Misi Menyelinap

48 16 2
                                    

"Aku berangkat." Hyun sudah siap dengan tas ranselnya. Kaos putih berbalut kemeja garis-garis melekat di tubuh kekarnya. Meski memiliki postur tubuh yang lebih pendek dari Gyu, tapi bentuk tubuh Hyun lebih atletis. Tak jarang Hyun menseloroh Gyu tentang bentuk tubuh dan menyuruh pemuda bermata sipit nyaris segaris untuk lebih rajin ke gym bersamanya.

"Jaga rumah. Akhir-akhir ini banyak pencuri berkeliaran." Gyu menyambut dari belakang dengan style tak jauh berbeda dengan Hyun. Hanya saja kancing kemejanya tidak terbuka semua seperti Hyun. Terlihat lebih rapi. Kalimat yang nyaris sama seperti kemarin, Marona hanya mengiyakan.

Sudah dua hari tinggal bersama dan dia belum mengganti pakaian? Kedua pemuda itu sudah menawarinya untuk mengganti pakaian dengan pakaian mereka, tapi Marona menolak. Akan ada hari-hari panjang, apa mungkin dia bergantung meminjam pakaian dalam waktu yang lama? Ah, tidak tidak. Uang di dompetnya tidak cukup untuk membeli pakaian. Jika kembali ke rumah, dia takut dikurung lagi. Bibi Marin akan lebih ketat menjaganya jika tertangkap basah. Apa dia harus meminta bantuan kepada kedua pemuda itu?

Hyun dan Gyu pernah menawarinya membelikannya pakaian, tapi dia menolak. Anak rantau seperti mereka pasti tidak punya banyak uang untuk membeli pakaian untuknya.

Pagi hari seharusnya membuatnya rileks, tak harus membuatnya berpikir keras seperti ini. Dia mendekat ke arah jendela, tirai putih tersingkap. Kedua pemuda itu berjalan beriringan. Jika dulu dia berhasil menyerap seluruh energi mereka, dia tidak mungkin akan melihat mereka lagi. Dimana pemilik warna-warna yang lain, semoga mereka baik-baik saja di tempat lain. Juga ... semoga Bibi Marin tidak bisa mendeteksi energi yang ada, karena sejauh ini Bibi Marin tidak dapat mendeteksinya. Iya, Marona tidak menyerap seluruh energi mereka dulu, hanya sembilan puluh persen, sepuluh persen tersisa. Marona membiarkannya lenyap dan berharap akan bertemu di seratus tahun berikutnya.

Mereka sudah luput dari pandangan. Sinar mentari pagi menerobos-makin terang- Marona memulai bersih-bersih seluruh ruangan.

***

"Setelah berpikir panjang dan mempertimbangkan semuanya, kami memutuskan untuk membantumu menyelinap ke rumahmu," Hyun berkata dengan nada serius seolah sedang memimpin rapat perencanaan melakukan misi rahasia. Sebelumnya Marona memang memberi tahu kedua pemuda itu tentang niatnya menyelinap ke ruamah untuk mengambil beberapa potong pakaiannya. Terlalu beresiko jika Bibi Marin tahu, tapi dia harus. Entah kenapa Hyun juga tampak bersemangat. Hyun bilang, mereka akan menjadi Bonnie dan Clyde sungguhan. Marona tetap tidak setuju dengan sebutan itu.

"Kami? Kau saja." Gyu yang sedang santai di atas sofa menonton drama kesukaannya, menyangkal.

Hyun yang tadinya bersikap seolah menjadi pemimpin tiba-tiba seperti anak kecil. Merengek sambil mengganduli tangan Gyu, meminta pemuda bermata sipit itu untuk menyetujui rencananya. Gyu sekilas menoleh ke arah Marona yang juga menunjukkan ekspresi memohon.

"Tolonglah." Begitu ekspresi yang dibacanya dari wanita itu. Hingga dengan mudah dia menyetujui permintaan Hyun. Pemuda itu bersorak hendak melakukan high five dengan Marona, tapi segera dia urungkan mengingat kalung Marona yang akan menyala jika telapak tangan mereka bersentuhan. Hanya dia yang boleh tahu.

Untuk melakukan misi malam itu. Hyun sudah siap dengan stelan seragamnya. Sambil membenarkan letak topi fedora hitamnya, Hyun melangkah keluar. Berdiri di depan Gyu dan Marona yang duduk di sofa. Dia terlihat menawan dengan kemeja putih berbalut zoot suit yang menjuntai sampai atas lutut. Cocok dengan tubuhnya. Sesekali mengetuk- ngetukkan sepatu plain tae cokelatnya pada marmer, tidak lupa dengan batang korek api yang tersemat pada bibirnya yang mengtup. Dia berpose gagah, membuat Gyu geleng-geleng kepala.

"Bukankah ini terlalu berlebihan?"

"Ini agar kita bisa mendalami peran," singkat Hyun. Marona hanya menyimak.

"Kita tidak sedang dalam film, Hyun."

"Buatlah ini seolah kita dalam film detektif."

"Huh." Gyu menghela nafas berat, tak ingin berdebat lebih lama. Tidak akan menang jika berdebat dengan pemuda hidung lancip itu.

"Cepat ganti pakaianmu," titah Hyun. Gyu berjalan malas.
Keluar dengan pakaian eksentrik membuat Hyun tergelak, menseloroh. Jas biru langit dengan dalaman kemeja putih lengkap dengan dasi kupu-kupu merah muda. Sangat jauh dari sebutan seorang detektif untuknya, lebih seperti seperti ke acara hiburan.

"Sepertinya kau harus belajar fashion dariku, Kak." Hyun menggeleng-gelengkan kepalanya, sedikit cekikikan masih terselip dalam kalimatnya. Marona juga cekikikan kecil, sedangkan Gyu bersungut kesal.

"Memangnya ada apa dengan fashionku. Ini terlihat menarik," elak Gyu tak mau kalah.

Hyun mengangguk-angguk kali ini. "Iya memang menarik, tapi tidak cocok dengan situasi seperti ini. Kita akan menjalankan misi rahasia, Kak. Setidaknya kau memakai pakaian gelap layaknya film-film yang sering kau tonton. Dan juga ...."
"Huuuh." Gyu meremas rambutnya gemas. Tak ingin mendengar ocehan Hyun lebih lama lagi, dia akhirnya menurut. Mengganti pakaian. Setelah itu Hyun juga menyuruh Marona untuk segera berganti pakaian. Ada di atas nakas, Hyun membelikannya dari uang sakunya untuk seminggu.

"Jangan sungkan, aku punya sedikit tabungan dari bernyanyi di kafe."
Satu fakta tentang Red-nya di zaman modern yang sama seperti seratus tahun lalu. Pintar bernyanyi. Marona melakukan apa yang diperintahkan Hyun padanya.

Hyun menunggu dengan santai di atas sofa dengan kaki berselonjor di atas meja, sambil memainkan batang korek api di mulutnya.
Kali ini Gyu keluar dengan gagah. Dilihat dari bawah ke atas, sepatu oxford terlihat mengkilat tersapu ujung celananya. Setelan tuxedo dan kemeja putih terlihat pas di tubuh tinggi pemuda sipit itu. Hyun sampai-sampai menganga, sembari mengacungkan dua jempol untuk Gyu.

"Jika terus menganga seperti itu, ratusan lalat akan masuk ke dalam mulutmu."

Sadar akan ucapan Gyu, segera Hyun mengatupkan bibirnya.
"Kali ini kau harus mengakui, aku lebih gagah darimu."

"Kau terlihat seperti James Bond." Marona yang baru keluar dengan dress hitam selutut menyahut. Keduanya menoleh dan kembali menganga.
"Ratusan lalat akan masuk ke mulut kalian jika terus menganga seperti itu," Marona membeo ucapan Gyu sambil cekikikan, membuat kedua pemuda itu serempak mengatupkan bibirnya.
"Mari kita berangkat. Melakukan misi kita." Hyun yang lebih dulu bangkit. Disambut optimisme dari Marona. Sementara Gyu stay cool saja.

Bersambung...

MARONA (Rainbow Tails) [REPUB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang