Allahu Akbar...Kehendak-Nya mengantarku pada sebuah takdir. Manusia tidak ada yang tahu perihal rasa. Bahkan antara saat ini dengan nanti.. mungkin sudah tidak seirama. "
🍁🍁🍁
Aku masih terdiam diatas ranjang kamarku. Kamar yang seminggu lalu penuh dengan riasan pengantin, yang dipakai saat pernikahan Akbar dan mba Naumi. Dan sekarang kamar ini kembali dipenuhi dengan riasan yang sama pula. Hanya saja, kali ini terlihat lebih sederhana.
Untuk siapa?
Yang jelas bukan untuk pasangan pengantin yang kemarin. Karena mereka sudah kembali keasalnya. Dirumah Akbar. Tapi sekarang mereka sedang menginap disini. Katanya ingin membantu mensukseskan acara esok. Udah kaya pemilu aja.
Seperti yang abi katakan seminggu lalu. Pernikahan akan diadakan besok pagi. Pernikahan ku dengan gus Faith. Manusia yang ingin kusudahi segala urusan yang berhubungan dengannya, tapi justru sekarang aku akan selalu terlibat dalam segala aspek kehidupannya.
Semua diluar dugaan ku. Kukira malam itu, saat aku mengumpulkan tugas sebelum berangkat kesini, adalah untuk terakhir kalinya kami berkomunikasi.
Dan mungkin memang benar, itu kali terakhir kami berkomunikasi sebagai gus dengan santri. Dan untuk selanjutnya, komunikasi kami akan lebih dari itu."Salmaaa..."
Aku mengalihkan pandanganku pada pintu kamar.
Umi baru saja masuk. Lalu duduk disampingku. Aku spontan memeluknya.
Ini kebiasaan ku jika sedang resah ataupun dalam keadaan tidak baik-baik saja. Aku akan memeluk umi dan menangis dijilbabnya sampai aku merasa tenang.
Maaf ya umi kalo jilbab umi banyak ingus salma."Salma... putri umi yang paling cantik. Kamu sudah besar. Sudah dewasa. Dan sudah saatnya kamu mengenal dunia rumah tangga. "
"Kamu jangan sedih begini, menikahlah karena hatimu, karena jika hatimu milik Allah, maka pernikahanmu murni semata karena Nya. Lillahita'ala nak. Pernikahan adalah ibadah, asalkan kamu ikhlas. "
"Dan siapapun yang akan menjadi suami kamu, kamu harus tetap menjadi istri yang baik untuk nya. Inget, ketika seorang gadis sudah dinikahkan dengan lelaki yang terpilih, maka seluruh tanggungjawab berpindah pada suaminya. Bukan lagi pada ayahnya."
"Mi... tapi Salma nggak cinta sama gus Faith. "
"Salma, tidak ada yang tau bagaimana nasib hatimu nanti setelah menikah dengan nak Faith. Berdoa lah sama Allah, minta yang terbaik. Dan semoga selalu dimudahkan segala urusan."
Amiin mi...
"Udah dong, masa anak umi nangis gara-gara mau nikah. Kan nggak lucu."
"Biarin. Salma emang belum pengin nikah."
"Ssttt... Salma, nggak boleh ngomong gitu. Tadi umi udah bilang panjang lebar, kamu nggak ndengerin umi?"
"Iya mi.. maaf."
"Yaudah, tenangin diri kamu. Istirahat yang cukup. Udah malem. Tidur ya. "
"Iya mi.. tapi nanti. Salma mau kedepan dulu."
"Ngapain?"
"Malam ini ada pertandingan sepak bola. Salma harus nonton. "
"Ets.. udah malem sayang. Nanti kamu bangun kesiangan gimana?"
"Sebentar kok mi, paling 15 menitan. Ya mii ya?"
"Yaudah. 15 menit. Habis itu kamu langsung istirahat. "
"Oke, siap umiii."Aku segera beranjak menuju ruang tv. Sudah tidak sabar melihat pertandingan. Sudah ada mba Naumi dan Akbar disana. Aku ikut bergabung.
"Yaela, ganti dong, sepak bola. Jangan sinetron mulu. " protesku melihat acara yang sedang ditonton.
"Apaan, baru dateng main ganti sembarangan." Sahut Akbar tak mau kalah.
"Eh, abang laknat, ganti nggak? Kalo nggak gue matiin ini tv."
"Udah.. udah, jangan pada berantem. Udah malem. Nggak enak ngganggu yang lain. Lagian bukannya kamu suka sepak bola mas? Kenapa nggak diganti aja. Kasian Salma pengin banget nonton. "
"Emang kamu suka sepak bola sayang ?" Ucap akbar.
Idih.. neg banget denger kalimat terakhir Akbar.
"Aku mau langsung tidur aja. Ngantuk. Nanti kamu nyusul juga nggak papa." Mba Naumi beranjak menuju kamarnya.
Hanya tersisa aku akbar dan suara host didalam tv.
Sesekali aku berteriak.
Greget melihat pertandingan yang berlangsung paas.
Akbar juga sama. Dia tidak kalah heboh denganku.
Huft.. ini rumah warga atau pasar malem?
'Tit'
Televisi dimatikan.
"Udah malem. Lo harusnya istirahat bukan begadang kaya gini."
"Ya ampun baru mulai, bentaran kek. "
"Sal.. besok lo mau nikah, bukan lomba sepak bola. "
"Iya.. gue tau, lagian gue udah ijin kok sama umi. Boleh katanya. "
"15 menit kan? Ini udah lebih. Mau ngulur sampe jam berapa?"
Emang bener kata Akbar. Ini udah 25 menit. Aku melanggar perjanjian dengan umi.
Tapi mau bagaimana lagi? Aku belum mengantuk. Sama sekali tidak ingin tidur.
"Lo nggak bisa tidur gara-gara mikirin acara besok pagi?"
Mungkin saja.
Tapi lebih tepatnya dengan lelaki yang nantinya akan menjadi imam ku. Aku tidak tau kenapa aku tak bisa berhenti memikirkan dia. Padahal aku sama sekali tidak memiliki rasa apapun terhadapnya. Ini namanya apa? Dilema rasa? Atau dilema logika?
"Istirahat Salma, lagian kenapa sih lo ngeyel banget dibilangin. Lo itu butuh banyak energi. Besok lo harus berhadapan dengan rasa yang lebih parah daripada apa yang lo rasain sekarang."
Akbar, kamu yang dulu bahkan sampai sekarang masih sama. Kadang ini yang bikin aku susah-.. astagfirullah.
"Iya.. cerewet banget sih, kaya emak-emak lagi nawar sayuran. "
"Karna gue sayang sama lo, gue nggak mau liat lo kecapean cuma gara-gara nonton sepak bola."
Bisa nggak itu mulut dikondisikan.
"Iya gue juga mau tidur ini. Jangan ceramah mulu makanya."
"Selamat sal, semoga sukses dengan kehidupan lo nanti."
Aku berbalik menatapnya.
"Oke. Lo juga."
Aku segera menutup pintu kamar.
Lagi lagi aku tak bisa mengendalikan emosiku. Entah kenapa percakapan malam ini membuat pertahanan mataku jebol. Seharusnya tidak ada yang spesial. Iya memang. Hanya saja.. kalimatnya terdengar menyayat telinga.
Sudahlah. Semua kisah tentang Akbar seharusnya sudah usai sejak kemarin. Seharusnya semua yang bersangkutan dengan Akbar sudah selesai. Akbar bukan siapapun dalam hidupku. Dia bukan lagi calon imam impianku.
Sudah. Semua tentang Akbar akan selesai...
Good bye Alifna Yusuf Akbar...
Welcome to Faith Alamsyah....
Semoga tentangmu akan lebih menyenangkan.
🍁🍁🍁
"Qobiltu nikakhaha wa tazwijaha bimadzkurin haalan! " Riuh para hadirin mengucap sah dengan yakin.
Semua meng-Aamiin-kan doa-doa yang terucap disana.
Dua insan telah menemukan titik takdir jodohnya. Pendamping yang nantinya akan menemani segala keadaan hidup. Yang tentu saja akan menjadi pemimpin atas dirinya. Atas tanggung jawab terhadap Rabb nya.
Moment sakral yang akan mengubah roda kehidupan seseorang. Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warohmah.
🍁🍁🍁
Lelah bukan main berdiri menyalami ribuan tamu yang menghadiri acara hari ini. Alhamdulillah acara berjalan dengan lancar. Begitu juga dengan kami, aku dan gus Fa. Kami berhasil berperan sebagai pengantin dihadapan semua tamu. Walaupun sebenarnya aku tidak yakin ini akan terjadi didunia nyata.
"Gus, mau mandi dulu atau makan?" Tanya ku ragu. Dia baru saja selesai menemui kawannya. Sebenarnya tadi aku juga berada disana. Tapi aku lebih dulu pergi kekamar. Kataku lelah. Padahal aku hanya sedang menghindari obrolan kawan-kawannya, yang tak berhenti menggoda kami sebagai pengantin baru. Lagipula.. pasti gus Fa akan lebih nyaman berbincang tanpa ada aku disana, iya kan?
"Saya mau mandi dulu aja Sal, badan saya butuh air."
"Ya udah, semuanya udah Salma siapin dikamar mandi."
Aku beranjak menata sajadah. Ini untuk kali pertama kami akan sholat berjamaah. Dia yang menjadi imam pribadi untuk ku. Dan aku.. berdiri satu shaf tepat dibelakangnya.
Aku yang akan mengucap aamin di bacaan terakhir pada surat alfatihah nya. Aku yang akan meng-Aamin-i setiap baris doanya. Iya semua itu yang akan aku lakukan, bersama dia, Gus Faith.
Usai sholat, kami membaca wirid bersama. Lalu dia membacakan doa yang Tak lupa ku Aamiin kan. Lalu kami bertadarus bersama. Sekaligus untuk menguatkan hafalan gus Fa. Dia yang membaca, tugasku cukup menyimak.
1 jus berhasil dia ulang tanpa ada yang salah. Lalu berlanjut ke jus berikutnya. Suaranya benar-benar indah. Bacaannya juga sangat fasih. Masyaallah.. inikah lelaki yang pantas bersanding dengan perempuan sepertiku?
Dia terlalu sempurna untuk ku temukan kekurangannya. Bahkan dialah yang menyempurnakan segala aspek kekuranganku. Dan terkadang ini yang membuatku berfikir kembali. Kami dipertemukan dalam sebuah perjodohan. Jika saja aku belum bisa mencintai makhluk sesempurna itu, lalu bagaimana dia akan mencintaiku yang sama sekali tak memiliki kelebihan apapun untuk ia banggakan.
"Fabiayyialairobbikumatukadziba(n)"
Aku kembali merenungi ayat itu. Maka, nikmat mana lagi yang akan kau sia-siakan? Allahu Akbar, maha besar Engkau dengan segala kesempurnaan Mu YaRabb, Maha baik Engkau dengan segala nikmat Mu. Termasuk lelaki yang Kau takdirkan untuk berdiri satu shaf didepanku.
Belum genap 2 jus, mataku sudah ingin sekali terpejam. Menguap berkali-kali membuatku semakin tidak tahan lagi untuk menetap dengan posisi seperti ini. Padahal sesekali kepala ku bergoyang kesana kesini. Tak jarang menyenggol bahu orang didepanku yang sedang khusyu mengulang hafalan nya.
Mungkin menghadap tembok salah satu cara dia agar hafalan nya tetap lancar.
'Dug'
Kali ini rasa kantuk ku tak bisa kuusir. Entah sudah berapa kali kepalaku kembali terantuk bahunya. Sebenarnya ingin sekali memeluk kasur disana, tapi tidak tega juga membiarkan gus Fa mengulang hafalan nya sendiri.
Tak lama kemudian, gus Fa mengambil alih Al Qur'an dipangkuanku. Lalu menarik tubuhku yang masih berbalut mukena ke dalam dekapannya. Disandarkan kepalaku dibahunya. Mulutnya masih terus melafadzkan ayat suci Al Qur'an. Tangannya tak berhenti mengusap kepalaku. Sedangkan aku telah terbawa alunan ayatnya dalam mimpi.
Ya allah.. bahkan ini lebih nikmat dibanding tidur diatas kausr sana.
🍁🍁🍁
Pukul setengah empat.
Faith terbangun. Dan segera beranjak mengambil air wudhu. Kali ini quality time nya dengan Sang Rabb telah tercuri. Seharusnya sejak pukul tiga dia sudah bersujud dibumi Allah. Tapi hari ini dia harus merelakan 30 menit nya hilang begitu saja.
Usai berwudhu, Faith melihat istrinya sedang tertidur pulas diatas sajadah masi lengkap mengenakan mukena. Tak ingin mengganggu tidur Salma, Faith langsung membopong perempuan itu keatas ranjang. Barulah ia bisa beribadah.
Segalanya yang terbaik ia panjatkan dalam doa, termasuk nama perempuan yang kini telah menjadi istri sah nya.
Sedikit tidak percaya jika dia bisa memiliki perempuan itu. Dia gadis spesial dalam hidupnya. Walaupun dia harus mengenalkan kembali dirinya terhadap perempuan itu dengan cara yang menyebalkan. Tak masalah. Baginya.. itu sebuah hal menarik. Melihat wajah kesal Salma dengan sikap seadanya cukup membuat Faith merasa resah, karena statusnya yang saat itu hanya sekedar bukan siapa-siapa.
Faith bangun dari duduknya. Lelah hanya menatap paras cantik Salma, dia mendekati perempuan itu.
Semalam dia dibuat insomnia karena wajah cantiknya. Hanya berani menatap. Tak menyentuh. Faith belum berani melakukan itu. Takut jika sampai perempuan itu terbangun dan menyadari hal konyol nya.
Namun sekarang, Faith mencoba mendekat.. menatap lebih jelas paras nan indah itu. Mengusap kepalanya.
Cup!
Satu kecupan berhasil mendarat dijidad Salma. Tanpa ia terbangun.
Syukurlah... batin Faith.
Faith segera menuju balkon. Ia kembali mengulang hafalan nya.
🍁🍁🍁Masih nunggu kabar baiknya?
Simak next part okey :)Tapi sebelumnya, aku mau tanya sama kalian..
Gimana kalo cerita ini diterbitkan dalam bentuk buku?
Kalian setuju?
Kalian suka?
Plis komen yaa teman-teman...Aku suka bintang dan komentar kalian :)
Trimakasih.Al Qur'an always number one.
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Shaf Dibelakangmu (Sudah Terbit Dalam Bentuk Ebook) ✔️
Fiksi RemajaTunggu apalagi? Kepoin cepetan!!! . . Aku mencintai lelaki itu.. Terlalu drama jika aku beralasan karena pandangan pertama. Rasa itu ada karena aku yang tidak pernah sadar jika waktuku selalu habis ketika bersamanya. Begitu mudahnya aku menjatuhkan...