Berteman dengan Dilema

3.2K 202 11
                                    

Yang baca sehat sehat yaa
________*________

Ada yang bersedia menceritakan banyak hal tanpa di minta. Salah satu alasan mengapa harus
ada pendengar yang baik untuk menampung banyak kata.

🍁🍁🍁


Gus Fa menepati ucapannya. Pagi ini dia yang akan mengantarkan ku ke kampus. Alhamdulillah, mungkin dia sudah sadar betapa kasiannya aku kalau sampai setiap hari kena hukuman gara-gara telat kaya kemarin.

Bersanding dengannya saja membuatku merasa janggal dengan hubungan kami. Jika aku orang lain, mungkin aku akan mencibir perempuan yang duduk disampingnya saat ini (astagfirullah.. jangan suka menjudge sembarangan ya..) Sangat tidak sinkron antara aku dan lelaki itu. Entah sudah berapa kali aku mengatakan hal ini. Pada kenyataannya ucapan ku memang benar kan? Dia memang terlalu istimewa untuk aku yang tak memiliki apa-apa.

"Hari ini pulang jam berapa? " Tanya nya setelah menghentikan mobilnya didepan kampus.
Agak heran dan sedikit berharap kalo ini bukan cuma basa-basi.
"Jam tiga."
"Nanti jangan pulang dulu sebelum saya jemput kamu."
Yey! Bener kan? Berangkat dianter pulang dijemput. Sama suami sendiri lagi. Enak dong. Lumayan ada supir pribadi. Eaa... becanda aku pak dosen.. :v

"Tumben." Ucapku belaga polos.
"Daripada kamu dianter sama ojek BEM itu."
"Cemburu yaa?" Godaku.
"Kasian aja. Istri dosen pulangnya pake ojek."
Uhh.. sombong amat jadi manusia. It's okay, dia cuma becanda ya.

"Itu sih salah suaminya yang kurang peka." Sengaja aku menekan kata terakhir. Biar tambah jelas ya kan.
"Iya.. dimanapun perempuan berada. Dia selalu benar. "
"Emang fakta kok."

"Ekhem, masih mau lanjut ospek atau jadi asisten saya?" mobilnya sudah terparkir di depan kampus.
"Kalau ikut ospek cape. Kalau jadi asisten pak dokter cape nggak?"
"Enggak. Nanti kamu jadi pasien saya aja." Ucapnya seraya menyalakan kembali mesin mobil. Kemudian memutar balikan arah. Menuju rumah sakit tempatnya bekerja.

"Gus Fa serius? " Tanyaku panik.
Padahal kemaren aku udah dapet peringatan supaya nggak telat lagi. Tapi kenapa sekarang malah bolos. Diajakin sama dosennya lagi.
"Kapan saya pernah becanda sama kamu?"
"Udah. Nggak usah panik gitu. Nanti saya anterin ke kampus lagi."
"Lagian seserem apasih BEM kamu itu. Palingan dia cuma ngambil kesempatan biar bisa liatin kamu sepuasnya." Lanjutnya.

"Cie cemburu."

"Wajarlah. Emang harusnya begitu. "

"Tapi over protectif tau."
"Karena saya harus jaga kamu kaya gitu. Banyak laki-laki diluar sana yang masih suka nyuri-nyuri muka kamu."
"Masih utuh kok muka Salma. Masih aman. Nggak ada yang ilang."
Sebegitu penting kah aku dikehidupan nya?
Padahal, seharusnya dia yang kujaga dengan baik. Jangan sampai rasaku belum sempat tersampaikan, sedangkan dia sudah pergi begitu saja. Jangan sampai hubungan kami sama seperti judul lagu cinta datang terlambat. Jangan sampai semua itu terjadi. Karena emang bener-bener nggak lucu.

🍁🍁🍁

"Cie.. yang kerja ditemenin istri.." Ucap Rifky ketika memasuki ruangan milik Faith.

"Kok cepet banget udah balik aja." Tanya nya lagi.
Kali ini dia mengambil sofa sebagai tempat merebahkan tubuhnya.

"Masih ospek. " singkat Faith.
Jika tidak tau tempat. Mungkin Faith sudah meluapkan semua emosinya. Mana tau pagi ini dia akan ditemani istrinya ke rumah sakit. Itu salah satu hal istimewa baginya.
"Oh gitu."

"O..iya.. soal pasien perempuan yang ada dibangsal bogenvil . Yang waktu itu mengalami pendarahan hebat dibagian kepalanya..."
Faith membuang muka kearah lain. Dia tidak pernah berselera untuk membahas soal pasien perempuan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Satu Shaf Dibelakangmu  (Sudah Terbit Dalam Bentuk Ebook) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang