23. Rendang

385 37 1
                                    

Ara dan Adnan masih mengelilingi pasar. Mereka baru mendapatkan beberapa bahan seperti kemiri, lengkuas, jintan, jahe, dan kunyit.

Kata Adnan, Bundanya ingin memasak rendang dan sambal kentang. Pasti rasanya akan jadi sangat enak jika ia ikut membantu memasak, tapi ia tak bisa ikut membantu. Kenapa? Hehe.. lihat saja nanti.

"Masih banyak belum ya?" Tanya Ara sambil melihat isi kantong plastik yang ia bawa.

Adnan mengangguk, "banget."

Ara mendengus, lalu ia mengedarkan pandangannya pada setiap sudut pasar. Ia memincingkan matanya, "itu Larin bukan, sih?" Tanya gadis itu sebelum meninggalkan Adnan.

Adnan yang tersadar bahwa Ara telah kabur, akhirnya hanya mengikuti gadis itu.

"Larin!" Sapa Ara ketika sampai di hadapan gadis yang rambutnya terurai itu.

Larin menoleh, "eh, ngapain?"

Ara tertawa ringan, "gue lagi bantuin Adnan belanja." Jawab Ara, membuat mata Larin tertuju pada kantong plastik yang sedang ia tenteng.

"Ohh.. masih banyak gak?" Tanya Larin.

"Banget." Sahut Adnan yang baru tiba. Pria itu berdiri sejajar dengan Ara dengan wajah dinginnya.

"Hehe.. iy--" kalimat Ara terpotong. Gadis itu mengambil ponsel yang ada di saku celananya, lalu sedikit menjauh.

"Iya, halo?" Ucap gadis itu setelah menempelkan ponselnya pada telinga, "oh iya. Bentar lagi Ara pulang. Iya, Yah."

Gadis itu kembali lalu memperhatikan Larin dan Adnan yang hanya diam. "Hmm.. Nan, Ayah suruh gue pulang nih."

"Pulang? Yaudah, gue anterin." Lalu pria itu hendak beranjak, namun ditahan oleh Ara.

"Tapi kan masih banyak yang belum kebeli," lalu Ara menatap ke arah Larin, "Rin, lo sibuk gak? Bisa bantuin si Adnan gak?"

Adnan tersentak mendengar ucapan Ara, "Ra, ga--"

"Bisa kok." Sahut Larin, membuat Adnan melotot.

"Tapi kan gue harus nganter lo." Bantah Adnan.

Ara menggeleng, "ntar Bunda lo gak bisa masak, gue naik taksi aja."

"Tapi, Ra.."

"Udah gak papa, kalian belanja aja ok? Bye!" Itu kata - kata terakhir Ara sebelum menghilang di balik kerumunan beberapa orang.

"Nih list-nya." Adnan memberikan sebuah kertas pada Larin, sebelum akhirnya pria itu berjalan mendahului.

***

Semoga aja Adnan gak ngamuk sama si Larin.

Sekarang Ara sedang berada di dalam taksi. Gadis itu memangku wajahnya pada tangan kanannya, sambil melihat keluar jendela. Untung tidak terlalu macet.

"Ke pasar belanja ya dek?" Tanya bapak sopir yang memecah keheningan.

"Nemenin temen belanja, Pak." Jawab Ara sambil tersenyum canggung.

"Loh, temen apa pacar?" Tanya si Bapak menggoda Ara.

"Temen, Pakk.." jawab Ara gemas dengan pertanyaan si Bapak.

Gak di sekolah, gak di rumah, gak di taksi, pertanyaannya sejenis semua.

Bapak itu tertawa, "yaudah, temennya mana?"

StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang