Kisah Sebenarnya

48 15 8
                                    

Tahun 1816

Perang dingin terjadi di tengah-tengah keluarga terpandang di tengah kota. Perebutan kekuasaan. Bibi Marin yang merupakan anak pertama ingin menggantikan ayahnya yang sudah lengser dari tahtanya.

"Kau tidak pantas untuk jadi pemimpin. Biarlah Gandi jadi pemimpin yang menggantikanku."

"Tapi ayah ... dia hanya ...."
Belum sampai ke tanah ucapannya, ayah yang sedang terbaring di atas ranjang menyambutnya.
"Iya, dia memang hanya menantuku. Dia satu-satunya lelaki. Kau harus menerima dia sebagai penggantiku."

"Jika ayah tetap memegang pendirian ayah yang ini. Aku akan pergi."
Bibi Marin yang saat itu masih muda, mengancam akan meninggalkan kota juga keluarganya.

"Pergi jika kau ingin pergi."
Ayahnya sama sekali tidak bereaksi untuk mencegah, malah membiarkan puteri pertamanya pergi.

Dengan langkah cepat Bibi Marin melenggang, meniggalkan kamar ayahnya. Dia kalut saat itu, adik perempuannya yang sudah menikah beberapa bulan lalu berusaha mencegahnya. Dia acuh, tidak mau mendengarkan. Dia terus berjalan, semua mata tertuju padanya. Pada dirinya yang terselubung amarah.

"Jangan pergi, Kak."
Miranda, adiknya mencekal tangan Bibi Marin.

"Untuk apa aku di sini. Menyaksikan kalian berpesata dengan kemenangan kalian."

Miranda menggeleng pelan, mengisyaratkan bahwa yang disebutkan Bibi Marin adalah bukan kenyataan.

"Puas, sebentar lagi kau akan menjadi istri dari penguasa kota ini?"

Lagi-lagi adiknya menggeleng. Bibi Marin menghempas tangan yang mencekal pergelangan tangannya dengan kasar. Matanya menyala kala itu, menyiratkan kebencian yang teramat.

Bertahun-tahun Bibi Marin tinggal di desa terpencil. Ada seseorang yang menemukannya. Iya, dia Paman Jung. Seorang yang akhirnya menjadi pasangannya.

Suatu hari ketika Paman Jung bepergian ke gunung seberang danau. Bibi Marin tidak sengaja menemukan sebuah kertas yang tulisannya berjudul, "Menuju Kekuatan Abadi."
Kekuatan tujuh elemen warna. Seorang wanita muda yang baru saja menginjak dua puluh tahun akan membawa kekuatan yang lebih segar dan kuat. Hujan pada cuaca panas, serap energi itu. Dua puluh tahun dalam tempayan, dia akan menjadi kekuatan sempurna. Siramkan pada gadis dengan umur yang sama. Ekor-ekor pelangi yang berkilau. Jika itu tak cukup, tebas kembali. Biarkan mereka bercerai berai, menjadi tujuh orang pemuda tangkas. Serap kembali dan itulah kekuatanmu yang abadi yang kau miliki. Banyak resiko, cobalah jika kau ingin melawan resiko itu.

Tersungging senyum licik pada bibir Bibi Marin. sebuah rencana besar yang akan menjatuhkan keluarga terpandang itu, terbetik dalam pikirannya.

"Sekarang aku tahu apa yang harus aku lakukan."

"Apa maksudmu?" Ucapannya di sambut tiba-tiba oleh Paman Jung yang baru pulang.

Paman Jung berjalan mendekat, berangsur Bibi Marin beringsut mundur sambil menyembunyikan kertas yang baru saja selesai dibacanya.

"Apa yang kau sembunyikan di belakang punggungmu."

Gelengan menjadi tanggapan atas pertanyaan Paman Jung. Bibi Marin terus beringsut mundur.

"Katakan, apa itu?"

Bibi Marin mulai kelabakan, tidak tahu harus berkata apa untuk menanggapi pertanyaan Paman Jung yang kian mendesaknya.

Sebelum memutuskan hidup bersama Paman Jung, Bibi Marin sudah berjanji tidak akan mengingat lagi masa lalunya. Tidak akan mengingat tentang balas dendam kepada keluarganya.

MARONA (Rainbow Tails) [REPUB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang