1. Luka, Kapten Kita

1.1K 85 2
                                    

---11 IPA 3---

Bel istirahat pertama sudah berbunyi, ke ramaian kelas semakin menjadi jadi.

Luka merutuki dirinya karena tidak membawa charger. Dan baterainya tinggal 10 persen.

"Eh Markonah, bawa charger ga lu?" Luka menegur Mark yang duduk di depannya.

"Please don't call me like that" Mark mendesis.

"Okay, i'm sorry. Jadi lo punya ga?" tanya Luka kemudian.

"Gak, charger gue ketinggalan di kamar" ucap Mark dengan nada datar.

"Kirain punya" Luka mendecak, dia pasrah sampai baterainya habis.

Tiba-tiba ada sodoran charger dari belakang. Luka membalikan badan, ternyata itu Aileen.

"Dari pada lo misuh misuh, gue kasih ni. Tapi balikin" kata Aileen sambil menyodorkan chargernya.

"Mmmakasih ya" Ucap Luka agak tertahan, Aileen hanya tertawa dan mengangguk.

Luka langsung menuju colokan listrik di belakang kelas. Dan mendapati Vano juga sedang mencharger hp nya.

"Geser dikit kek!" ucap Luka galak. Hanya di balas decakan Vano.

"No, gue mau curhat dikit sama lo" Luka mulai memasang wajah melas.

"Curhat aja, gue dengerin" jawab Vano tanpa mengalihkan pandangan.

"Akhir-akhir ini gue kalo ketemu Aileen tuh kaya gimana gitu"

"Gimana, maksud lo?" Kali ini Vano benar benar mengalihkan pandangannya.

"Kalo papasan atau gimana, suka deg deg an, habis itu ucapan gue sering tertahan kalo ngomong sama dia.

"Kadang juga dia suka perhatian gitu sama gue. Ini sebenernya gue kenapa?" terang Luka, Vano hanya mengangguk, paham.

"Lah bisa gini juga lo? Gue kira lo gak bakalan bisa kayak gitu" Vano tertawa lepas. Luka mengrenyit heran.

"Emang kenapa?" Luka bertanya.

"Tandanya lo lagi jatuh cinta" Vano berkata dengan semangat.

"Jadi ini rasanya jatuh cinta?" Luka menarik seulas senyum.

"Lo belum pernah jatuh cinta?" tanya Vero kaget. Luka menggeleng.

Luka memang tidak pernah merasakan apa itu jatuh cinta. Karena baru kali ini dia mengerti apa itu cinta.

"Pantes aja, yaudah nanti malem lo chat gue aja. Lo bisa curhat sesuka lo" ucap Vano sambil memegang pundak Luka.


Bel jam ke 5 sudah berbunyi. Mereka menunggu Bu Siti, guru agama mereka. Tetapi Bu Siti tak kunjung datang.

"Luka, panggil aja coba Bu Siti nya" celetuk Dino yang sudah gabut.

"Masa gue sendiri?" ucap Luka sebenarnya malas.

"Sama gue" Aileen beranjak dari bangkunya. "Sekalian ngumpulin berkas ke Pak Rosid" Lanjutnya.

Tentu saja jantung Luka berdebar debar tak karuan. Kalau sedang tidak ada Aileen mungkin dia akan bersorak ria.

Mereka berdua pun langsung menuju pintu dan keluar kelas.

11 IPA 3 : Classmates [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang