Tragedi

10.3K 219 6
                                    

'Bandara Internasional Juanda, Jawa Timur.'

Pesawat bertuliskan Felix Airways baru saja mendarat. Orang-orang pun mengantri agar cepat keluar dari kabin pesawat. Ramai orang berdesak-desakan. Namun, hal itu tidak mengganggu seorang pria yang tertidur lelap dengan tangan kanan yang memegang tasbih kayu sederhana. Ia seolah tidak mendengar apapun.

"Tuan, tuan, permisi tuan" pria itu perlahan membuka matanya.
"Astagfirullah, kamu siapa?" Pria tersebut terkejut, berdiri seorang wanita dengan menatapnya, pramugari. dengan pakaian yang sedikit terbuka.
"Maaf tuan, sudah sampai ditempat tujuan" jawabnya, sedikit tersenyum malu.
" Baiklah, saya akan turun" sambil mengemasi barang-barangnya "maaf dan terima kasih" pria itu langsung pergi meninggalkannya.
"Sama-sama"

Langit tak menunjukkan planet apapun semua tertutup awan. Jarum jam menunjukkan pukul 01:21. Pria itu hanya mondar-mandir tidak tentu didepan pintu bandara.

"Hubungi atau tidak" hanya itu yang dipikirkan pria itu.

Muhammad Batar Yudazzaman. Ya itu adalah namanya. Pria dengan mata berwarna hitam khas orang Asia, alisnya tebal, ia memiliki warna rambut hitam legam dan kulit kuning langsat, wajahnya bercahaya, hidungnya mancung bagaikan prosotan anak TK, postur tubuhnya jangan ditanya lagi. Seakan dia ciptaan Tuhan yang dipahat dengan sempurna. Hanya satu kata yang dapat menggambarkan dirinya, Tampan.

Pria berjubah putih itu mendengus kesal. Ia sengaja tidak memberikan kabar kepulanganya ini pada keluarganya. Karena ia ingin memberikan surprise pada keluarganya. Namun, tubuhnya seakan menolak, ia ingin segera pulang bertemu dengan keluarganya. Sehingga Ia kini hanya mampu tertunduk lesu di halte dekat bandara.

Tiba-tiba sebuah mobil sedan berhenti tepat didepan Batar saat ini. Ada tiga orang didalamnya, dua orang keluar dari mobil tersebut dan satu lagi Batar melihat ada di dalam kursi penumpang. Kedua pria itu menghampiri batar dengan senyum yang tercetak jelas diwajah mereka.

"Assalamu'alaikum mas, kok sendirian saja disini? Sudah malam. sedang menunggu jemputan atau menunggu ojek?" Tanya salah satu dari mereka, tidak lupa dengan senyum ramahnya.

"Waalaikummusalam kang, tidak saya baru saja landing, sekedar istirahat saja disini" Batar dengan membalas senyum.

"Owalah wajah mas, kok kayak capek gitu. Emang rumah mas dimana? Biar tak anterin cari penginapan terdekat? Nggak tega aku" Tanya pria yang satunya lagi, terlihat khawatir.

"Rumah saya di Pasuruan kang, jauh dari sini" Batar.

"Gimana kalau tak anter ke penginapan aja. Soalnya bahaya mas biasanya banyak begal berkeliaran kalau malam didaerah ini. mas sendiri kan juga bukan asli orang sini." Terang pria itu kembali.

"Tidak usah kang, nanti merepotkan" sambil mengeluarkan ponsel di sakunya.

Kedua pria tersebut terus saja membujuk. Batar merasa tidak enak, ia merasa tidak ada salahnya kalau mengikuti saran mereka. Toh tubuhnya terasa remuk hampir seharian duduk dipesawat. Akhirnya, ia menyetujui saran kedua pria tersebut dan ikut bersama mereka. Tanpa ada rasa curiga sama sekali di benak nya.

Sekarang mereka duduk bersama dalam satu mobil. Dijok depan terdapat Baron dan Sabas. Sedangkan, Batar duduk di jok belakang dengan Agung. Mereka sempat berkenalan saat masuk ke dalam mobil. Mereka saling bercengkrama. Sampai Batar merasa ada yang janggal didalam obrolan mereka.

"Iya, seharusnya dia tidak melawan kemarin. Ya nggak? Tar" menaikkan alisnya sambil menatap Batar, Agung.

Batar hanya diam. Ia semakin tidak tau arah pembicaraan ketiga orang yang bersamanya saat ini. Dirinya juga sudah tidak melihat jalan raya lagi melainkan pepohonan yang menjulang tinggi dikedua sisi mereka. Keadaan semakin mencekam, kendaraan yang membawanya kini memperlambat lajunya.

Karena Aku Bukan GusmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang