Persiapan Tempur

39 14 4
                                    

Tempat yang lumayan sepi dengan cahaya bulan sebagai penerang. Desau angin sepoi menyelinap sela-sela dedaunan. Juga, derap langkah-langkah memnginjak daun-daun kering dan ranting berbaur bersama suara binatang-binatang malam yang saling bersahutan.

Ketujuh pemuda pemilik warna berjalan beriringan, menyusuri hutan sebrang danau. Tanpa satu kali pun berbicara, mereka hanya fokus mengikuti langkah Hyun. Kali ini pemuda berhidung lancip itu benar-benar menjadi pemimpin. Melakukan misi rahasia, bedanya tanpa menggunakan pakaian khusus.
Hingga akhirnya mereka sampai di pinggir sungai.

"Akhirnya kalian datang." Suara seorang laki-laki menggema, serentak mereka mengedarkan pandangan ke segala arah. Tiba-tiba sesosok paman dengan pakaian serba hitam berdiri di depan mereka.

"Sudah lama aku menunggu kalian untuk menemukanku."

Hyun mendekat, dahinya mengernyit. "Menunggu kami?"

Paman itu mengangguk mengiyakan. Tanpa menunggu pertanyaan-pertanyaan yang sudah dia perkirakan akan keluar dari mulut pemuda-pemuda itu. Dia mulai menjelaskan.

"Aku tidak bisa menghampiri kalian, wanita jahat itu akan mencium keberadaanku. Aku sudah memasang penangkal, di sekitar tempat tinggalku. Di hutan ini. Hingga ruang gerakku hanya sedikit."

"Apa benar kau adalah Paman Jung yang ada di buku ini?"
Hyun menyerahkan buku seukuran saku yang dia temukan di kamar Bibi Marin. Paman itu mengangguk mengiyakan.

"Jadi apa yang kau tahu? Dan ... bagaiman kau bisa membantu kami?" Gyu mengambil suara, Paman Jung mengmbil nafas lalu mengembuskannya pelan dan mulai bercerita. Sambil duduk.

"Jika tidak menyerap energi terakhir, dia akan melemah karena dulu dia hanya menyerap setengah dari energi kalian. Wanita jahat itu akan segera peka, dia akan semakin mentransfer seluruh energinya pada wanita pelangi dan membuatnya semakin tidak terkendali. Karena mereka sudah terikat, kalung yang berada pada wanita pelangi adalah ikatan mereka. Tapi jika wanita pelangi melepas kalungnya, dia tidak akan berdaya. Satu- satunya cara adalah mengalahkan kekuatan gelap si wanita jahat dan hanya pemilik warna yang bisa mengalahkan dia."

"Lantas apa yang harus kami lakukan sekarang? Bisakah jangan basa-basi." Woo yang mulai meradang, bertanya-terkesan mendesak.
Paman Jung tersenyum miring. "Semangatmu luar biasa, kau sangat berambisi, Orange."

Paman Jung akhirnya mengarahkan para pemuda itu untuk mengambil posisi duduk di atas batu-batu besar. Bersila dengan kedua tangan telungkup di depan dada. Namun, sebelum itu Paman Jung menyuruh pemuda-pemuda itu membuka baju. Agar energi mereka cepat tergali, juga menyerap beberapa energi bantuan dari alam. Karena warna pelangi tidak hanya tersusun dari tujuh warna saja, tapi masih banyak warna yang tak tampak.

Suasana kian hening, para pemuda memejamkan mata mereka atas perintah Paman Jung. Sedikit sugesti, mereka semakin tenang menikmati setiap energi yang mulai terasa di sela-sela pori-pori mereka. Paman Jung mengawasi, sambil sedikit menerawang-melihat apa yang tengah dilakukan Bibi Marin. Dengan sedikit kekuatan yang dia miliki, samar dia melihat Bibi Marin.

"Ini akan berlangsung sampai pemilik warna merah mencapai umur yang keduapuluh. Wanita jahat itu sudah mengumpulkan kekuatan yang lumayan besar. Kalian harus fokus."

Para pemuda semakin memfokuskan diri mereka pada masing-masing energi yang mereka punya. Menggalinya, menggabungkannya dengan energi alam.

Goresan tinta hitam, harus mereka hapus dari kertas putih. Biarkan pelangi yang menghiasi kertas putih itu.

***

Setelah kedua kelopak mata itu terpejam cukup lama, akhirnya katupan mata itu terbuka. Sorot mata tajam penuh ambisi, menyala. Terlihat tak sabar ingin menerkam mangsa.
Bibi Marin baru saja menyelesaikan usahanya mengumpulkan kekuatan. Semenjak Marona lari dari rumah. Dia tahu apa yang akan pemuda itu lakukan hingga dia segera bertindak. Persiapan melawan pemilik warna terakhir. Oh ralat, ketujuh pemuda pemilik warna. Dia tahu tepatnya setelah sempat mengeluarkan ilmu telepatinya. Dia sedikit merasakan apa yang terjadi di wilayah Paman Jung.

"Ternyata sejak dulu wanita itu sudah berani membangkang terhadapku." Emosi Bibi Marin membara. Matanya menyala.

"Wanita itu harus kubuat lebih tidak terkendali."
Bibi Marin bertekad. Melesat, mencari Marona terlebih dahulu. Karena menurutnya itu yang terpenting daripada menggagalkan ritual ke tujuh pemuda pemilik warna.

Dengan kemampuan yang dimiliki, Bibi Marin mulai mendeteksi keberadaan Marona. Dia menempelkan jari telunjuk dan jari tengahnya pada pelipis sembari mata terpejam. Menerawang.

Sekelebat bayangan mulai terlihat. Sungai mengalir deras. Rumah kayu dan taman. Tempat sunyi dan sepi. Bibi Marin mulai beraksi.

Bersambung...

MARONA (Rainbow Tails) [REPUB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang