Lelaki Tetangga

7.5K 436 8
                                    

Vote dulu sebelum baca.. yuk.. hehehe..
biar rame notif..😅

🍁 🍁 🍁

Angin malam meyergap tubuhku. Hawa dingin mulai merasuk kedalam tulang. Untung saja sweater yang menempel pada tubuhku sedikit membantu menghangatkan. Suasana malam ini begitu tenang. Belum lagi bintang-bintang diatas sana yang tak henti-hentinya bertasbih kepada Tuhannya. Masyaallah, mungkin ini yang disebut kenikmatan hidup seutuhnya. Aku hanya ingin sejenak mentadabburi alam ciptaan Nya yang hampir setiap malam kulewatkan begitu saja. Aku bukan sedang membuang-buang waktu, aku hanya sedang menikmati waktu yang telah lama kulewatkan.

"Salma!"
Parah!
Suara umi merusak khayalanku. Kenapa selalu begitu? Umi selalu memakai volume tinggi untuk memanggilku. Apa tidak ada cara yang lebih baik lagi? kalau perlu pinjem toa masjid sekalian.

Astagfirullah... Telingaku ini masih sehat umi.

"iya mi. Adaapa umiku sayang? Kenapa harus pake teriak-teriak segala sih mi?" jawabku seraya menuruni anak tangga.

"makanya, kalau punya telinga itu dipake yang bener. Umi udah manggil dari maghrib, kamunya nggak denger-denger."

"nggak dari shubuh kan mi?" godaku.
Umi mendelik menatapku. Hih, serem. Tapi lucu juga sih liat ekspresi umi.

Umi itu baik. Ya pastilah. Semua ibu diseluruh dunia juga baik. Umi juga lucu, tapi kadang galak, kadang sok tegas , kadang sok bijak, gitu deh umi. Pokoknya mau bagaimanapun umi, aku tetap sayang umi.

"anterin kue ke rumahnya tante Aisyah ya? " ucapnya seraya menyerahkan dua bingkisan kue kepadaku.
Kebiasaan deh umi, kalo lagi minta tolong kaya lagi nawar barang dipasar. Maksa.

Lagian semalam ini, kenapa juga harus ngenterin sekarang? Kerumah tante Aisyah lagi. Nggak jauh emang, tapi kan tetap saja butuh tenaga dan pikiran. Utamanya dana. Siapa tahu ada tukang cilok lewat kan? Daripada utang, mending nyiapin uang duluan.

Aish! Jadi pengin tidur kalo tau begini. Eh, nggak deh. Nanti disangkain pura-pura mati gimana?

Naudzubillah deh.

Belum siap mati, Ya Allah.. nanti aja. Nunggu amal baik hamba udah cumlaude.

"kenapa nggak besok aja sih mi?" tawarku.
"sekarang salma! Kalau besok udah nggak enak."
"yaelah mi, tapi nggak semalem ini juga kan mi? Pasti jalanan sepi tuh. Jarang ada orang. Nanti kalau dijalan salma kenapa-kenapa gimana? Umi mau tanggung jawab?"
"katanya jago beladiri?"
"emangnya beladiri bisa nylematin kita dari sesuatu yang... Em- ?"
"kamu itu kalo ngomong direm dikit sal,"
"kan misalkan mi. Lagian salma takut ih malem-malem gini keluar. Kan lagi viral 'tukang begal cari cewek cantik'. Nanti salma kena begal gimana coba?"
"Yang namanya begal motor ya minta motor ..bukan cewek. Lagian ngapain begal nyari cewek, apalagi modelannya kaya kamu."

Aihh!!! Tega sekali umi.

"lagian mau ada acara apa sih mi?"
"udah, mendingan kamu anterin kuenya dulu. Nanyanya nanti disana."
"malu-maluin kalo Salma nanya disana."
"yaudah, mending sekarang kamu berangkat. Daripada kelamaan disini. Tambah malem. Tambah ngeles."
"ini beneran Salma yang nganterin mi?"
"ya iyalah masa abang tukang bakso!"
"boleh juga tuh mi,"
"ALAYA JIHAN SALMA !"
Aku seraya berlari menyambar kunci motor. Bergegas pergi sebelum umi marah besar padaku. Dasar aku, suka banget godain umi sampe marah begitu. Parah. Tapi suka. Tapi takut dosa juga sih. Astagfirullah... maafkan hamba yang khilaf ini Ya Allah.

Satu Shaf Dibelakangmu  (Sudah Terbit Dalam Bentuk Ebook) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang