sendiri. Ia bahkan lupa bagaimana caranya melihat dunia luar yang dulu ia cintai. Ra, gue bakal bantu lo. . Baca...