2. Stupid People

2.6K 140 5
                                    

"Gue cuma pengen tau tentang lo." Ucap Adnan lembut. Ara hanya bisa membeku mendengar kalimat yang barusan diucapkan Adnan.

"Gue tertarik sama lo." Sambung Adnan.

Ara melepas genggaman tangan Adnan, dan segera pergi dengan segala macam pertanyaan di kepalanya.

Apaan sih! Tertarik sama gue? Emang gue tali apa ditarik.

Ara berjalan menuju pintu gerbang, ia melihat sekumpulan anak - anak hits yang ada di sekolahnya, sejujurnya mereka itu cantik dan tampan, namun perilaku mereka sangat tak wajar.

"Eh, itu si Ice Queen itu kan? Liat tuh mukanya, datar banget."

"Iya, gak ada senyum - senyumnya lagi."

"Sok pendiem banget lagi."

Ya, Ara mendengar semua perkataan itu dengan jelas, lebih tepatnya, sangat jelas. Mereka berlagak seperti orang yang sedang berbisik, namun tidak dengan suaranya. Mereka seperti orang yang sedang berbicara di atas panggung, lantang tak memperdulikan sekitar.

Ara hanya memutarkan bola matanya dan segera pergi agar tak mendengar cibiran lain. Sambil berjalan, ia meraih earphone yang ada di sakunya, lalu melekatkannya pada kedua lubang telinganya.

Udara dan jalanan, semuanya lembap diguyur derasnya hujan. Nampak beberapa genangan air menghiasi jalan. Ara berjalan di trotoar. Nampak beberapa siswa yang juga sibuk lalu-lalang di trotoar itu.

Byurrr..

Sebuah mobil hitam pekat lewat tepat di sebelah Ara yang kebetulan terdapat genangan, membuat air yang tergenang itu mengenai Ara. Seragam putihnya itu basah, hampir terawang. Orang - orang yang tadinya sibuk berlalu-lalang, seketika itu diam memperhatikan Ara.

"Maaf ya, dek. Om gak sengaja. Lagian adek sih, ngapain jalan di deket genangan." Ucap seorang bapak - bapak yang muncul dari jendela mobil tersebut.

Ara memperhatikan sebentar, mengumpulkan segala amarahnya.

"Om kok gak tau mal.." Ucapannya terpotong.

"Nih.." Seseorang memakaikan Ara jaket berwarna hitam.

"Pak, kok malah nyalahin dia. Pak Arya niat minta maaf gak, sih?"

"Loh, ini temennya dek Adnan ya? Maaf, bapak tadi gak sengaja, terus bapak gugup gitu. Maaf ya dek." Ucap bapak - bapak itu pada Ara.

Apa kalian mendengar nama 'Adnan' disebut? Iya, kalian tidak salah dengar. Orang yang memberi Ara jaket adalah Adnan.

"Yaudah, Pak. Saya jalan kaki aja, bilang ke bunda ya."

"Gak papa dek?"

"Iya pak.."

Ara hanya menyaksikan percakapan singkat itu. Ia berpikir, haruskah ia beranjak dari sana sekarang?

"Ra, pulang bareng yuk!" Ajak Adnan setelah mobil hitam tadi pergi. Ara hanya terus berjalan tak memperdulikan Adnan.

"Sorry ya, tadi sopir gue. Mungkin dia lagi gak fokus kali ya."

"Ra rumah lo dimana?"

"Jangan diem - dieman terus dong."

"Ntar lu tiba - tiba marah ni."

Adnan masih terus mengoceh, padahal ia tau bahwa Ara sedang mencoba menahan amarahnya.

"Eh, liat deh. Itu kan si cewek jutek yang ada di sekolah, kok dia sama Adnan sih?"

"Ih.. gak cocok banget deh."

"Si buruk rupa dengan pangeran tampan."

"Ih, dia cantik tau. Cuma, sikapnya aja yang ngeselin."

"Lagi casting pemeran pembantu Cinderella ya? Haha.."

Omongan tajam dari orang - orang itu terus meluncur bagai air terjun. Tiada hentinya. Ara tetap diam tak mempedulikan hal itu. Namun Adnan, ia begitu peka untuk mendengar hal - hal seperti itu.

"Ra, lo gak papa?"

"Lewat jalan lain aja yuk!" Adnan menarik tangan Ara, namun dihempaskan oleh Ara.

"Lo gak usaha sok baik, deh. Lo tau penyebab kenapa mereka ngomong kayak gitu kan? Jadi lebih baik lo gak usah dekat - dekat sama gue!" Ara pergi dengan cepatnya.

***

Pagi hari ini lebih cerah dibanding kemarin, namun tetap mendung. Ara duduk di bangku paling pojok belakang. Ia membaca sebuah novel sambil mendengarkan lantunan tangga nada dari earphone-nya.

Ia melihat Adnan berjalan menuju bangkunya. Ia hanya menaruh tas lalu segera pergi. Ekspresinya berbeda, auranya terasa gelap.

***

Sekarang adalah pelajaran Bahasa Inggris. Ya, sekarang sudah jam terakhir kegiatan belajar mengajar. Dari pagi tadi, Adnan tidak berbicara sepatah katapun pada Ara. Tak seperti biasanya Adnan diam. Atau mungkin inilah sifat asli Adnan?

"Kalian wawancarai teman sebangku kalian dengan bahasa Inggris ya." Perintah Mrs. Aini.

Semua bangku terlihat cerah, semua sibuk bertanya pada teman sebangkunya. Hanya bangku pojokan yang terlihat suram. Ya, bangku Ara dan Adnan. Mereka berdua diam sedari tadi. Tak ada yang memulai pembicaraan.

Kok dia gak ada ngomong sih?

Ara bertanya dalam hatinya. Kertas di bukunya masih terlihat putih, tak ada noda pena setitik pun. 20 menit lagi, bel pulangan akan berbunyi.

"Why are you keep silent?" Tanya Ara sambil menuliskan pertanyaan tersebut di bukunya.

Adnan masih diam.

"What should i ask to you?" Tanya Ara.

"Ok, what did you eat?"

"Are you have mathematic homework?"

Ara terus mencoba bertanya, namun Adnan tetap diam.

"Lo kok diem terus sih?! Kalo gak mau jawab, bilang aja. Jadi gue gak usah basa basi." Ujar Ara kesal.

"Tunggu dulu." Akhirnya Adnan bersuara.

"Gue gak bisa bahasa Inggris." Sambungnya.

...

"Bego!" Ketus Ara.

Bersambung

Don't forget to like, comment, and subkreb guys!

Eh salah server

Serius kesel bin ngakak klo baca ulang ini chapter.

-Shycat.

StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang