Pembohong

3.3K 222 1
                                    

Berterimakasihlah sewajarnya
Berbalas budi semampunya.

🍁🍁🍁

Sadar diri itu bukan kewajiban setiap manusia. Tapi kebutuhan. Ketahui aturan mainnya..jangan sampai salah sasaran.

Seperti halnya mencintai lelaki itu.
Jangan tanyakan dulu bagaimana perasaanku terhadapnya. Karena semua masih sama. Datar tanpa ada getaran apapun.
Level ku yang tertinggal jauh dibawahnya, justru yang membuatku berfikir lebih jauh lagi, kembali menengok diriku yang sama sekali tak sebanding jika harus bersanding dengan gus Fa.

Dosis sadar diri yang sudah larut mendalam pada diriku hampir membuat hatiku tidak berkesempatan untuk mencintai dia.

Sudah tiga hari aku menempati apartemen milik gus Fa. Iya.. tiga hari yang lalu aku resmi berpindah haluan. Yang awalnya terbiasa tinggal bersama umi dan abi, sekarang aku harus mulai terbiasa hidup dengan lelaki itu. Bukan hal mudah bagiku. Karena mau bagaimanapun dia masih terasa asing dikehidupan ku. Bukan dia yang mengasingkan diri dariku. Tapi justru aku yang membatasi perasaan ku terhadapnya.

"Sal.. " Aku menengok kearahnya. Gus Fa sudah rapi dengan pakaian kerjanya.

Dia mengulurkan sebuah amplop coklat kepadaku. Aku mengangkat kedua alisku. Ini Apa?

"Buka dulu aja." Intruksinya.
Aku pun membuka amplop itu. Lalu membuka selembar kertas putih dengan logo sebuah Universitas yang sudah sangat kuhafal.

Mataku mulai berbinar membaca tulisan disana.

Anda diterima sebagai mahasiswi

Aku sontak meloncat girang mendapat kabar ini.
Masyaallah ...
Ya Allah... aku diterima sebagai mahasiswi disana. 
Alhamdulillah.

Padahal mengenai alibi ku saat gus Fa mengkhitbah ku malam itu merupakan wacana saja.
Sudah sejak lama aku mengidamkan kampus itu dan saat itu aku memang sedang menunggu keputusan dari pihak kampus. Mengenai pengajuanku menjadi mahasiswi melalui jalur beasiswa. Dan ternyata... tidak sia-sia aku berbohong didepan mereka.

Hehehe... bagaimanapun juga berbohong tetep dosa kan?

Maaf ya abi, umi, abah, dan gus Fa.

"Saya tidak habis fikir kenapa istri saya berani berbohong didepan keluarganya..."
Aku menatap gus Fa. Kembali menormalkan tingkahku. Lupa kalau ternyata dia masih ada disini.

"Gus Fa tau darimana kalau Salma lagi nunggu hasil ini."

"Saya suami kamu. Jadi wajar kalau saya tau tentang kamu.. "

Salma juga istrinya gus Fa.. tapi kenapa Salma belum paham semua hal tentang gus Fa?

Pertanyaan bodoh.
Jelas-jelas Jawabannya ada sama kamu sal..

"Saya nggak tau bagaimana jadinya kalau sampai kamu tidak diterima dikampus itu."

"Hehehe... Maafin Salma yaaa..."
Ucapku sembari menunjukan deretan gigiku.

"Seharusnya bukan kalimat itu yang kamu katakan waktu itu Sal..."

Aku mengeryitkan jihad. Maksudnya?

"Nggak semua orang bisa satu jalan dengan ucapan kamu."
"Sebenarnya mudah saja jika kamu hendak menjawab khitbah saya waktu itu.. karna saya hanya memberi dua pilihan kepada kamu. Ya dan tidak. Kalau kamu setuju kamu tinggal bilang iya. Dan sebaliknya. Nggak perlu ngasih penjelasan kosong kaya gitu.."

Satu Shaf Dibelakangmu  (Sudah Terbit Dalam Bentuk Ebook) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang