Menjadi baik dihari ini mungkin aku bisa. Tapi, entah untuk esok dan esoknya lagi.🍁🍁🍁
"Gus Fa serius mau berangkat sekarang?" Tanya ku yang melihat nya sibuk mencari sesuatu.
Sebenarnya aku sudah menawarkan bantuan. Tapi dia bilang tidak usah. Katanya aku tidak akan
tahu benda apa yang sedang dicarinya. Ya jelas saja, bagaimana aku mau tau jika dia saja tidak mau memberi tau. Dasar aneh!
"Iya. Hari ini ada jadwal operasi. Saya harus segera sampai di Rumah sakit. "
"Bukannya gus Fa ambil cuti 2 minggu?"
Lagian ini kan baru hari ke-6. Masih ada seminggu lebih waktunya untuk istirahat.
"Ada operasi mendadak di rumah sakit, tidak ada yang bisa menggantikan dokter Arif selain saya."
"Nggak bisa besok aja masuknya?"
Aku.. kenapa aku seperti mencegah dia untuk pergi? Bukankah ketiadaannya akan membuatku
merasa lebih nyaman? Lagipula bukankah kebersamaan kami selama ini sekedar sandiwara
semata?
Jika bicara soal rasa, mungkin aku belum sepenuhnya berhasil mencintainya. Tapi ini caraku
untuk bisa menumbuhkan rasa itu secara perlahan. Bersikap seolah dekat agar semakin lama aku
semakin nyaman dan semakin tidak sadar bahwa aku telah mencintai dia. Tunggulah.. mungkin
nanti, atau besok, atau lusa, atau entah kapan. Aku tak bisa memastikannya.
"Tidak semua tanggungjawab bisa di nego Sal.."
"Gus Fa udah sarapan? "
"Nah.. ketemu. " Ucapnya yang berhasil menemukan barang yang sedang ia cari.
"Nggak usah. Nanti aja di Rumah sakit. Saya udah telat. Saya berangkat dulu Sal.. Assalamu'alaikum." Lanjutnya seraya meninggalkan ku didalam kamar sendiri."Wa'alaikumsalam... Hati-hati dijalan."
Dia lupa tak menyalami ku atau memang sengaja?
Mencium tangan suami bukannya pahala? Lalu mau mendapat pahala darimana jika mencium
punggung tangannya saja baru sekali ku lakukan. Saat akad nikah.Jika gus Fa memang sengaja
tak menyalami ku karena berfikir aku belum siap melakukan kontak fisik, lalu bukankah selama
ini aku selalu duduk bersandar di bahunya? Bukankah dia yang berkali-kali memindahkan ku ke
ranjang saat tak sengaja tertidur dibahunya atau diatas sajadah?
Ahh, sudahlah, mungkin dia lupa.
Aku segera turun dan bergabung dimeja makan. Mengambil salah satu kursi yang masih kosong.
"Suamimu udah sarapan Sal?" Tanya umi yang sedang mengisi piring abi dengan nasi.
"Belum. Katanya mau sarapan dikantor aja." Jawabku enteng.
Sembari mencomot beberapa lauk dimeja.
"Astagfirullah Salma, suami belum sarapan malah kamu enak-enakan makan disini." Omel umi.
"Mi.. dia sendiri yang bilang begitu. Tadi padahal udah Salma tawarin. Tapi katanya udah telat.
Yaudah, masa Salma harus kaya anak kecil dulu, ngrengek cuma gara-gara minta dia sarapan
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Shaf Dibelakangmu (Sudah Terbit Dalam Bentuk Ebook) ✔️
Fiksi RemajaTunggu apalagi? Kepoin cepetan!!! . . Aku mencintai lelaki itu.. Terlalu drama jika aku beralasan karena pandangan pertama. Rasa itu ada karena aku yang tidak pernah sadar jika waktuku selalu habis ketika bersamanya. Begitu mudahnya aku menjatuhkan...