Kecewa

3.3K 216 3
                                    


Hidup itu tentang harapan.
Dikejar dengan ikhtiar dan didekati dengan doa. Namun jangan lepaskan tawakal.

🍁🍁🍁

Aku kembali teringat kejadian semalam. Soal kepulangannya yang larut malam tanpa memberiku kabar sedikitpun. Bahkan berkali-kali aku menghubungi nomornya tapi tidak ada satupun yang diangkat. Puluhan pesan ku kirim kan. Bahkan sampai aku mengantuk diruang tamu,  dia belum kunjung memberiku kabar. Lebih dari tiga jam aku menunggu ,  sebelum akhirnya aku tertidur disana.
Dan saat terbangun ternyata aku sudah berada dikamarku. Ajaib bukan? Aku bisa tertidur dan terbangun ditempat yang berbeda. Siapa lagi kalau bukan Lelaki itu yang melakukannya.

"Gus Fa... " panggilku sembari duduk dibangku sebelahnya yang masih kosong.
Seperti biasa. Aku sering menikmati waktu shubuh seperti ini sambil menemani dia mengulang hafalan nya. Secangkir air putih kusuguhkan untuknya, begitu juga dengan ku. Sebenarnya aku ingin membuat minuman coklat untukku. Tapi tidak mungkinkan minumanku lebih elit daripada suamiku sendiri. Lagipula pasti dia akan mengomel kalau tau sepagi ini aku sudah meminum coklat.

"Semalam lembur?" Tanyaku lagi.
Sudah 1 menit yang lalu dia selesai muroja'ah hafalan nya.

"Iya.. Maaf saya lupa ngabarin kamu."  Jawabnya enteng.

Sesederhana itu dia bilang?
Kukira dia akan berusaha memberiku penjelasan yang lebih panjang selain kata maaf.
Apa dia tidak tau semalaman aku tertidur diruang tamu hanya karena menunggu dia pulang.

"Tumben.." Ucapku.

"Kenapa?"

"Lupa ngabarin Salma."

"Maaf Sal.. soalnya semalem ada operasi mendadak. Urgent... Jadi saya buru-buru keruang operasi."

Oh...
Yaudah si.
Intinya aku kesel aja semalem dia nggak kasih kabar.
Bikin cemas? Mungkin.

"Kamu jangan tidur disofa lagi kaya tadi malem. Nggak baik buat tubuh."

Lagian juga gara-gara nungguin gus Fa pulang. Makanya jangan pulang malem-malem. Kasih kabar juga.

"Gus Fa tidur disofa setiap malam... itu juga nggak baik kan?"

"Kalo nggak disofa, saya harus tidur dimana lagi?"

"Di ranjang aja.."
Aku menjeda kalimatku. Terdengar ganjal. Membuat Gus Fa spontan menatapku.

"Maksudnya...kita gantian. gus Fa diranjang  biar Salma yang disofa. Lagian Ini kan rumah gus Fa, kenapa jadi Salma yang kaya punya rumah."

"Saya susah kalau tidur diranjang kaya gitu sal."

"Kenapa?"

"Belum terbiasa.. saya lebih suka ranjang yang agak keras. Dan sofa dikamar cocok buat saya jadikan tempat tidur." 

Padahal waktu masih tinggal dikamarku, gus Fa juga nggak mau tidur diranjang. Padahal ranjangnya agak keras.

"Oh... yaudah. Besok kapan-kapan kita beli aja ranjang yang agak keras. Salma juga kurang suka sama ranjang yang terlalu empuk."

Demi apa aku mengatakan hal ini?
Aish.. selain ceroboh sikap aku juga ceroboh bicara.

"Emm... maksud Salma biar kita bisa gantian. Kan nggak baik kalo gus fa terus-terusan tidur disofa kan?" Lanjut ku.

Satu Shaf Dibelakangmu  (Sudah Terbit Dalam Bentuk Ebook) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang