The Truth (3)

2.5K 282 25
                                    

"Sudah lama?" Seorang pria dengan bucket hat hitam menyapa seorang gadis yang tengah duduk di bangku paling ujung di dalam sebuah restoran.

"Ani oppa, aku baru saja duduk sepuluh menit yang lalu dan kemudian oppa datang." Jawab gadis bersurai hitam itu sambil tersenyum manis.

"Maaf jika membuatmu menunggu lama. Teddy hyung sedang tidur jadi aku memelankan laju mobilku."

"Eoh? Teddy oppa disini?"

"Ya. Tapi dia menolak untuk ikut dan memilih tidur di mobil sambil menungguku." Jawab pria yang tak lain adalah Kwon Jiyong atau G-Dragon itu sembari melihat buku menu yang terletak di atas meja.

"Lalu bagaimana oppa?"

Pertanyaan sang gadis membuat Jiyong mengernyitkan alisnya tidak mengerti. "Bagaimana maksudmu?"

"Bukankah lebih baik kita pulang saja. Aku tidak enak dengan Teddy oppa yang sedang menunggu."

"Tidak. Jangan pikirkan Teddy hyung. Aku berjanji tidak akan lama." Jelas Jiyong sembari menutup kembali buku menunya.

"Dan lagi, aku ingin berbicara serius kepadamu."

.
.
.

"Ji, maaf menyela aku sudah di telepon oleh ibuku. Dia menyuruhku pulang." Ucap seorang pria mendatangi Jiyong dengan tergesa-gesa.

"Oh, Teddy oppa?"

Panggilan tak asing itu membuat Teddy menoleh. Ia terkejut mendapati presensi dari seseorang yang sangat dikenalnya.

"Jennie? Sedang apa disini?"

"Ibu?" Jiyong malah menangkap hal lain.

Teddy tak mengindahkan pertanyaan Jiyong. Melihat Jennie adalah tamu yang ditemui oleh adiknya, membuatnya menarik kursi untuk bergabung bersama mereka.

"Jadi urusan pentingmu adalah dengan Jennie?" Tanya Teddy setelah memesan secangkir kopi kepada pelayan yang kebetulan melewati mejanya.

Jiyong mengangguk.

"Memangnya sepenting apa hingga kau tidak bisa menundanya sampai besok."

"Oppa memberikan tiket untuk menonton konser terakhir besok." Jennie buru-buru menjawab pertanyaan Teddy. Ia tidak ingin Jiyong menjelaskan tentang pembicaraan mereka beberapa waktu yang lalu. Lagipula Jiyong memang benar memberikan tiket untuknya.

"Tiket?"

Jennie mengangguk. Kedua tangan mungilnya diletakkan diatas meja sembari menopang pipinya yang bulat. Gadis itu kemudian tersenyum tipis.

 Gadis itu kemudian tersenyum tipis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hanya itu Ji?"

Jiyong hanya mengendikkan bahu. Ia tidak peduli dengan alasan yang diberikan oleh Jennie. Tidak masalah. Yang terpenting adalah maksud dari pertemuannya dengan Jennie yang telah tersampaikan dengan baik.

It's a Sweat and SoapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang