"Gak pernah lebih baik dari sebelumnya, hehehe.."
"Lo makin idiot gak sih? Hahaha.." tawa gadis itu. Terdengar seperti candaan biasa, namun dapat menyayat hati seorang Ara.
"Gak lucu." Ucap Adnan datar. "Omongan gitu lucu ya buat lo? Idiot banget sih." Lanjutnya. Gadis itu tersentak.
"Eh, lo gak usah gitu dong ngomongnya. Santai aja kali." Ketus gadis itu.
"Lo ngomong kayak gitu ke orang santai aja, tapi waktu lo yang dikatain malah gak terima? Hh.. lebay lo." Ucap Adnan sekali lagi.
"Lo ya--"
"Udah.. jangan kelahi di sini, biaya per meja mahal bos." Akhirnya Doni angkat bicara.
"Gak sudi gue kelai sama cewek." Sekali lagi, mendengar kalimat Adnan, gadis itu memanas.
"Udahlah." Ara menahan tangan gadis itu. "Udahlah, Nan. Gak usah ditanggepin."
"Iya.. iya.." jawab Adnan. Gadis itu pergi meninggalkan mereka dengan raut wajah marah. "Itu siapa sih?" Tanya Adnan.
"Itu Karin." Ara tersenyum. "Dia baik loh sebenernya."
"Karin?" Adnan mengingat sejenak. "Ohh.."
"Oke.. hadirin sekalian, acara reuni SMP Mulia akan segera dimulai, mohon kepada tamu untuk duduk." Ucap seorang pria yang sedang berdiri di ujung meja.
Oh iya, acara reuni ini bukan acara besar - besaran ya. Hanya dari beberapa kelas dari angkatan Ara.
Mereka semua duduk berhadapan mengelilingi 4 meja yang dijadikan satu. Adnan duduk tepat di samping Ara.
"Ra, lo mau minum apa?" Ucap Adnan sambil mengalihkan pandangannya pada Ara, namun gadis itu hanya diam dengan tatapan kosongnya. "Ra?" Adnan menepuk pundak gadis itu pelan.
"Hah? Ya?" Akhirnya gadis itu tersadar. "Lo tadi bilang apa? Gue gak denger hehe.." tawa kecil itu menutup kalimatnya.
"Minum apa?" Tanya Adnan.
"Minum? Hmm.." ia berpikir sejenak sambil memejamkan matanya. "Gue pengen es krim sih."
"Ohh.. gue pesenin ya." Ia berdiri ingin menghampiri Doni yang sibuk mencatat pesanan, namun tangannya tertahan.
"Yang vanila ya?" Ucap Ara setelah Adnan berbalik menghadapnya.
Adnan tersenyum, "iyaa.."
Adnan mulai tak nampak di pandangan gadis itu, bangku di sebelahnya pun kosong. Ara hanya melihat sekeliling, sesuatu yang seharusnya membuat dirinya nyaman, malah menjadi asing hanya karena kehadiran seseorang. Karin.
Adnan memperhatikan Ara dari jauh, nampak gadis itu hanya tertunduk. Gadis itu nampak tak bersemangat sama sekali, padahal tepat sebelum mereka menginjakkan kaki ke tempat itu, senyuman Ara masih terpancar.
Ia tak bertanya - tanya kenapa gadis itu nampak murung, ia sudah tau jawabannya.
Beberapa hari yang lalu..
"Ara gak bisa diem?" Tanya Adnan. Sejujurnya, ia tak begitu terkejut mendengar bahwa Ara adalah seseorang yang cerewet, toh Doni sudah memberitahunya.
"Baaanggett.." jawab seorang gadis setelah menyeruput secangkir coffe latte. Adlin.
"Tapi bilang si Doni waktu hari - hari terakhir sekolah, dia kayak murung gitu, emang ada apa?"
"Hufttt.." Adlin menghela nafasnya. "Dia dibully ama sahabatnya sendiri."
"Dibully? Maksudnya?" Oke, sekarang Adnan lebih terkejut.
"Sebenernya yang tau cerita ini cuma gue dan temen - temen dekatnya Ara doang, tapi karena lo gak ada nyerahnya nge-spam chat pagi, siang, sore, malem ke gue, gue percaya sama lo, deh." Ketus Adlin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepbrother
Teen Fiction[COMPLETE] Ara itu gadis yang spesial, tapi semuanya seakan tertutup hanya dalam sekejap. Bukan orang lain yang menutupnya, tapi dirinya sendiri. Ia bahkan lupa bagaimana caranya melihat dunia luar yang dulu ia cintai. Ra, gue bakal bantu lo. . Baca...