Trouble

3.4K 223 10
                                    


Berhenti saja jika ragu.
Keyakinan itu menguatkan tekad bukan meruntuhkan niat.

🍁🍁🍁

Nggak habis fikir sama gus Fa. Buat apa dia pesan taxi online kalau dia juga ada jam dikampus. Apa salahnya sih berangkat lebih awal sekalian nganter aku! Aneh kan! Kalau becanda jangan kaya gini dong caranya. Bukanya terhibur malah jadi sengsara.

"Alaya Jihan Salma? " Ucap seorang lelaki didepanku. Sepertinya dia mahasiswa senior.
Aku segera menghentikan suapan yang hendak masuk ke mulut.

"Ya. Adaapa?" Jawabku sopan.

"Ditunggu diruangan Pak Faith Alamsyah. "
Drama apalagi ini!

"Kalau boleh tau dimana ruangannya ya?"

"Dilantai lima. Deretan ruang dosen pribadi fakultas kedokteran. Cari saja nama yang tertera dipapan atas pintu."

"Baiklah. Terimakasih. "

Aku segera menuju ruangan dosen itu. Lantai lima.  Astagfirullah... ada lebih dari duapuluh ruangan disini. Belum sebelah ujung sana. Ya Allah.. mau mulai mencari dari mana?

15 menit kemudian baru bisa kutemukan ruangan dosen Faith itu. Kuketuk pintunya. Tak lupa salam. Dia mempersilahkan ku duduk dibangku depannya. Aku menurut.

"Adaapa Pak Faith memanggil saya? " Tanyaku formal padanya.
Bersikap profesional saja layaknya mahasiswa terhadap dosen.

"Kamu masih marah sama saya sal?"
Cuih, dengan raut dan nada bicara seperti ini, dia masih menanyakan hal itu?! Ya jelas lah. Siapa yang nggak marah diperlakukan seperti ini!

"Saya cuma pengen kamu terbiasa mandiri berangkat kekampus. Saya pikir mengajari kamu sejak hari pertama itu lebih baik."
Aku bukan anak kecil yang harus diajari seperti itu. Aku tau aku harus mandiri. Dan sebelum ada gus Fa aku sudah menerapkannya dalam hidupku.

"Saya nggak berniat menolak permintaan kamu. Cuma itu saja yang saya mau. Ada yang salah?" lanjutnya.
Aku menarik nafas panjang. Berusaha mengumpulkan tenaga untuk melepaskan kalimat dari mulutku.

"Trimakasih sudah memiliki niat yang baik untuk Salma. Tapi Salma nggak suka sama caranya gus Fa... gus Fa kenapa nggak bilang dari awal aja kalau gus Fa nggak mau nganterin Salma. Biar Salma punya waktu buat cari kendaraan lain. Nggak telat kaya tadi pagi."

"Saya kan sudah bilang, saya sudah pesankan taxi buat kamu. Tapi kamu lebih milih naik angkutan umum."
Bukan itu yang bikin aku kesel. Tapi caranya menyampaikan kabar ketidak sediaannya mengantarku. Semua itu terlambat.

"Gus Fa yang bikin Salma bad mood." Protesku.
"Bersikap lebih dewasa sal. "
Cukup.

"Maaf kalo Salma yang salah. Permisi! Assalamualaikum."
Aku segera keluar dari ruangannya. Berlari mencari toilet. Mataku benar-benar sudah menangis.

'Brukk!'

Seseorang menabrak ku atau mungkin aku yang menabraknya. Entahlah, fokusku memang sedang buyar.

"Maaf." kataku pelan tanpa menatapnya.
Aku bangkit dan segera berlari mencari tempat yang aman. Terserah dimana saja. Yang penting jangan ada orang disana. Aku ingin menangis. Benar-benar ingin menangis. Ahh sudahlah! Aku tidak tau lagi harus lari kemana. Di koridor panjang ini mungkin cukup aman untuk meluapkan kekesalan ku.

Satu Shaf Dibelakangmu  (Sudah Terbit Dalam Bentuk Ebook) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang