12. Bucin Everyday

427 50 0
                                    

---11 IPA 3---

"KUYAAAAAANG!!"
Setiap pagi teriakan itu menggelegar di seluruh penjuru kelas. Siapa lagi kalau bukan Dino, si bucin.

"Berisik tau ga?" ucap Mark dengan tidak santainya.

"Dih, bucin. Jauh jauh ah, takut ketularan" ucap Juna dengan tatapan menjudge nya.

"Ahh ganggu aja lo semua, sirik bilang" Dino melirik ke arah teman temannya.

"Hilih, mentang mentang udah jadian sianjir" ucap Theo menjudge.

"Gua denger si Nathan juga OTW" ucap Jeya. Nathan yang tiba tiba namanya di bawa pun mendelik kaget.

"Hah? Otw sama siapa? Wah ga ngasih tau maneh" Salma ikut mendelik kaget.

"Hooh gua otw" ucap Nathan dengan santainya. Seluruh kelas pun terkaget.

"Siapa nyet? Kok lu ga pernah cerita?" tanya Lia.

"Ria, tau? Anak OSIS, kelas X-2" ucapan Nathan membuat seluruh kelas mendelik kaget. Sedangkan oknum yang berbicara santai santai saja.

"Jadi kapan lo mau nembak dia?" tanya Bobby kepada Nathan.

"Rahasia dong, liat aja, tau tau gua gandeng tuh cewek" ucap Nathan sombong.

"Iya kalo di terima, kalo enggak?" ucapan Lia membuat seluruh kelas tertawa.



Di depan laboratorium bahasa, Nathan sedang berdiri dengan perasaan was was sembari sesekali mengecek ponselnya.

Nathan: Ria udah keluar belum? Kakak tunggu di depan lab bahasa ya

Pesan itu belum terbaca, hingga dia merasa ada yang memanggilnya.

"Kak Nathan!" gadis mungil nan manis berlari menuju ke arah Nathan.

"Eh, Ria. Sini sini" Nathan senang bukan kepalang saat melihat gadis itu menuju ke arahnya.

"Ada apa kak? Tumben banget minta ketemuan" pertanyaan Ria membuat Nathan merasa gugup.

"Eumm, jadi gini" pikiran Nathan tiba tiba blank. Dia membuka ranselnya dan mengeluarkan Silver Queen Chunky Bar dengan seikat bunga.

"Kakak emang bukan cowok romantis, kakak juga bukan cowok sempurna" ucapan Nathan membuat Ria kebingungan.

"Maksud kakak gimana?" Ria kebingungan.

"Tapi, kakak kasih kamu pilihan" Nathan berat hati mengucapkannya, tapi dia sudah bersikukuh dengan keputusannya.

"Kamu jadi pacar kakak atau kakak jadi pacar kamu?" pertanyaan itu membuat jantung Ria menjadi tidak karuan.

"Maaf kak, aku masih belum paham" kata Ria membuat Nathan semakin gugup.

"Hmm, singkatnya. Will you be my girlfriend?" Nathan menyodorkan Silver Queen dan seikat bunga yang dari tadi dia pegang.

Jantung Ria sudah berdegup tidak karuan. Tanpa di duga, kakak kelasnya yang semenjak MOS dia sukai menembaknya. Sungguh tidak terduga.

"Kakak pernah tau sesuatu gak?" Ria malah bertanya balik. Membuat Nathan semakin was was.

"Kayaknya kakak juga ga tau ini. Aku udah suka sama kakak dari awal MOS, mana mungkin aku nolak kakak" ucap Ria, membuat Nathan senang bukan kepalang.

Ria memeluk Nathan, di balas pelukan oleh Nathan.

"Thanks ya, udah nerima kakak" bisik Nathan di telinga Ria. Ria tersenyum mendengar itu. Hati Ria sudah ambyar tidak karuan saat di tembak Nathan. Begitu pula Nathan.



Laki laki itu memasuki ruang osis. Dia meletakan almamater osis nya di kursi. Dia sangat kelelahan hari ini. Dia merebahkan badannya di kursi, dan membuka hp nya. Sepi seperti biasanya. Hanya ada notif grup, itu pun tidak terlalu penting.

Dia merasakan ada seseorang yang memasuki ruang osis. Ternyata itu Andre, wakil ketua osis.

"Din ngapain lu?" tanya Andre.

"Lagi berak, ga liat gua lagi rebahan?" ucap Dino tanpa mengalihkan pandangannya.

"Maksud gua, lu ga ngurusin akun ig osis apa? Bentar lagi event lho" ucap Andre mengingatkan.

"Gua lagi ga bawa laptop, entar aja malem" kata Dino enteng.

"Yaudah sih, gua cuman ngingetin. Eh Din" Andre tiba tiba mengingat sesuatu.

"Kenapa?"

"Lo pacarnya Lia kan?" tanya Andre memastikan.

"Iya kenapa?"

"Gua liat pacar lo tadi jatoh, terus di marahin sama Tania" ucap Andre.

"Hah? Di marahin kenapa?" tanya Dino, panik.

"Ga tau juga, di bentak gitu. Kayanya gara gara kalah sama SMA sebelah kemarin" Andre bergidik bahu.

"ANJIR!!" Dino berlari begitu saja meninggalkan ruang osis.



"Lo tuh ga becus ya, masa gitu aja gak bisa?!" bentak Tania pada Lia.

"Maaf kak, badan saya lagi enggak fit. Jadi saya larinya kurang cepet" ucap Lia membela diri.

"Alesan aja lo" ucap Tania sambil main tangan dengan Lia.

Dino datang sambil mencegah Tania agar tidak memukul Lia.

"Weh, maen tangan. Mau gua laporin siapa? Pak Alif? Bu Susi?" ucap Dino dengan sinis.

"Gua denger Lia habis jatoh tadi. Terus gua denger juga Lia lagi sakit. Lo mau maen tangan sama dia?" Dino bertanya sinis.

"Lia, pulang hayu" ucap Dino sambil menarik tangan Lia. Lia menuruti perkataan kekasihnya itu.

"Kalo lo balik, lo out" ucap Tania dengan kesal.

"Kalo gitu, gua out" ucap Lia, Tania hanya terdiam tanpa bisa menjawab. Dino tersenyum bangga pada Lia.

Dino menggendong Lia di punggungnya. Dan menaruh tasnya di depan.

Antek antek Tania memandangnya dengan wajah mupeng. Sedangkan Tania hanya memandang punggung mereka dengan tatapan yang sangat sinis.

"Karena gua udah nolongin lo, gua minta sesuatu" ucap Dino membuat kening Lia berkerut.

"Besok diet ya. Berat tau di gendong begini" Dino cengengas cengenges. Lia tertawa mendengar itu.

 Lia tertawa mendengar itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
11 IPA 3 : Classmates [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang