21. Just Friend

471 36 0
                                    

Hari ini Ara sudah turun sekolah. Ia malas di rumah seharian, jadi ia memaksa Adnan untuk menjemputnya. Untung Adnan baik.

By the way, kondisi Ara udah mendingan, kakinya sudah tak sakit lagi, tinggal menunggu luka dan memarnya menghilang. Padahal ia baru bolos 2 hari + 1 hari libur.

"Ra, mau nitip?" Tanya Adnan yang akan beranjak ke kantin.

Ara menggeleng, "gue lagi gak pengen makan."

Adnan mengusak surai gelap gadis itu, "lo ya. Ayah bilang lo jarang makan 3 hari ini."

"Gue mager ngunyah."

"Ngunyah kok mager. Yaudah, gue ke kantin dulu." Pria itu menghilang di balik pintu kelas.

Ara mengambil sebuah novel. Bukan novel yang waktu itu ia beli bersama Adnan, novel itu sudah habis ia baca kemarin. Adnan membelikannya sebuah novel baru, dia bilang ceritanya bagus.

"Ara!" Sapa Larin yang baru saja duduk di bangku depannya.

Ara reflek menoleh, lalu tersenyum.

"Gimana lukanya? Masih sakit? Kakinya?" Tanya Larin.

Ara tersenyum lagi, "udah mendingan, kok. Tinggal nunggu luka sama lebamnya hilang aja." Ara menutup novel yang baru saja ingin dia baca, "makasih ya, Rin. Udah nolong gue kemarin."

Larin menggeleng, "kalo mau bilang makasih, ada syaratnya."

Ara nampak sedikit bingung, "apa?"

"Kamu harus jadi temenku."

Mendengar itu, Ara merasa deja vu. Seperti pernah berada dikondisi seperti ini, tapi dimana ya?

"Lo harus jadi temen gue, terus harus nurutin perintah gue!"

Oh iya.

Untuk sekarang syaratnya hanya satu.

Ara mengangguk, "yaudah, iya."

Senyum Larin mengembang lebar, tampaknya ia sangat senang. Mungkin kalau bisa, dia ingin jungkir balik.

"Tapi.." Ara bersuara, membuat Larin yang sedang jingkrak - jingkrak, diam seketika, "jangan manggil aku-kamu, kita bukan pacaran."

Larin cengengesan mendengarnya, "yaudah, deh. Lo ngapain aja 3 hari ini?"

Nah ini baru betul.

Mereka berbincang berbagai hal random yang tak berfaedah. Ara juga sudah tak merasa risih berada di dekat Larin.

"Ngapain lo di sini?" Tanya Adnan dengan raut wajah yang dingin. Raut wajah yang hanya ditujukan pada Larin.

"Gu.. aku--" gadis itu nampak bingung untuk menjawab pertanyaan Adnan.

"Gue yang nyuruh dia di sini." Sela Ara, membuat Adnan membelalak.

"Gak salah lo?" Tanya Adnan.

"Emangnya kenapa? Salah?" Tanya Ara balik.

"Emm.. aku balik aja, ya. Dahh.." Larin ingin beranjak, tapi Ara menahan tangannya.

"Duduk." Perintah Ara.

"Tapi, Ra.." Larin sedikit takut dengan Adnan.

"Duduk aja. Ini kan sekolahan, tempat umum, jadi gak ada yang berhak ngusir." Ucap Ara lagi yang membuat Larin akhirnya duduk.

"Ra?" Itu Adnan yang bersuara, ia nampak tak menyangka.

"Kenapa?" Suaranya terdengar dingin dengan tatapan tajamnya itu.

StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang