9. Annoying

1K 68 2
                                    

Ara berjalan menuju gudang, hari ini adalah giliran Ara untuk mengambil perlengkapan olahraga. Sebenarnya, ada  orang lain lagi yang mendapat giliran, tapi entah pergi ke mana. Ia ingin meminta tolong Adnan tapi dia nampak sedang sibuk berteleponan. Alhasil, ialah yang harus bergerak. Tak adil memang, tapi ia enggan menemani lapangan dan tiang bendera di bawah terik matahari.

Area gudang nampak sepi, tak menakutkan, hanya senyap saja. Ia membuka lemari yang berisi bola basket, diraihnya tiga bola berwarna coklat kemerahan itu.

"Ara!" Sapa seseorang dari bibir pintu gudang. Ara menoleh dengan sedikit kaget. Larin rupanya. "Aku bantu ya?" Ia mendekat.

"Gak usah." Jawab Ara singkat sambil menutup lemari yang tadi ia buka.

"Gak bisa gitu dong. Hari ini kan giliranku juga." Larin mengambil sebuah bola dari genggaman Ara.

"Yaudah, bawa aja semua." Ara memberinya sebuah bola lagi, lalu berlalu begitu saja sambil men-dribble bola yang tersisa di tangan kanannya.

Larin segera berlari menyusul Ara. "Jangan buru - buru dong. Aku mau minta tolong dong bol--"

"Gak." Jawab Ara singkat.

"Ini tentang Adnan. Please bantu aku ya?" Pinta Larin sekali lagi.

"Gak." Tolak Ara dengan datar.

"Kenapa kamu gak mau sih? Atau jangan - jangan.." Larin menghentikan kalimatnya, Ara hanya mendengarkan. "Kamu suka juga sama Adnan ya?" Pernyataan Larin membuat Ara menatap tajam ke arahnya.

"Gak mau dan gak akan." Jawab Ara amit - amit.

"Yaudah, kalo gitu bantuin dongg..." Larin menggoyang - goyangkan tangan Ara, padahal tangannya sendiri sedang sibuk menahan dua buah bola.

"Lo maksa banget sih!" Ketus Ara menarik tangannya dari genggaman Larin.

"Ini bukan maksa, ini namanya berjuang!" Jawab Larin ambisius.

"Kalo gitu berjuang aja sendiri, gak usah bawa - bawa gue!" Ketus Ara lagi.

"Aku butuh kamu banget, Ra. Adnan itu dingin, susah banget didekatin. Persis kayak kamu."

Tunggu, hah? Dingin? Kayak gue? Bercanda ya? Orang nge-hits banget tuh.

"Pokoknya gue gak mau." Jawab Ara menolak lagi. Ara segera berjalan mendahului Larin, oh lebih tepatnya menghindari.

***

"Ohh.. gitu ya? Sorry ya udah nelpon pagi - pagi gini. Iya, sekali lagi makasih banget ya." Adnan menutup sambungan telepon tersebut.

Ia melihat Ara memasuki kelas diikuti Larin yang seperti ekor pada Ara, melekat dan tidak lepas. "Ra, tolong lahh.." ucap Larin.

"Nih." Ara menyodorkan bola basket yang ia ambil tadi ke ketua kelas, lalu dengan cepat kembali ke bangkunya.

"Kenapa tuh, Ra?" Tanya Adnan sambil menunjuk Larin dengan matanya.

"Tau." Ketus Ara yang langsung menutup telinganya dengan earphone. Adnan hanya terkekeh kecil melihat tingkah temannya itu. "Kita gak olahraga?" Tanya Ara dengan gestur wajah yang masih nampak kesal.

Adnan tersenyum dominan tertawa melihat Ara. "Iya, katanya mau hujan." Jawabnya.

"Percuma gue ngambil bola di gudang, ketemu si inces lagi." Pukas Ara kesal sambil menyebut Larin dengan sebutan 'Inces'.

StepbrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang