Kejutan

3.6K 266 2
                                    

Sekuat apapun kita berjuang. Jika Allah belum berkehendak. Maka ikhlas adalah solusi terbaik.

🍁 🍁 🍁

Senang bukan main mendengar kabar bahwa hari ini Mba Naumi akan pulang dari pesantren. Padahal biasanya dia akan pulang setahun sekali waktu lebaran, itu pun belum tentu dia bisa pulang, tapi untuk tahun ini nggak perlu nunggu lebaran dulu. Hari ini dia akan pulang. Iya.. hari ini.

Bahagia bukan main aku.
Mba Naumi itu sudah teranggap seperti kakakku sendiri. Usianya dua tahun diatasku. Dia anak dari almarhum om Zulfi dan almarhumah tante Ainun. Jadi Sejak kedua orangtua mba Naumi meninggal, mba Naumi resmi jadi bagian anggota keluarga inti abi. Tinggalnya juga sama aku. Yaiyalah.. masa sama Akbar.

"Mba Naumii.... "
Spontan aku menjingkrak girang saat melihat sosok perempuan dengan setelan sarung, baju muslimah dan kerudung syar'i  itu. Aku langsung memeluk sosoknya. Padahal belum selesai salam.

"Mba Naumi... Salma kangeennnn bangeeett.."

"Iya salma, sampe kamu belum jawab salam dari mba."

"Eh,iya.. wa’alaikumsalam. "

"Gimana kabarnya mba Naumi? " cerocosku.
Pembicaraan kami sudah melebar entah kemana. Bertanya ini itu tak berujung. Termasuk alasan kepulangannya yang mendadak. Katanya sih mau bikin surprize aja.
Sesimple itu ya?

🍁🍁🍁

Aku melirik umi yang masih sibuk didapur sendirian.

"Mi.. tumben belanjaan banyak amat. Mau ada acara makan-makan?"
Tadi aku sempat melihat banyak bahan-bahan masakan didapur.

"Iya.. kamu suka kalo ada acara makan-makan kan?"

"Tau aja umi. Tapi dalam rangka apa mi?"

"Menyenangkan anak umi lah. Masa anak tetangga."

"Halah umi.. ngeles mulu. Karena mba Naumi pulang ya mi? "
Umi berheemm. Hem maksudnya apa mi? Hem iya atau hem tidak?

"Kok tumben sih mi? Emang mau ada acara apa sih? "

"Makan-makan aja sayang. Udahlah kamu kebanyakan nanya. Besok juga tau."
Yaiyalah mi.. orang nggak tau itu nanya kan? Bukan diem aja.

"Mending bantuin umi aja."

🍁🍁🍁

Bukannya enggan membantah perintah umi, tapi maaf ya mi hari ini salma lagi pengen nyari udara seger. Dirumah sumpek banget. Banyak orang. Lagian apa gunanya aku disana, paling cuma disuruh diem, yang penting nggak mengganggu. It’s okey. Lebih ringkasnya mungkin begini, ‘kamu pergi dulu deh jangan bikin ribet seisi rumah’. 

“Sal..”
Aku menengok kearah bawah rumah pohon. Akbar sudah berdiri disana. Rapi dengan jaket jeans nya.

“Mau ikut gue nggak?”

“Kemana?”

“Emm... ke coklat cafe.”
Tanpa berfikir panjang, aku segera menuruni anak tangga. Dua kali lebih cepat dari biasanya. Coklat cafe, siapa juga yang mau menolak. Itukan tempat favorit kami. Lebih tepatnya aku sih. Dibandingkan Akbar, mungkin aku yang paling antusias mengunjungi istana coklat itu. Tidak ada alasan untuk menolak penawaran terbaik bukan? Apalagi perginya sama Akbar, pasti banyak untungnya. Hehe.

25 menit kita sampai ditempat ini. Ah setiap kali pergi ke tempat ini, rasa-rasanya aku enggan untuk pulang. Mungkin banyak magnetnya.

Satu Shaf Dibelakangmu  (Sudah Terbit Dalam Bentuk Ebook) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang