Indah Bara 15 (UKP In-B)

30 2 0
                                    

baru update, maaf telat


📖

Kertas dan kartu? Kertas dan kartu! Dua benda yang sangat membingungkan.

Kubalik kertas di tanganku dan mulai membaca :

Kepada Yang Terhormat

Nona Lira Wana, sebagai peserta Ujian Kelayakan Profesi Indah Bara. Kami, selaku panitia dan tim pelaksana mengucapkan selamat atas kelayakan Anda untuk dipercayakan dalam ujian yang akan kami selenggarakan ini.

Kami harap Anda dapat mengikuti serangkaian kegiatan dengan tertib dan sesuai dengan aturan yang telah kami terapkan untuk seluruh peserta UKP In-B ini. Adapun tata tertib yang terdapat dalam kegiatan tahun ini akan dipaparkan secara langsung oleh pembimbing pada pembukaan kegiatan.

Pelatihan akan dilaksanakan selama seminggu sebelum ujian dimulai. Kami harap Anda menggunakan waktu sebaik mungkin untuk mempersiapkan masa depan Anda.

Seluruh peserta akan berkumpul besok sore pada pukul 16.00 di Gedung Pusat Kegiatan. Sanksi berat akan diberikan kepada peserta yang datang terlambat dan menghambat jalannya kegiatan.

Kami, selaku panitia dan tim pelaksana merasa terhormat dengan keikutsertaan Anda. Semoga Anda mendapatkan kelayakan di bidang yang Anda minati dan kami banggakan.

Hormat kami selaku panitia dan tim pelaksana.

Catatan:

Gunakan kartu Anda sebaik mungkin.



Aku berpindah memandangi kartu dengan ketidaktahuanku, mencoba membolak-balik dan berharap muncul sebuah jawaban, tapi nyatanya ketidaktahuan membuatku menyerah.

"Untuk apa benda ini?" tanyaku kesal sambil melambaikan kartu ke arah Besta.

"Kartu itu segalanya," jawab Besta. "Akses menuju ruangan di Pusat Kegiatan, tanda pengenal, alat pembayaran dan bukti kunjungan."

"Bagaimana cara kerjanya?"

"Kau hanya perlu menempelkannya pada alat yang sudah disediakan," sahut Besta.  "Alat itu akan membaca kartumu karena dalam kartu itu terdapat identitasmu yang tadi sore telah mereka rekam."

Kepintaranku di Setra tidak ada apa-apanya di Indah Bara. Di sini rasanya seperti anak kecil yang kepayahan di hari pertama sekolah, dan aku tidak akan tahu sampai kapan akan berada di tempat asing ini. Jika selamanya, itu tidak akan mungkin karena lambat laun mereka akan tahu siapa diriku. Aku hanya harus bersabar menunggu kematian yang belum kunjung datang karena memang itulah jalan hidupku selanjutnya, kematian. Tidak ada yang lain.

"Aku lelah," kata Besta seketika. "Kau bisa tidur di kamar adikku."

Besta membawaku ke sebuah ruangan kaca di lantai dua. Belum menjejaki lantai kaca pun sudah membuat kaki serasa ada yang menggelitik, aku hanya tidak mengerti kenapa penduduk Indah Bara lebih memilih menggunakan kaca dibandingkan dengan kayu.

Kali ini aku merasa ada di udara terbuka, seperti terbang. Bukan lagi amfibi, tapi berubah menjadi unggas. Semua ruangan ini terlalu serba kaca. Besta membawaku ke sebuah kamar luas yang tembus pandang, terlihat jelas hamparan rumput yang berkilau, langit yang bertaburan bintang dan lantai yang menunjukkan lantai bawah.

Di samping dinding kaca ada bak mandi—itu kamar mandi.

"Tekan ini," kata Besta menunjuk sebuah tombol di dinding kaca.

Aku menekan tombol dan ajaibnya, seluruh kaca yang tembus pandang itu berubah menjadi buram. "Ohh," desahku takjub.

Besta keluar setelah mengatakan bahwa aku bisa menggunakan semua pakaian adiknya yang ada di lemari kaca.

Lira Wana : Sampai di Indah BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang