6

90 5 0
                                    

Sudah satu minggu terhitung sejak kedatangan Reynald dan Vella ke Safari Land, mereka berdua tinggal di istana bersama Ratu Valerie. Tidak banyak yang tahu akan kedatangan mereka kecuali para maid dan prajurit istana.

"Sayang, hari ini bunda akan pergi untuk menyambut kelahiran para peri hutan, apa kau mau ikut? " Tanya Ratu Valerie sambil mengepang rambut Vella.

"Umm, menyambut kelahiran peri hutan? Apa seperti di film tinkerbell? "

"Bunda tidak tahu apa yang kau maksud. Tapi apa kau tau pohon Yggdrasil? "

Vella mengangguk, "Aku pernah membaca di internet, bahwa pohon Yggdrasil adalah pohon yang tumbuh di istana Raja Odin. "

"Itu benar. Tapi kita juga punya pohon macam itu. Tiap helai daun yang gugur dari pohon itu akan menjadi calon peri hutan melalui ritual. "

"Ah jadi begitu, apa bunda akan memimpin ritual tersebut? " Tanya Vella lagi.

"Itu juga benar. " Jawab Ratu Valerie sambil menjadi hidung Vella.

"Kalau begitu aku mau. Apakah ayah juga akan ikut? "

Ratu Valerie menghembuskan nafas, tanda menyerah.

"Tidak.Ayah hanya seorang manusia, ibu takut para peri yang hadir akan menyerang ayahmu. Tapi kau kan berbeda, sekali lihat mereka pasti tahu kau ini juga peri hutan. "

"Tapi—"

"Tenang saja, ayahmu aman disini. Tidak akan ada yang berani macam-macam padanya. "

Akhirnya Vella mengangguk.






Sesampainya mereka berdua di lokasi tempat pohon itu, sudah banyak peri hutan yang berkerumun.

Ratu Valerie menggandeng Vella membelah kerumunan dan baru melepas tautan itu saat Vella berada di barisan paling depan. Sedangkan Ratu Valerie menghampiri para tetua untuk melaksanakan ritual.

Ratu Valerie dan para tetua membentuk lingkaran mengelilingi daun-daun itu lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi, sesaat setelah itu muncul cahaya keemasan yang kemudian seolah terhisap dan menjadi nyawa bagi daun-daun itu sehingga mereka berubah menjadi peri hutan.

"Wow." Ucap Vella tanpa sengaja.

"Kau berkata 'wow' seolah tidak pernah melihat kejadian seperti ini. " Kata seorang gadis berambut bob, Valencia.

Vella gelagapan, tidak tahu bagaimana harus menimpalinya.

"Ah.. A-aku selalu kagum tiap melihatnya, walaupun sudah sering yang seperti ini. " Sangkal Vella.

"Kau mengenalnya? " Tanya James kepada Valencia.

"Tidak tuh aku baru pertama kali melihatnya. Kau juga baru lahir seperti Peter ya? Hei Pete! Apa dia teman yang lahir bersamaan dengan mu? " Valencia balik bertanya pada Peter.

Peter menggeleng tanpa berfikir dua kali.

"Yang lahir bersamaan denganku, semuanya laki-laki. "

"Oh kalau begitu kau pasti turis. Siapa namamu? Pasti menyenangkan ya bisa bepergian, apa para binatang di daerahmu tidak banyak berulah? "

"Ah,ya—seperti itulah. Namaku Vella. Kau? "

Valencia menjulurkan tangannya yang kemudian disambut oleh Vella.

"Aku Valencia. Kau bisa memanggilku Valle atau Cia.Ah iya, dan mereka ini teman-temanku, James dan Peter. "

Vella menyalami James dan Peter secara bergantian.

"Halo, aku James. Senang bertemu denganmu. "

" Ah iya, aku Vella. Senang bertemu denganmu juga. "

"Aku Peter,salam kenal.

"Aku Vella, salam kenal juga Pete.

" Ngomong-ngomong selama disini kau tinggal dimana? " Tanya James.

"Aku—"

"Vella! " Ratu Valerie tiba-tiba muncul diantara mereka berempat, membuat Valencia, James, dan Peter langsung menunduk hormat.

"Yang mulia! "

"Sudahlah,tidak perlu seperti itu. "

"—yang lebih penting, apa mereka ini teman-temanmu sayang? " Tanyanya pada Vella.

"Ah ya, aku baru bertemu mereka dan mereka baik padaku. " Vella melirik kearah ketiga teman barunya, mereka tampak saling melempar pertanyaan melalui tatapan mata mereka.

"Baguslah jika kau sudah punya teman, kuharap kau segera beradaptasi dan betah tinggal disini. "

"Ampun yang mulia, apa Vella adalah kerabat yang mulia ratu? "

"Kerabat? Setahuku kau tak punya kerabat  selain aku. " Potong salah satu tetua yang juga paman Valerie.

Valerie langsung membawa Vella kebelakang punggungnya. Ia paham betul bagaimana watak pamannya ini. Ia sangat menentang hubungan antara manusia dan peri. Saat Valerie tertangkap tujuh belas tahun yang lalu pun ia bersikeras untuk menemukan dan membunuh suami serta anaknya.

"Siapa dia, Ratu Valerie? " Tanya sang paman, Erold.

"Seorang peri seperti kita. "

Erold mengangkat alisnya tinggi-tinggi.

"Kau tahu betul bukan itu maksud pertanyaanku, Ratu Valerie. "

Valerie menghembuskan nafasnya pasrah dan perlahan menarik Vella kehadapan Erold.

"Dia putriku, paman. Namanya Vella. "

DryadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang