Alifna Yusuf Akbar

4.5K 289 5
                                    

Vote dulu sebelum baca yuk!..
Biar rame notif. Hehehe😅

🍁 🍁 🍁

#flashback on(ini ceritanya si akbar baru lulus SMA ..manteman).

"Sal... kayaknya gue nggak jadi ngambil kuliah disini deh" Ucapnya ketika kami sedang berada dimarkas kami. Rumah pohon ditepi danau. Tidak jauh dari rumahku.

Dia baru saja lulus SMA. Sedangkan aku baru akan memulai masa putih abu-abu ku. Seperti bisanya. Dulu juga begitu. Saat aku hendak masuk bangku SMP dia justru lebih dulu pergi. Kami sepertinya tidak pernah bisa disatukan. Mungkin hanya saat dibangku SD saja. Iya.. yang tingkatannya ada 6 kelas.

"Terus lo mau nerusin dimana?"

"Pesantren"

Aku sejenak terdiam. Lalu tak lama kemudian tertawa. Dia sedang berkhayal atau sedang berharap sih? Sejak kapan Akbar jadi sereligius ini? Iya.. aku tau.. dia terlahir dari keluarga yang kuat dengan pendidikan agamanya. Tapi belum pernah ada dalam sejarah keluarganya yang memutuskan untuk masuk pesantren. Mungkin ini untuk yang pertama kalinya.

"Ngapain lo ketawa? Nggak ada yang lucu Sal.." Ucapnya yang melihatku tak berhenti tertawa. Sampai berguling dibambu kayu rumah pohon. Sedangkan dia masih memperhatikan ku dari bawah sana.

"Kalo becanda jangan suka kelewatan deh. Gue cape nih ketawanya. " sahut ku.

"Siapa yang becanda. Gue serius kok."

"Gue duarius lebih yakin kalo muka lo itu lagi pura-pura datar." Aku masih menahan tawa.

"Gue serius Sal...kalo loe nggak percaya yaudah. Besok lusa gue berangkat. "

Aku terdiam. Sontak melihat kebawah. Ke arah lelaki itu. Tapi dia sudah tidak ada disana. Kemana? Kenapa? Dia marah? Karena aku menertawakannya? Ah.. yang benar saja.. dia kan tipe manusia yang susah sekali marah. Atau jangan-jangan apa yang dia katakan benar. Akbar akan ke pesantren? Serius?

🍁🍁🍁

Sampai pukul sembilan malam. Akbar belum juga memberi kabar padaku. Atau lebih tepatnya aku yang sedang menunggu kabar darinya. Apa dia benar-benar marah karena kejadian tadi siang? Kalo emang dia serius akan kepesantren bagaimana? Aku pasti akan kesepian.
Tau ah... aku pusing. Kalau emang dia nggak ngasih kabar sampai besok pagi.. aku anggap dia becanda. Oke.

Pukul tiga. Aku terbangun. Seperti biasa.. saatnya aku harus membenahi diriku. Bermunajat pada Sang pemilik jiwa ini. Pukul setengah empat. Aku meraih ponselku. Aish.. yang benar saja. Akbar mengirim 9 pesan WhatsApp.
Syukurlah...
Aku segera membukanya.

Assalamualaikum Salma yang cantik dan bawel...

Sorry ya tadi siang gue tinggal ..

Lagian lo ngeselin banget..

Sal..besok pagi gue mau kerumah lo..

Lo jangan pergi kemana-mana dulu.

Gue ada surprize buat lo..

Pokoknya nyesel kalo sampe lo nggak ketemu gue besok pagi..

Selamat malam.. jangan lupa berdoa dan jangan sampe melewati malam cinta dengan Sang Rabb ..

Wassalamu'alaikum adek gue...

Yah.. nyesek deh baca kata terakhir. Adek..
kapan dia bisa berhenti menganggapku sebagai adiknya.
Ya nggak mungkin lah.. jelas jelas aku lebih muda dari dia.. jadi nggak mungkin kan aku yang jadi kakaknya.
Aish.. macam orang gila saja aku ini..

Satu Shaf Dibelakangmu  (Sudah Terbit Dalam Bentuk Ebook) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang