Perih

3.4K 240 0
                                    

Udah bahagia?
Udah vote belum?
Jangan lupa follow...😁

🍁🍁🍁

Lelaki berkemeja merah maroon itu masih tenang duduk diantara deretan  bangku perpustakaan yang berjajar disana.
Bukan tanpa alasan dirinya berada disana. Hanya saja ada janji yang harus ia tepati.

Seharusnya semua itu sudah dimulai sejak 15 menit yang lalu. Entahlah.. belum ada siapapun yang menempati bangku kosong didepannya.

Anehnya.. lelaki itu tak kunjung pergi walaupun waktunya sudah mengaret.

"Assalamu'alaikum usta-- eh.. maksud saya gus.."  seorang gadis cantik berbusana cream merapat dihadapan Faith. Terlihat sekali wajah lelahnya. Nafasnya juga sampai terdengar ditelinga orang lain.  

"Wa'alaikumsalam." Ucap Faith singkat.

"Sebenarnya tidak ada tugas yang ingin saya berikan sama kamu. Saya sengaja meminta kamu datang kesini agar saya bisa menilai Seberapa serius kamu memperbaiki sikap disiplin kamu."

"Ternyata... tidak lebih baik dari sebelumnya. "

"Maaf gus... tadi sa-"

"Dan saya tidak suka dengan alasan apapun yang akan kamu buat. "

"Saya cuma minta kamu.. belajar untuk menghargai waktu."

"Jangan salahkan saya jika saya meminta kamu untuk membuat makalah mengenai manajemen waktu."

"Saya beri waktu sampai besok pagi. Kumpulkan dimeja saya. Paham?"

"Paham pak.."

"Baiklah.. trimakasih sudah membuat saya menunggu lama. "

Lelaki itu berlenggang keluar pintu.

Salma menghela nafas.

🍁🍁🍁

Aku dan Keisya sedang mendapat tugas untuk mengembalikan sekaligus merapikan buku-buku yang baru saja dipakai untuk KBM dikelas.

Seharusnya ini tidak sulit. Hanya saja posisi buku yang tebal dengan rak yang paling atas membuat kami kewalahan untuk merapikannya.

Walaupun aku sudah menaiki sebuah bangku, tapi tetap saja, aku masih sulit menjangkau keseluruhan rak bagian atas.

Hemm... ini aku yang terlalu rendah atau raknya yang terlalu tinggi?

"Sya... udah nggak muat lagi. " protesku sembari menata ulang buku berukuran besar.

"Harusnya bisa sal.. kan tadi kita waktu ngambil juga pas... jadi menatanya juga harus sama."

"Cobe deh yang pojok mepetin. Terus
Kamu coba lagi." Arahnya.

Aku masih sibuk memaksakan buku-buku besar itu agar masuk. Naasnya... belum selesai buku yang aku paksakan masuk, satu buku meluncur begitu saja dari tempatnya. Bukan disisi rak bagian kami. Tapi dibalik rak.

BUGG!!!
BRAAK!!!

Aish... nyilu sekali mendengar suara hantaman itu. Perasaan ku mulai tidak enak.

Satu Shaf Dibelakangmu  (Sudah Terbit Dalam Bentuk Ebook) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang