16. MC

546 42 0
                                    

"Hah?! Gila lo?!" Gadis itu tercengang mendengar penuturan Adnan, "gak! Gak mau!"

"Ra, tolong dong. Gue denger lo waktu SMP pernah jadi MC." Adnan menyatukan kedua tangannya, memohon pada Ara.

"Denger darimana lo?!" Ketus Ara.

"Doni."

Kurang ajar lo, Don.

"Gak, gue gak mau! Itu udah lama banget, Nan." Ara masih bersikeras menolak, "kenapa gak yang lain aja, Nan?"

"Yang lain siapa? Geva? Arin? Herman? Lulu? Paijo? Suminten? Bowo? Gak bisa semua, Ra. Mereka pada sibuk OSIS." Jawab Adnan.

"Ya kan selain yang OSIS ada. Vera, Dini, Reva, Dena, Rehan, Luva, apa kabar?" Tanya Ara masih tak terima.

"PMR sama Marching mereka semua. Harapan gue cuma lo, Ra. Satu - satunya yang pernah nge-MC + gak ngapa - ngapain." Ucap Adnan meyakinkan.

"Lo kira gue gabut?" Ketus Ara.

"Lah emang gabut kan?" Oh, itu membungkamkan Ara.

"Y-ya, tapi kan.."

"Gue beliin novel!" Tawar Adnan.

"Lo pikir gue bisa dibayar pake novel?!"

***

"Nanti susunannya begini ya." Instruksi seorang panitia.

"I-iya." Jawab Ara kaku.

"Terus ini yang hadir begini.. bla.. bla.. bla.."

"I-iya." Jawabnya lagi kaku.

"Hellow gaess.." seorang gadis datang dengan kipas elektriknya. "MCnya mana?" Tanya gadis itu.

"Ini, Rin." Panitia itu menunjuk Ara.

"Yang ini say?" Gadis itu melihat wajah Ara dengan teliti. "Kenalin, gue Arin Syabella. Gue disuruh ngurusin lo." Gadis itu menjulurkan tangannya, jari - jarinya nampak dilentikkan.

Ara tersenyum heran, "o-ohh.. gue Ar--"

"Stt.." gadis bernama Arin itu membungkam mulut Ara dengan telunjuknya, "gue tau. Lo Ara si Cold Queen itu khan?" Ia menepis poninya sendiri.

"Ahh.. gitu ya?" Jawab Ara canggung.

"Wajah lo itu bagus, tapi terlalu polos, perlu dipoles. Sini gue acak. Eh maksudnya, rombak." Gadis itu membuka pouch berwarna baby pink yang dari tadi sudah ia gantung di lengannya.

"H-harus ya?" Tanya Ara.

"Harrruss.." ia mulai menyentuh wajah Ara dengan benda yang disebut sponge.

Kalo aja semalem gue gak di-iming - imingi..

"Lo pikir gue bisa dibayar pake novel?!" Ketus Ara masih tak terima.

"Novel + boneka kucing." Tawar Adnan lagi.

"Y-ya gak bisa g-gitulah."

"Novel + boneka kucing + apapun yang lo mau, gue traktir."

Ara diam, tak tau harus berkata apa. Ia speechles.

"Deal."

Ia merinding mengingat kejadian itu.

StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang